HTI

Jejak Syariah

Israel Tak Bisa Dikalahkan? (Bagian 2)

Salah satu argumentasi yang sering dilontarkan oleh pihak-pihak yang ingin menghentikan perjuangan membebaskan Palestina adalah anggapan bahwa Israel adalah negara yang kuat. Fakta di lapangan menunjukkan sebaliknya. Israel adalah negara yang sangat kecil yang tidak memiliki kedalaman strategis. Sebuah pesawat tempur jet hanya dapat terbang di seluruh Israel (sejauh 40 mil laut dari Sungai Yordan ke Laut Mediterania) dalam waktu empat menit. Israel tidak memiliki  tentara regular yang besar karena penduduknya harus mengandalkan cadangan. Populasi Israel yang kecil  menambah kepekaan terhadap kerugian sipil dan militer.

Israel, dari awal, mengandalkan migrasi dari berbagai kawasan dunia. Pada masa lalu memang banyak yang bermigrasi ke Israel, namun saat ini  kecenderungan ini terbalik. Karena kekhawatiran keamanan, semakin meningkat jumlah warga Israel ingin meninggalkan Israel. Sekarang ini lebih banyak warga Israel yang pindah ke Eropa dan Amerika Serikat daripada sebaliknya.

Dari segi motivasi tentara Israel sangat lemah. Padahal motivasi ini sangat menentukan kemenangan dalam perang.  Tentara-tentara muda tidak mengalami pergulatan ideologis seperti di awal-awal pendirian Israel. Mereka juga banyak bermigrasi karena ingin mendapat kenyamanan hidup seperti perumahan gratis. Namun, mereka pasti berpikir seribu kali ketika harus mempertaruhkan nyawa mereka. Terdapat fakta-fakta bagaimana prajurit Israel tampak ketakutan menghadapi rudal-rudal  yang diluncurkan dari Gaza.

Pasukan konvensional Israel terdiri dari hanya memiliki 176.000 tentara aktif dengan  500.000  tentara  cadangan. Persenjataan—yang banyak yang dibeli dari AS—meliputi 600 pesawat tempur. Penduduk Israel hanya 7,5 juta.

Bandingkan dengan Mesir. Mesir memiliki 240 pesawat tempur F-16 dari total 1200 pesawat udara. Mesir juga memiliki 450.000 tentera reguler.

Turki memiliki 700 jet tempur dengan tentara aktif yang berjumlaah 400.000 personel.

Jumlah tentara regular ini tentu semakin kuat kalau ditambah dengan pasukan cadangan yang bisa diambil dari total penduduk Mesir yang berjumlah  77 juta. Ditambah lagi dengan tentara cadangan dari 72 juta total penduduk Turki.

Persoalan umat Islam sekarang tinggal satu: adakah komando yang mau menggerakkan tentara-tentara regular dengan persenjataannya yang tidak kalah dengan Israel. Tentara regular ini akan didukung oleh jutaan umat Islam yang siap berjihad fi sabillah membebaskan Palestina. Motivasi tentara Islam ini juga sangat kuat karena didasarkan pada akidah Islam dan kerinduan syahid fi sabilillah.

Komando ini seharusnya muncul dari penguasa Mesir, Turki, Saudi dan Iran. Namun, karena hampir seluruh penguasa Arab dan militernya memberikan loyalitasnya kepada Amerika, hal ini sangat sulit diharapkan. Karena itu penggulingan penguasa pengecut ini dan mengganti mereka dengan Khalifah yang akan menerapkan sistem Khilafah menjadi sangat penting. Hanya dengan menggerakkan tentaralah Israel akan bisa dikalahkan hingga ke akar-akarnya.

Mitos Sejarah

Terdapat mitos sejarah yang selalu diulang-ulang untuk menerima keberadaan aggresor Israel. Negara ini tidak pernah terkalahkan dan terbukti dengan kemenangannya di empat perang. Karena itu, kata mereka, Dunia Islam harus menerima kenyataan ini bahwa keberadaan Israel adalah suatu keniscayaan.

Sejak berdiri di tahun 1948, Israel dan militernya selalu diliputi mitos sebagai kekuatan yang tak terkalahkan. Menariknya, mitos tersebut tidak diciptakan oleh Israel sendiri, tetapi justru oleh para pemimpin pengkhianat yang menguasai umat Islam.

Kinerja militer Israel pada perang 1948, 1956, 1967, dan 1973 melawan umat Islam sering dikutip sebagai superioritas militer Israel. Implikasinya, konflik melawan Israel secara langsung sering dianggap oleh negara-negara Arab sebagai strategi yang tidak menguntungkan sehingga mereka terpaksa untuk bernegosiasi dengan Israel. Konsekuensi dari negosiasi tentunya adalah pengakuan terhadap kedaulatan dan keberadaan Israel melalui proses perdamaian. Dalam merangkum fakta kekuatan militer Israel, kita perlu mengingat pertanyaan penting: Apa tujuan pembuatan dan penyebaran mitos ini?

Perang 1948- Pendirian Israel

Perang 1948 berujung pada pendirian Negara Israel. Secara sekilas, sulit dipahami bagaimana mungkin 40 juta penduduk Arab tidak mampu menundukkan 600,000 orang Yahudi. Studi mendalam menunjukkan bahwa pembelaan terhadap nasib Palestina justru melahirkan pendirian Israel itu sendiri.

Pembelaan terhadap Palestina diwakili terutama oleh Raja Abdullah dari Yordania Raya, Raja Farook dari Mesir dan Mufti Palestina. Semuanya adalah penguasa Muslim yang lemah dan dimanipulasi oleh Inggris. Raja Abdullah yang dipandang sebagai pembela rakyat Palestina sejatinya adalah pengkhianat. Telah diketahui bahwa dia dan Ben Gurion (Perdana Menteri Israel Pertama) adalah sesama teman semasa belajar di Istanbul. Dalam pertemuan rahasia, Abdullah (yang kemudian menjadi penguasa Yordania) telah mengakui keberadaan Israel dan mendapat imbalan untuk menguasai wilayah yang dihuni mayoritas bangsa Arab Palestina.

Abdullah memiliki Legiun Arab, suatu unit militer yang terdiri dari 4500 prajurit terlatih yang dipimpin oleh perwira Inggris bernama Jendral John Glubb. Dalam biografinya, Glubb mengatakan bahwa dia diperintah secara tegas untuk tidak memasuki daerah yang dikontrol oleh Yahudi. Mesir juga justru memperlemah serangan terhadap Israel ketika Nakrashi Pasha, Perdana Menteri Mesir, justru mengirim tentara relawan yang baru saja diorganisir di bulan Januari pada tahun itu. Yordania juga memperlambat kedatangan pasukan Irak yang memasuki wilayahnya sehingga serangan terhadap Israel pun dimentahkan.

Ini sebabnya, ketika seorang ulama yang buta matanya dihadirkan untuk mengangkat semangat Legiun Arab, ulama tersebut mempermalukan Raja Abdullah ketika sang ulama berkata, “Wahai Tentara! Andai saja kalian adalah Tentara Kami!” (Ini menunjukkan bahwa tentara Legiun Arab sebenarnya tidak lain adalah tentara Inggris).

Meskipun satuan tempur Muslim berjumlah 40 ribu serdadu, hanya 10 ribu saja yang terlatih baik. Kekuatan Zionis Israel terdiri dari 30 ribu tentara; 10 ribu orang untuk pertahanan lokal dan 25 ribu lainnya untuk penjagaan wilayah. Sekitar 3000 teroris Irgun dan Stern memiliki senjata lengkap dari AS dan Inggris.

Meski tentara Israel memang terlatih, pengkhianatan penguasa Muslimlah yang justru memastikan kemenangan Yahudi di Palestina. [Gus Uwik]

One comment

  1. gmn mau kalahkan israel negara arab tdk bisa bersatu,mrk egois dgn kepentingan pribadi masing2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*