HT Ajak Warga Tepi Barat Peringati Runtuhnya Khilafah di Al-Aqsha
Hizbut Tahrir Palestina mengundang warga Kota Tepi Barat hadir dalam peringatan atas keruntuhan Khilafah yang akan digelar besar-besaran di Masjid al-Aqsha pada Jumat depan. Para aktivis menyampaikan seruan tersebut serentak di seluruh masjid di Kota Tepi Barat usai shalat Jumat (16/5).
Mereka menyeru warga agar pada Jumat depan menjadikan Masjid Al-Aqsha sebagai tujuan perjalanan. Di Al-Aqsha, rencananya Hizbut Tahrir akan menyampaikan seruan ‘panas’ secara terbuka kepada umat Islam dan para tentaranya untuk menegakkan Khilafah.
“Dan menggerakkan semua batalionnya ke Baitul Maqdis (Yerusalem) sambil mengucap-kan takbîr (Allahu Akbar, Allah Maha Besar) dan tahlîl (La Ilaha IllalLah, Tiada Tuhan selain Allah) dalam rangka membersihkan Baitul Maqdis dari bangsa kotor, kaum Yahudi,” ungkap aktivis dalam seruannya seperti diberitaan hizb-ut-tahrir.info, Jum’at (16/5).
Dalam seruan itu, para aktivis mengatakan bahwa slogan Hizbut Tahrir untuk kegiatan tahun ini dalam mengenang keruntuhan Khilafah adalah: Masjid Al-Aqsa Menangis Meminta Kaum Muslim dan Tentaranya untuk Menegakkan Khilafah serta Membebaskan Bumi yang Diberkati.
Keluarga Desak Pembebasan Naveed Butt
Istri dan keluarga besar Naveed Butt menggelar konferensi pers menuntut pembebasan Naveed Butt, Ahad (11/5) di Islamabad Press Club. “Dua tahun, terlalu lama! Dia harus segera dibebaskan,” tegas Sadia Rahat, advokat keluarga Naveed Butt.
Keluarga mendesak Pemerintah segera membebaskan Juru Bicara Hizbut Tahrir Pakistan tersebut, karena lelaki yang diculik pada 11 Mei 2012 tersebut tidak melakukan kejahatan apapun atau juga dicari karena kasus pidana. “Dia adalah seorang insinyur terhormat dan sangat berkualitas, yang berjuang membebaskan Pakistan dan rakyatnya dari belenggu hegemoni Amerika dan memberikan mereka kesempatan untuk hidup di bawah naungan Islam, sehingga dia harus segera dibebaskan,” tegasnya Sadia Rahat.
Sejak penculikannya, keluarga belum diberi kesempatan untuk bertemu dengan Butt dan sering anak-anaknya, yang menyaksikan penculikan itu, tiba-tiba terjaga dan menangis di tengah malam seraya bertanya kapan ayah mereka akan elico kembali.
Sadia Rahat menjelaskan pula mengenai proses peradilan yang terlalu lama sejak penculikannya yang terkatung-katung hingga sekarang dan Naveed pun tidak pernah dihadirkan dalam pengadilan. Padahal pada elico pertama usai penculikan, Hakim Ketua Pengadilan Tinggi Islamabad mengeluarkan pemberitahuan kepada responden termasuk Dirjen Inter – Services Intelligence (ISI) dan Dirjen Intelijen Militer (MI) dan memerintahkan mereka untuk menghadirkan Naveed Butt pada elico berikutnya.
Dalam FIR 12/566 terdaftar di Liaqatabad, disebutkan kantor polisi Lahore yang termasuk Dirjen ISI dan DG MI sebagai tergugat. “Pengakuan dari Dirjen ISI dan MI sebagai tergugat di pengadilan sipil adalah yang pertama dalam sejarah elic Pakistan,” ungkapnya.
Setelah beberapa kali elico Pengadilan Tinggi, Islamabad tiba-tiba menolak untuk mendengarkan karena peristiwa terjadi di Lahore. Karena itu sejak Juni 2013 kasus pun dilimpahkan ke Pengadilan Tinggi Lahore, tetapi sejauh ini tidak ada kemajuan yang signifikan.
Siapa Penculik Prof. Dr. Ismail Sheikh?
Keluarga Prof. Dr. Ismail Sheikh, pengacara Umar Hayat Sindhoo dan Advokat Mahkamah Agung Pakistan menggelar konferensi pers menuntut pembebasan Ismail Sheikh dari penculikan, Sabtu (3/5) di Karachi Press Club, Karachi, Sindh. “Karena dia merupakan sebuah permata dari umat, bukan seorang penjahat,” tegas Umar Hayat, pengacara keluarga Ismail Sheikh.
Dalam keterangannya, Umar Hayat mengatakan, ahli bedah gigi diculik para preman Pemerintah pada Jumat, April 18, 2014, setelah jam 9:30 pagi, ketika dosen fakultas kedokteran meninggalkan rumahnya dengan mobil Suzuki Mehran warna putih. Mereka juga menyita mobilnya, dengan plat nomor U – 4509.
Pada hari yang sama sekitar pukul 02:00 siang, sekitar 12-13 orang yang membawa Kalashnikov dan mengenakan jaket anti peluru tiba dengan menggunakan mobil polisi. Orang-orang dengan pakaian preman itu masuk dengan paksa ke dalam rumahnya. Mereka bahkan tidak memberikan waktu bagi istri dan anak-anak tokoh Hizbut Tahrir Pakistan tersebut untuk memakai hijab. Tidak ada petugas wanita di antara mereka. Para preman Pemerintah itu menggunakan bahasa yang kasar kepada penghuni dan menjungki balikan seluruh isi rumah.
Mereka menyita paspor milik Ismail Sheikh, istri dan anak-anak perempuannya, laptop Ismail Sheikh dan istrinya, ponsel, BPKB dari dua mobilnya, dokumen asli kepemilikan rumah, uang tunai sekitar seratus ribu Rupee dan dua koin emas bernilai sekitar seratus lima puluh ribu Rupee.
Mereka menembaki gerbang utama rumah untuk membukanya dan mengambil mobilnya, AND-533, dan juga membawa mobil istrinya. Dengan kejam, mereka mengancam istri Ismail Sheikh dan lima anak perempuannya sehingga membuat mereka sangat ketakutan. Keluarga Ismail Sheikh merasa takut akan kehadiran mereka yang brutal di rumah itu selama elico 45 menit.
Umar Hayat juga mengatakan pada hari yang sama, istri Ismail Sheikh melaporkan pengaduan tertulis mengenai itu semua dan juga menginformasikan kejadian itu kepada Perdana Menteri Sindh, Gubernur Sindh, IG Sindh dan Ketua Pengadilan Tinggi Sindh.
Pada 22 April 2014, petisi konstitusional, dengan nomor 2094, diajukan ke pengadilan tinggi Sindh dan elico dengar pendapat pertama berlangsung pada tanggal 23 April 2014 dipimpin oleh Divisi Kehakiman Sajjad Ali Shah dan Divisi Keadilan Sadiq Bhatti.
Divisi itu mengeluarkan pemberitahuan kepada pihak yang berwenang dan departemen-departemen serta mengeluarkan perintah untuk menghadirkan Ismail Sheikh pada 30 April 2014. Sayangnya, instansi Pemerintah tidak eli menghadirkannya, jadi divisi memerintahkan pihak S.H.O yang bersangkutan untuk mendaftarkan F.I.R dan menjadwalkan elico berikutnya pada tanggal 22 Mei 2014.
Untuk Bantai Gerakan Islam, Al-Sisi Minta Dukungan Amerika
Kandidat Presiden Mesir Abdul Fatah al-Sisi menegaskan kembali bahwa negaranya sangat membutuhkan dukungan Amerika Serikat.
Al-Sisi menyerukan Amerika Serikat untuk memberikan dukungan dengan membantu negaranya dalam perang melawan apa yang dia sebut “terorisme”, yakni gerakan Islam yang mengancam keberlangsungan rezimnya.
Ia juga menyerukan untuk dimulainya kembali bantuan militer ke Mesir yang diperkirakan sebesar 1,3 miliar dolar pertahun.
Al-Sisi mengatakan dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Reuters seperti dikutip islammemo.cc, Kamis (15/5), “Kami sangat membutuhkan dukungan Amerika Serikat dalam perang melawan terorisme. Dalam hal ini, kami membutuhkan peralatan Amerika untuk digunakan dalam perang melawan terorisme ini.”
Amerika Serikat telah menghentikan sebagian dari bantuan setelah militer menggulingkan Presiden Mursi. Akan tetapi, Washington baru-baru ini setuju untuk memasok Kairo sejumlah elicopter Apache untuk memerangi “terorisme” di Sinai. [Riza Aulia/Joko Prasetyo]