Assalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.
Pembaca yang budiman, sudah sekitar empat tahun Arab Spring berlalu. Arab Spring semula diharapkan oleh banyak kalangan Muslim—terutama di negeri-negeri Arab yang dilanda revolusi tersebut—sebagai momentum perubahan. Sayang, hingga kini perubahan yang diharapkan gagal terwujud. Arab Spring faktanya hanya berhasil mengganti sebagian rezim di sebagian negeri seperti Tunisia, Libya dan Mesir. Adapun sistem yang bercokol di negeri-negeri tersebut tetaplah sistem usang, yakni sistem sekular.
Pertanyaannya: Mengapa Arab Spring gagal menghasilkan perubahan? Apa faktor penyebabnya? Penyebabnya, paling tidak, karena tiga hal. Pertama, ‘Revolusi Arab’ ini hanya didorong oleh faktor emosional, bukan oleh kekuatan ideologi Islam. Kedua, tidak adanya gagasan yang shahih dari para aktivis perubahan, termasuk partai-partai Islam. Ketiga, kekeliruan jalan perubahan yang ditempuh, yakni melalui people power, aksi bersenjata dan demokrasi. Padahal jalan-jalan perubahan tersebut tidak sesuai dengan manhaj perubahan ala Baginda Rasulullah saw. dan sudah terbukti sering mengantarkan pada kegagalan demi kegagalan pada masa lalu.
Karena itu penting untuk dipahami dan didalami bagaimana jalan perubahan yang hakiki menurut Islam, termasuk langkah-langkah praktisnya. Tujuannya tidak lain agar umat Islam ‘tidak terperosok ke dalam yang sama berkali-kali’; tidak mengulangi kegagalan yang sama berkali-kali.
Di seputar itulah tema utama al-waie kali ini, selain tema-tema menarik lainnya, yang tentu juga penting untuk dibaca. Selamat membaca!
Wassalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.