Saat ini, di tengah kehidupan yang kian mencekik, para ibu dipaksa untuk berjibaku membantu suami yang semakin kesulitan menafkahi keluarga. Mengapa semua itu bisa terjadi? Ada apa dengan negeri yang gemah ripah loh jinawi ini?
Dalam rangka memahamkan kaum ibu akan solusi permasalahan tersebut, Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) menyelenggarakan Kongres Ibu Nusantara (KIN) ke-2 di 50 kota di Indonesia. Kongres bertajuk, “Derita Ibu dan Anak karena Matinya Fungsi Negara dalam Rezim Neolib”.
Hadir dalam acara tersebut 4200 peserta dari kalangan birokrat, LSM, anggota MT, pondok pesantren, mubalighah, penggerak posyandu/PKK, dan ormas. Puncak kegiatan itu diadakan pada hari Ahad, 21/12/2014, di Gedung Tennis Indoor Senayan, Jakarta.
Kongres ini diisi dengan tayangan film, sesi sharing dan tanya jawab, testimoni para tokoh, penandatanganan rekomendasi, dan ditutup dengan doa. Keberadaan pameran produk-produk keluaran HTI seperti buku-buku, booklet, pin, majalah, CD, DVD, stiker, dan lain-lain semakin menyemarakkan suasana.
Dalam sambutannya, Ibu Ir. Ratu Erma Rachmayanti (Mas’ulah ‘Ammah MHTI) membuka kesadaran peserta. Tatanan kehidupan saat ini akibat penerapan sistem kapitalisme, neoliberalisme dan neoimperialisme. Karena itu ada kebutuhan mendesak untuk memformat ulang bangsa ini dengan sistem baru. Itulah Khilafah.
Untuk itu diperlukan visi, misi dan kerja strategi baru, juga adanya kelompok yang mengajak umat untuk mengemban visi misi ini serta menjalankan kerja strateginya. Hizbut Tahrir senantiasa istiqamah mengajak umat untuk melakukan itu semua.
Tiga pembicara telah hadir untuk semakin menajamkan pemahaman para peserta. Pembicara pertama, Ibu Ir. Retno Sukmaningrum, MT (Anggota DPP MHTI) membawakan makalah yang berjudul “Indonesia dalam Cengkeraman Neo-Liberalisme dan Neo-Imperialisme”. Beliau memaparkan, sistem neo-liberalisme menyebabkan peran pemerintah hanya sebagai regulator, bahkan menjadi ‘pengusaha’ yang menjadikan rakyat sebagai sumber pendapatan negara. Negara menggadaikan kepemilikan publik menjadi milik privat atau menempatkan swasta sebagai pengelola hajat hidup orang banyak.
Lalu Ibu Hj. Nida Sa’adah, SE., Ak., (Anggota DPP MHTI), pembicara kedua, menyampaikan makalah, “Matinya Fungsi Negara Dalam Sistem Demokrasi”. Dipaparkan bahwa fungsi negara bagaikan otak dalam tubuh manusia. Peranannya vital. Saat negara tak mampu lagi mengurusi rakyatnya, berarti negara itu telah mati. Demokrasi adalah penyebab matinya fungsi negara. Prinsip kedaulatan rakyat menjadikan negara menuhankan akal. Padahal konsep dan aturan dari Allah SWT-lah kunci rahasia negara agar dapat mengemban tugas sebagai pengatur urusan rakyat dengan baik.
Adapun Ibu Hj. Ir. Ishmah Cholil (DPP MHTI) selaku pembicara ketiga menyampaikan makalah berjudul, “Khilafah: Mekanisme Ekonomi Adil dan Menyejahterakan bagi Ibu dan Anak”. Berbeda dengan kapitalisme, Khilafah memuliakan serta menjamin kehidupan perempuan dan anak-anak. Hal ini dipastikan melalui serangkaian mekanisme kebijakan yang lahir dari hukum syariah. Karena itu sudah semestinya sebagai hamba yang beriman kita kembali pada sistem Islam dalam naungan Khilafah. Sistem ini berasal dari Allah Sang Pencipta yang jelas menjanjikan kesejahteraan hakiki.
Sebagai penutup, Ibu Iffah Ainur Rochmah (Juru Bicara MHTI) menyampaikan press release berjudul, “Matinya Fungsi Negara dalam Rezim Neolib: Sumber Penderitaan Ibu dan Anak”.
Disampaikan harapan bahwa pembahasan dalam kongres dapat meningkatkan semangat juang para ibu untuk bersama menuntaskan problem bangsa. Caranya adalah dengan mengganti rezim neolib dan sistem demokrasi dengan sistem Islam dan Khilafah Islamiyah yang mampu mewujudkan kesejahteraan, kemajuan dan pemberdayaan yang hakiki.
Acara diakhiri dengan penandatanganan piagam rekomendasi KIN ke-2 oleh para tokoh perempuan, antara lain: Ir. Hj. Yuliani (Ka UMI Jkt), Tati Astariati (Ka BKMT Tangsel), Rinar Lydia, S.H. (BKMM), dr. Ferryal Basbeth, Sp.F, Mufida (Sekr. Aisyiyah Bogor), Herma (Ka 4 Aisyiyah Kab. Bogor), Endah Emilda (Penasihat JAT Serang), Eroh (Ponpes Riyadut Tarbiyah Serang), Dewi Fauziah (Guru MAN 2 Bogor), Dedeh Kurniasih, S.S. IT (Tokoh Masyarakat Gunung Putri), Ir. Ratu Erma Rahmayanti, Hj. Ir. Ismah Kholil, Iffah Ainur Rochmah.
Surabaya
Pelaksanaan KIN ke-2 di Ibukota Jawa Timur ini berlangsung pada Ahad, 21 Desember 2014, bertempat di Gelora Pancasila. Acara dihadiri sekitar 3500 peserta dari Surabaya dan sekitarnya. Pembicara yang tampil adalah Ibu Asma Amnina, SE. (DPP MHTI), Dr. Rahma Qomariyah (DPP MHTI), Nikmah Aliyah, S.Si. (DPD II Surabaya).
Begitu pentingnya kongres ini, hingga seorang nenek tua begitu bersemangat untuk hadir. Meski harus berjalan dengan tongkat, semangat memperjuangkan penggantian sistem neo-liberalisme dengan Khilafah itu tak luruh, bahkan menjadi bara api yang memanaskan peserta lainnya.
Medan
Di Medan KIN ke-2 diselenggarakan pada hari Ahad, 21/12/2014, bertempat di Gedung Madinatul Hujjaj Asrama Haji Medan. Hadirkan 3 orang pembicara yaitu Ibu Linda Wulandari, S.Pt. (DPD I Sumut), Dr. Saleha Hanum M.Si (Co Lajnah Intelektual MHTI Medan), Ustadzah Sri Cahyo Wahyuni (Co Lajnah Faaliyah MHTI Medan).
Dari target peserta 1000 orang ternyata acara dihadiri sekitar 1200 orang. Peserta membludak menyebabkan sebagian sukarela duduk beralaskan tikar. Namun demikian, hal itu tak menyurutkan semangat mereka untuk mengikuti acara hingga akhir.
Banjarmasin.
Di Banjarmasin, agenda KIN diadakan pada hari Sabtu, 20 Desember 2014, bertempat di Lapangan Upik Futsal, Banua Anyar. Ada tiga pembicara yang hadir di sana, DR. Hastin Umi Anisa, MM (Koord. LKI DPD I MHTI Kalsel), Muthiah Winarti, SP (LKUM Banjarbaru), serta dr. Hj. Patmawati Nabila (DPD I MHTI Kalsel). Penandatanganan rekomendasi Kongres Ibu Nusantara ke-2 dilakukan oleh 10 tokoh perempuan Kalimantan Selatan.
Sekitar 1500 peserta memadati lapangan. Meski hanya berpendingin kipas angin dan semakin siang ruangan terasa panas, peserta tak beranjak sedikitpun hingga akhir acara. Tampak semangat untuk melakukan perubahan ke arah yang hakiki telah mengalahkan segalanya. WalLahu a’lam. []