Dengan wajah terlihat serius dan sedih, Ibu Negara Amerika Serikat memegang kertas bertulis “#BringBackOurGirls”. Michelle Obama kemudian mengunggah foto ini dalam akun resminya, @Flotus. Istri Presiden AS ini bergabung dalam kampanye masif yang mengecam penculikan ratusan pelajar Nigeria yang dituding dilakukan Boko Haram. Istri mantan presiden Prancis, Carla Bruni, ikut bergabung dalam aksi bersama yang diikuti banyak pihak menuntut pembebasan pelajar yang diculik.
Elit politik Barat pun tampak sangat serius merespon masalah ini. Para pemimpin Afrika yang bertemu di Paris, Prancis (18/5) telah bersepakat untuk melancarkan “perang” terhadap kelompok Islamis Boko Haram di Nigeria. Dipimpin Presiden Francois Hollande, pertemuan di Paris dihadiri Presiden Nigeria Goodluck Jonathan dan rekan-rekan mereka dari Benin, Kamerun, serta Chad. Usai pertemuan Hollande mengatakan, peserta KTT telah menyepakati untuk menggelar rencana aksi yang bersifat “global dan regional.”
Sebelumnya, Amerika menawarkan pesawat drone untuk membombardir lokasi Boko Haram. Washington berjanji memberikan bantuan teknis untuk melacak sarang penculik. Inggris pun mengirim tim ahli keamanan dan militer. Bahkan PM Israel, yang hingga saat ini terus membunuh anak-anak Palestina, tampak sangat baik hati untuk memberikan bantuan.
Penculikan warga sipil yang tidak bersalah, apalagi para pelajar putri, tentu sesuatu yang bertentangan dengan Islam dan sangat tidak kita setujui. Namun, kita mempertanyakan nurani dan air mata Barat ketika melihat anak-anak Palestina dibombardir oleh Zionis Israel. Dimana nurani mereka saat anak-anak Suriah dibunuh secara masal oleh rezim buas Assad dengan senjata kimia dan bom barel. Dimana nurani mereka saat putra-putri kaum Muslim Rohingya dibantai secara buas oleh rezim Myanmar? Atau saat ribuan umat Islam di Republik Afrika Tengah dibakar hidup-hidup, dimakan dagingnya di depan umum, dikuliti dan digantung? Mengapa mereka tidak banyak berbuat?
Sungguh tangis dan kesedihan mereka adalah kepura-puraan. Barat tidak memiliki legitimasi moral sama sekali untuk itu. Amerikalah, dengan pesawat drone-nya, pembunuh anak-anak kaum Muslim di Pakistan dan Yaman dengan korban yang mencapai ribuan. Baratlah yang bertanggung jawab atas pembunuhan lebih dari 1 juta orang penduduk sipil di Irak akibat pendudukan Amerika. Semua ini membuat kita muak. Mereka kira kaum Muslim dan dunia bodoh melihat standar ganda mereka?
Tentu sangat wajar kalau muncul reaksi kaum Muslim atas standar ganda yang sangat telanjang ini. Sebagaimana yang dilansir laman News Corporated (15/5), kampanye ini dijawab dengan sebuah foto seorang pemuda Muslim dengan memegang kertas yang bertuliskan tag: #Your Husband Has Killed More Muslim Girls Than Boko Haram Ever Could, #BringBackOur-Dead dan #WeCantBringBackOurDead, “Bring back your drones”. Semua ini dimaksudkan untuk menunjukkan korban kebiadaban Amerika dengan pesawat tanpa awaknya, jauh lebih banyak!
Kasus ini pun telah digunakan oleh kaum sekularis anti syariah Islam untuk menyerang Islam. Pada tanggal 2 Mei, Koran Guardian Inggris memuat artikel berjudul, “Gadis Nigeria yang Diculik Menunjukkan Kaum Konservatif Agama Membenci Pendidikan”.
Hal ini secara tajam dikritik Dr. Nazreen Nawas, Anggota Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir. Aktifis Muslimah Hizbut Tahris Inggris ini menulis: “Kaum sekularis tersebut tampaknya telah nyaman dengan mengabaikan fakta-fakta bahwa rezim sekular dan rezim non–Islam di dunia Muslim telah gagal memberikan pendidikan yang memadai bagi jutaan gadis-gadis mereka. Nigeria, sebagai contoh, sebuah negara kapitalis sekular dan ekonomi terbesar di Afrika, hanya menghabiskan 1,5 % dari PDB-nya untuk dunia pendidikan…Karena itu, tidaklah mengherankan di Nigeria terdapat 10,5 juta anak-anak yang tidak bersekolah (termasuk 6 juta anak perempuan) menurut David Archer of Action Aid…”
“Kaum sekularis juga mengabaikan dampak yang merusak dari kebijakan luar negeri pemerintahan sekular ala Barat…Perang melawan teror dan pendudukan Afganistan, sebagai contoh, telah menewaskan ribuan kaum perempuan dan anak perempuan selama bertahun-tahun dan mengakibatkan iklim yang tidak aman, pelanggaran hukum dan ketidakstabilan di Afganistan dan Pakistan. Semua ini telah mencegah anak perempuan bersekolah karena takut atas hidup dan martabat mereka.”
Nazreen menegaskan, “Utang yang besar yang dialami negara-negara berkembang karena bunga pinjaman yang berat dari badan-badan sekular seperti IMF atau Bank Dunia, disertai dengan resep kebijakan ekonomi mereka yang beracun…telah membuat banyak pemerintah menghabiskan pembayaran hutang daripada pelayanan publik seperti pendidikan. IMF bahkan telah menekan negara-negara Afrika tertentu yang miskin seperti Malawi dan Mozambik untuk membekukan upah dan rekrutmen para guru untuk mengekang pengeluaran publik mereka.”
Penculikan ini diduga kuat akan dijadikan Barat sebagai pretex untuk kepentingan kolonialisme mereka di Afrika dengan dalih memerangi ekstremisme Islam dan terorisme. Sudah bukan rahasia lagi bahwa Nigeria adalah negara yang kaya akan kekayaan mineral dan minyak yang membuat kekuatan kolonialis mengeluarkan air liurnya. Pola-pola yang sama seperti ini mereka gunakan saat menyerbu Irak, memecahbelah Sudan, dan menduduki Afganistan.
Semua ini sekali lagi menunjukkan kepalsuan peradaban rusak Kapitalisme. Mereka berupaya mengalihkan kejahatan mereka, menutupi kebuasan mereka. Ini tidak bisa dengan mudah dilakukan saat ini, saat Barat menjadi pembantai nomor wahid dunia. Mereka lupa, justru nilai-nilai kepalsuan yang mereka tunjukkan kepada dunia dengan menggunakan senjata, seperti dinyatakan Moris Berman dalam Dark Ages America: The Final Phase of Empire, akan mempercepat keruntuhan imperium Kapitalisme ini. [Farid Wadjdi]