HTI

Muslimah

Bahaya Virus Liberalisme Bagi Keluarga

‘Serangan Februari’ semakin gencar mengancam keluarga Muslim.  Perayaan Valentine’s Day (VD) menjadi rutinitas yang selalu ditunggu kalangan muda. 

VD pada umumnya menjadi momentum pengukuhan rasa cinta antarpasangan. Dengan momentum ini, pasangan muda-mudi merasa mendapatkan kesempatan, bahkan legalisasi dan dukungan melalui kemeriahan suasana ditambah dengan hadirnya beragam pernak-pernik tanda cinta.

Dampak perayaan ini pun sudah amat mengerikan.  Melalui momentum pengukuhan rasa cinta itu, fenomena pacaran dan seks bebas meningkat tajam.  Dari mereka yang belum menjadi pasangan, lalu menjadi pasangan.  Dari pasangan yang belum memberikan “tanda cintanya” kini memiliki kesempatan untuk melakukannya.  Parahnya, tanda cinta yang diberikan pasangan yang belum menikah ini tidak sedikit yang berupa tindakan perzinaan.  Bahkan saat ini hubungan tersebut dilakukan oleh pasangan sesama  jenis. Na’udzubilLahi min dzalik.

 

Bahaya

Sesungguhnya  perayaan VD adalah budaya Barat, bukan berasal dari Islam.  Perayaan yang konon bermula dari Festival Lupercalia di zaman Kerajaan Romawi sekitar abad ke-3 itu kemudian berkembang menjadi budaya sekaligus momentum pengagungan cinta dan kasih sayang tanpa batas.

Budaya ini berkembang di kalangan keluarga Muslim seiring dengan kuatnya arus liberalisasi dalam sistem sekular, utamanya pada kalangan muda. Lemahnya akidah Islam menjadi pemicu banyaknya anak-anak umat yang berani merayakan budaya asing tersebut atas nama cinta dan kasih-sayang.

Dunia Barat senantiasa mengekspos kemeriahan momentum ini dan mempromosi-kannya sebagai kampanye kasih-sayang.  Cara-cara halus semacam ini hakikatnya adalah penyesatan yang biasa dilakukan musuh-musuh Islam agar liberalisme makin tertancap kuat.  Muara dari semua ini adalah agar kaum Muslim beralih menggunakan kebiasaan hidup mereka dan meninggalkan ajaran Islam. 

Kapitalisme pun setali tiga uang dengan liberalisme dalam hajatan tahunan ini.  Inilah sarana untuk menjajakan dagangan agar keuntungan materi terus mengalir ke kantong-kantong pemilik modal tanpa menghiraukan jeritan histeria para korbannya.  Slogan “katakan cinta dengan kondom” menjadi pundi-pundi perusahaan kondom.  Momen VD pun menjadi momen jualan beragam pernik yang melekat erat identik dengan suasana pesta tersebut: coklat, boneka cupid, gaun pesta, kado, bunga dan sejenisnya.

Tanpa sadar, para pelaku hari-kasih sayang ini sebenarnya menjadi korban. Bukan hanya karena kepribadiannya yang dirusak. Mereka juga dimanfaatkan oleh segelintir orang pengeruk kekayaan.  Bahaya inilah yang semestinya diwaspadai anggota keluarga Muslim.

 

Membentengi Keluarga

Keluarga pada hakikatnya memiliki peran penting sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak.  Keluarga juga berperan melindungi anak dari serangan virus liberalisme dalam perayaan VD ini.  Berikut sikap yang harus dibangun untuk menghancurkan serangan virus liberalisme dalam perayaan VD ini.

 

1.         Pengokohan akidah.

Serangan budaya hakikatnya adalah serangan terhadap akidah, karena budaya pasti lahir dari akidah tertentu.  Akidah Islam yang kuat akan menjadi benteng dari semua bentuk serangan budaya kufur.  Virus liberalisme yang ada dalam perayaan VD pun dengan sendirinya akan mati oleh sikap berpegang teguhnya Muslim terhadap akidah Islam. 

Islam melarang umatnya untuk merayakan tradisi agama tertentu dan budaya kufur (QS al-Kafirun [109]: 6).  Allah SWT juga memerintahkan kaum Muslim untuk hanya menetapi agama Islam dan tidak mencampuradukkan dengan agama lain (QS Ali Imran [3]:85).

Perayaan VD tetap berkaitan dengan keyakinan akidah tertentu, yaitu keyakinan bangsa Romawi sebelum datangnya agama Nasrani.  Dalam perjalanannya, keyakinan tersebut berkembang menjadi sebuah budaya atau kebiasaan dengan berbagai kegiatan yang tidak sesuai dengan syariah Islam. Kaum Muslim haram mengambil hadharah non-Islam dan semua produk atau materi yang berhubungan dengan hadharah di luar Islam.  Nabi saw. bersabda, “Siapa saja yang menyerupai suatu kaum (gaya hidup dan adat istiadatnya), mereka termasuk golongan tersebut.” (HR Abu Daud dan Imam Ahmad dari Ibnu Umar ra.).

Islam sesungguhnya telah menetapkan hari raya tertentu bagi umatnya dan melarang kaum Muslim dari merayakan hari raya umat lain.  Rasulullah saw. juga bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menggantikan untuk kalian dua hari raya yang lebih baik; hari fitri dan hari adha.” (HR Abu Dawud).

Larangan merayakan hari raya umat lain juga ditegaskan oleh firman Allah SWT (QS al-Furqan [25]: 72).  Ayat ini pun mencakup larangan merayakan VD yang merupakan hari spesial kaum tertentu (bukan kaum Muslim). 

 

2.         Terikat Syariah

Anggota keluarga juga harus menjadikan syariah sebagai standar dalam perilaku.  Perayaan VD hakikatnya telah menjadikan seseorang bersikap liberal dan keluar dari rel Islam.  Padahal  setiap makhluk Allah SWT yang berakal harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan-Nya kelak (QS al-Mudatstsir [74]: 38).  Ia tidak boleh berbuat sekehendaknya sendiri, termasuk bila naluri mencintai lawan jenis itu muncul.  Pemenuhan semua kebutuhan dan naluri yang muncul haruslah mengikuti aturan Allah SWT. 

Seorang Muslim juga tidak boleh berbuat melainkan setelah ia mengetahui status hukum atas perbuatanya tersebut.  Hal ini berfungsi agar setiap Muslim tidak terjerumus pada perilaku yang diharamkan Allah SWT (Lihat: QS al-Isra’ [17]: 36).

Baik- buruk suatu perbuatan haruslah ditimbang dengan timbangan syariah, bukan karena suka atau tak suka mengikuti hawa nafsunya.  Sebab, hanya Allah sebagai Pembuat Syariah yang mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk bagi manusia (Lihat: QS al-Baqarah [2]: 216).

Islam memandang bahwa interaksi antar lawan jenis hanya dibolehkan dalam hubungan tolong-menolong dalam kebaikan seperti muamalah, pendidikan, pekerjaan dan sejenisnya yang merupakan aktivitas umum yang tidak menyertakan pandangan yang bersifat seksual.  Adapun hubungan yang dipengaruhi oleh seksualias hanya dibolehkan dan dibatasi bagi pasangan yang telah terikat akad pernikahan. Oleh karena itu, mengungkapkan cinta, memberi hadiah spesial, berpegangan tangan, mencium bahkan lebih dari itu, semua itu hanya boleh dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang sudah menikah. 

Islam juga melarang segala sesuatu yang dapat mendorong terjadinya hubungan yang bersifat seksual yang tidak disyariatkan (QS an-Nûr [24]: 30-31), melarang laki-laki dan perempuan ber-khalwat, mewajibkan prinsip pemisahan komunitas laki-laki dan perempuan, dan hukum-hukum lainnya.

Jika anggota keluarga memahami syariah, niscaya mereka tidak akan menjadi objek kapitalisasi dan liberalisasi yang dilancarkan musuh-musuh Islam.

 

Teladan Ortu dan Lingkungan

Orangtua menjadi model panutan yang memberikan keteladanan. Anak lebih mudah menjalankan syariah jika orang-orang di sekitarnya mendukung dia.  Oleh karena itu, suasasna islami dalam keluarga dan lingkungan rumah harus diciptakan. Misalnya, dengan tidak membiasakan mengucapkan selamat valentine (meski antar suami-isteri), atau bertukar kado pada hari itu, atau seremoni lainnya. 

Anak juga harus dijauhkan dari teman-temannya yang terbiasa ber-valentine.  Orangtua harus lebih proaktif menjaga dan menjelaskan syariah di lingkungan keluarga dan sekitarnya.  Ketidakpedulian orangtua terhadap lingkungan yang rusak hanya akan memperpanjang usia kemungkaran ini. Bahkan bukan tidak mungkin penjagaan yang selama ini dilakukan orangtua terhadap anak menjadi sia-sia.

 

Berjuang

Banyaknya remaja Muslim yang terjerumus dalam perayaan ini tentu tidak lepas longgarnya sistem yang ada, yakni sistem kapitalis luberal. Oleh karena itu, upaya menangkal serangan budaya ini tentu tak lepas dari upaya menghancurkan sistem ini. 

Keluarga Muslim harus melakukan perjuangan untuk menegakkan sistem pengganti yang akan melaksanakan syariah sehingga umat terbentengi dari semua bentuk serangan virus liberalisme seperti perayaan VD ini.  Sistem pengganti tersebut adalah Khilafah Islam.  Khilafah  memiliki mekanisme sanksi yang tegas bila ada warga negara yang melanggar ketentuan Allah SWT dalam bergaul dengan lawan jenis. Khilafah juga akan mengeliminasi semua bentuk budaya dan benda-benda yang mencirikan budaya di luar Islam, termasuk yang bisa mengantarkan pada keharaman.

Karena itu keluarga Muslim seharusnya berupaya secara sungguh-sungguh mewujudkan tegaknya Khilafah Islam.  Saatnya kita bangkit! [Noor Afeefa]

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*