HTI

Cover (Al Waie)

Pengantar [Refleksi 2014, Politik, Ekonomi,Sosial, Pendidikan, dan Dunia Islam]

173-200-cover1Assalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.

Pembaca yang budiman, tahun 2014 baru saja kita tinggalkan. Sayang, tak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tak ada sedikitpun peristiwa istimewa yang menyejukkan dada dan menenteramkan jiwa pada tahun lalu. Yang ada, bahkan dalam kadar yang lebih buruk, adalah banyaknya aneka persoalan—ekonomi, politik, hukum, pendidikan, sosial, dll—yang tak kunjung dapat diselesaikan.

Memang, harapan demi harapan masih terus digantungkan. Apalagi di negeri ini tahun 2014 disebut sebagai ‘tahun politik’. Pada tahun inilah Pileg dan Pilpres diselenggarakan dengan ‘sukses’. Kalaupun ada kegaduhan politik menjelang Pemilu, itu hanya sesaat. Usai Pemilu, khususnya Pilpres, kembali harapan mencuat ke permukaan. Apalagi Jokowi—sosok yang secara berlebihan dicitrakan oleh media-media sekular sebagai pemimpin sederhana dan pro-rakyat—terpilih menjadi presiden RI periode 2014-2019. Tentu, banyak orang berharap kepada Jokowi. Bahkan harapan itu terkesan sangat tinggi; bahwa Jokowi akan mampu mendatangkan aneka kebaikan bagi negeri ini.

Sayang, tampaknya kembali harapan tinggal harapan. Belum genap dua bulan Jojowi memimpin negeri ini, sejumlah kebijakan menyakitkan rakyat sudah digulirkan. Yang paling menyakitkan tentu saja adalah kenaikan harga BBM. Bahkan dalam sejarah kepemimpinan nasional, Jokowi adalah presiden yang paling cepat menaikkan harga BBM. Yang tak bisa dipahami oleh rakyat, harga BBM naik justru di tengah harga BBM internasional merosot sangat tajam, jauh di bawah prediksi APBN 2014. Belum lagi rencana Pemerintah untuk menaikkan harga gas dan listrik. Padahal dengan kenaikan harga BBM saja, dampak sosial-ekonominya sangat dahsyat dirasakan oleh masyarakat. Tak hanya biaya transportasi, semua harga barang dan jasa meroket tajam. Sebaliknya, daya beli masyarakat makin terpuruk.

Persoalan tambah runyam dengan munculnya sejumlah persoalan di bidang politik seperti masih maraknya kasus korupsi, ancaman disitegrasi bangsa, dll; di bidang pendidikan seperti kontroversi Kurikulum 2014; di bidang sosial seperti banyaknya korban akibat miras oplosan; di bidang keagamaan seperti wacana penghapusan kolom agama, pengakuan Ahmadiyah dan Baha’i (juga aliran-aliran sesat lainnya) dan penghapusan tatacara doa secara Islam di sekolah-sekolah; dll.

Melihat itu semua, pantaslah jika kita pesimis. Pasalnya, di bawah Jokowi-JK, negeri ini tampak makin sekular dan liberal. Padahal sekularisme dan liberalisme itulah pangkal persoalan di negeri ini.

Masihkah ada harapan ke depan? Jawabannya terangkum dalam tema utama al-waie kali ini yang bertajuk, “Refleksi 2014’. Selamat membaca!

Wassalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.

 173-500-cover1

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*