Pertanyaan:
Diberitakan bahwa Amerika dan Turki menandatangani perjanjian untuk melatih apa yang disebut elemen-elemen moderat. Apakah ini berarti bahwa Amerika sudah hampir menemukan pengganti Bashar sehingga Amerika menghadirkan untuk calon pengganti itu kekuatan yang sesuai di lapangan yang mendukung dia selain dukungan udara? Ataukah itu hanya langkah menghabiskan waktu dengan pelatihan satu dua tahun sampai Amerika longgar untuk mengadakan pengganti? Dengan ungkapan lain, apakah hal itu berarti bahwa pengganti itu sudah dekat sehingga Amerika menyiapkan dukungan untuk dia, atau bahwa pengganti itu masih jauh sehingga mereka menghabiskan waktu dalam pelatihan sampai mereka bisa menyiapkan pengganti? Semoga Allah memberi Anda balasan yang lebih baik.
Jawaban:
Agar jelas jawabannya, kami memaparkan sikap Amerika dan pergerakan-pergerakannya yang dilakukan bersama negara-negara kawasan. Pertama: Obama mengatakan dalam pidatonya, “Dukungan Amerika Serikat kepada oposisi moderat di Suriah tidak hanya berkonstribusi pada upaya di sana, melainkan juga bisa membantu masyarakat di mana saja untuk melawan ideologi radikal. Upaya ini akan memerlukan waktu dan focus.”
Obama mengatakan, “Sebagai ganti dari upaya mengerahkan sejumlah besar angkatan darat ke luar negeri, Amerika Serikat sekarang sengaja bekerja bersama negara-negara yang membentang dari selatan Asia ke Utara Afrika agar teroris yang mengancam Amerika Serikat tidak mendapatkan rasa aman.” (II Digital America, 20/1/2015).
Dari pernyataan ini jelas bahwa Amerika tidak ingin mengulangi pengalaman sebelumnya dengan mengirim kekuatan yang besar ke kawasan. Sebaliknya, Amerika ingin mengeksploitasi negara-negara kawasan dan membentuk kekuatan dari warga kawasan yang disebut dengan “kekuatan moderat”. Amerika mendukung dan mengendalikan kelompok ini untuk mencapai tujuan-tujuannya. Presiden Amerika telah menetapkan hal itu sebagai strategi politik yang menjadi dasar negaranya dalam politik luar negeri. Karena itu Amerika tidak ingin mengirim kekuatan darat besar dalam perangnya di kawasan untuk menghalangi kembalinya Islam ke pemerintahan serta untuk menjaga pengaruhnya di kawasan dan merampok kekayaan kawasan. Amerika ingin mengeksploitasi kaum Muslimin sendiri dalam perang Amerika itu. Amerika hanya mengirim kekuatan darat terbatas untuk melakukan misi-misi tertentu yang bersifat atributif atau pelatihan atau memimpin pertempuran dan terlibat dari udara dengan pesawat tempur.
Kedua: Amerika telah memutuskan pelatihan oposisi moderat, yakni anteknya, sejak musim panas tahun lalu. Amerika mengumumkan hal itu secara resmi pada musim gugur tahun lalu. Presiden Amerika Obama pada tanggal 13/6/2014 telah mengesahkan langkah rahasia untuk mempersenjatai oposisi ini yang dilakukan melalui Central Intelijen Agency (CIA). Obama mengumumkan hal itu pada tanggal 20/9/2014 dengan ucapannya, “Washington telah secara riil memberikan bantuan, termasuk bantuan militer kepada oposisi Suriah. Hanya saja upaya baru akan menjamin logistik dan pelatihan pasukan oposisi Suriah supaya menjadi lebih kuat dan mampu melawan teroris di dalam Suria.” (Associated Press America, 20/9/2014).
“Kongres pada tanggal 18/9/2014 telah mengesahkan strategi Obama itu.”
Jenderal Martin Dempsey Kepala Staf Angkatan Bersenjata Amerika menyatakan, “Pada kondisi saat komando lapangan meminta dari saya atau Menteri Pertahanan untuk mengirimkan pasukan khusus guna mendukung orang-orang Irak atau pasukan Suriah yang baru, juga dalam kondisi kami menemukan bahwa perkara itu penting untuk mencapai tujuan-tujuan kami, pada saat demikian, itu menjadi apa yang akan kami minta dari Presiden Barack Obama.” (Sky News, 5/3/2015).
Sebelumnya, Amerika bekerja menyelesaikan situasi melalui sejumlah negosiasi, semisal Jenewa 1 dan 2, tanpa membentuk kekuatan semisal ini. Amerika mengadakan Koalisi Suriah agar menjadi representasi pihak pemberontak. Namun, Koalisi ini ditolak oleh rakyat Suriah dan tidak memiliki kekuatan di lapangan. Dengan demikian Amerika gagal dalam hal itu. Lalu Amerika berpandangan untuk membentuk faksi yang berafiliasi kepada Amerika untuk memperkuat posisi oposisi yang akan diekspos seolah-olah mereka merepresentasikan revolusi. Karena itu Amerika menerima ide pembentukan faksi Suriah moderat yang dilatih Amerika untuk mencapai hal itu, juga untuk memerangi kaum revolusioner yang menolak rencana-rencana Amerika. Faksi ini dibentuk bukan untuk memerangi rezim. Rezim Suriah berikut orang-orang yang beredar di sekitarnya adalah antek-antek Amerika. Sebaliknya, warga Suriah dan para pemberontak yang bangkit melawan rezim ini tidak bersama Amerika, tetapi malah menentang Amerika. Karena itu, Amerika ingin membentuk faksi dan antek-antek dari selain orang-orang yang ada di dalam rezim dan sekitarnya. Lalu Amerika menjadikan mereka sebagai kekuatan di lapangan agar mereka masuk dalam perundingan yang baru. Jadi Amerika tidak mampu menjauhkan antek-anteknya yang ada di dalam rezim sampai Amerika yakin bahwa selain mereka bisa menjadi pengganti yang mampu mengendalikan perkara dan memadamkan revolusi.
Ketiga: Amerika bersama rezim Turki yang loyal kepadanya telah sampai pada kesepakatan dalam hal ini. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Jean Psaki mengatakan, “Saya bisa tegaskan bahwa kami sudah mencapai kesepakatan dari sisi doktrin dengan Turki untuk pelatihan kelompok-kelompok oposisi Suria dan mendukungnya.”
Ia menambahkan, “Seperti yang telah kami umumkan di sini sebelumnya, Turki sepakat menjadi salah satu negara tuan rumah di kawasan untuk program pelatihan kekuatan oposisi Suriah moderat dan mendukungkan dengan perlengkapan. Kami berharap penandatanganan perjanjian dengan Turki itu bisa terjadi dalam waktu dekat.” (Sky News, 17/2/2015).
Perjanjian itu dilakukan setelah pembicaraan delegasi militer Amerika yang terdiri dari 30 orang perwira yang mengunjungi Ankara beberapa hari sebelumnya. Kementerian Pertahanan Amerika mengumumkan akan mengirim lebih dari 400 personel militer untuk melatih oposisi di kamp Saudi, Turki dan Qatar. Juru Bicara Kementerian Pertahanan John Kirby mengatakan, “Kami punya kelompok yang bekerja dengan orang-orang Saudi dalam upaya menyiapkan fasilitas khusus untuk program pelatihan dan mempersenjatai, serta menentukan resources yang perlu kami tambah dan berkaitan dengan penyiapan para pelatih dan semacamnya.”
Kepala Staf Martin Dempsey telah menyebutkan, “Tahap persiapan untuk program ini memakan waktu antara 3 sampai 5 bulan dan berikutnya 8 sampai 12 bulan untuk pelatihan 5.000 orang prajurit dari oposisi Suriah moderat agar setelahnya mereka mampu memerangi ISIS dan rezim Bashar.” (Anadolu Agency, 16/10/2014).
Juru Bicara Luar Negeri Mary Harvey pada tanggal 10/10/2014 mengumumkan, “Turki setuju mendukung upaya pelatihan dan penyiapan oposisi Suriah moderat.” (Reuters, 10/10/2014).
Jadi, negara-negara kawasan baik Saudi, Turki atau yang lain dibuat khawatir oleh situasi di Suriah sampai batas paling jauh. Semua negara-negara kawasan ingin mengakhiri situasi ini di Suriah sebab hal itu berpengaruh pada negara-negara tersebut. Oleh karena itu, negara-negara kawasan itu bekerjasama dengan Amerika dan mendukung ide pembentukan kekuatan oposisi moderat. Pada waktu yang sama, negara-negara itu bekerja untuk merangkul pemberontak dengan bentuk berbeda-beda. Semua itu untuk menghancurkan seluruh orang mukhlis yang ada di dalam revolusi dan mengaborsi proyek islami apapun.
Kelima: Berikutnya terjadilah penandatanganan resmi antara Amerika dan Turki pada bulan lalu. Pejabat Luar Negeri Amerika mengatakan kepada AFP pada hari penandatanganan tanggal 19/2/2015, “Saya bisa tegaskan kepada Anda bahwa telah ditandatangani perjanjian tersebut pada sore ini di Ankara.”
Yang menandatangani perjanjian tersebut adalah Deputi Menteri Luar Negeri Turki Feridun Sinirle Ihsanoglu dan Duta Besar Amerika di Ankara John Bass. Kantor Berita Anadolu Agency pada tanggal 19/2/2015 mengutip dari Menteri Luar Negeri Turki Jawish Oglu yang mengatakan, “Kedua pihak menandatangani piagam yang disepakati keduanya dan bahwa elemen-elemen oposisi yang dilatih akan menghadapi pasukan rezim Suriah dan ISIS teroris serta semua organisasi teroris di Suriah.”
Ia juga mengatakan, “Kami akan menyambut gencatan senjata hingga meskipun hanya enam minggu saja.”
Laman Akhbarturkiya.com pada tanggal 20/2/2015 mengutip Menteri Luar Negeri Turki Jawish Oglu. Ia mengatakan, “Perjanjian tersebut ditujukan untuk merealisasi transformasi politik yang hakiki atas dasar pernyataan Jenewa tentang Suriah dan untuk memperkuat oposisi Suriah dalam hal yang berkaitan dengan kontra terorisme dan ekstremisme serta menghadapi semua elemen yang menjadi bahaya bagi oposisi Suriah.”
Menteri Luar Negeri Turki mengungkapkan, “Qatar dan Saudi mengumumkan keinginan kuat menjadi tuan rumah program pelatihan dan penyiapan oposisi Suriah di wilayah mereka.”
Reuters pada 19/2/2015 mengutip dari tiga orang pejabat Amerika yang mengatakan kepada Reuters dan meminta tidak disebutkan namanya, “Pelatihan mungkin dimulai pada pertengahan Maret depan dan mereka akan melatih 5.000 prajurit Suriah setiap tahun selama tiga tahun sesuai rencana mendukung oposisi Suriah moderat.”
Begitulah, Menteri Luar Negeri Turki mengumumkan dengan gamblang bahwa tujuan dari pelatihan pasukan yang disebut oposisi moderat ini adalah untuk mencapai transformasi politik atas dasar Kesepakatan Jenewa dan menghancurkan elemen-elemen yang menolak transformasi itu dan menginginkan sesuatu yang lain.
Keenam: Pengganti Bashar tidak akan datang kecuali setelah penghancuran kekuatan yang menyalahi rencana-rencana Amerika serta yang memiliki bobot di lapangan dan mengancam pasukan agen yang disebut oposisi moderat. Program ini ditetapkan memiliki jangka waktu tiga tahun sampai terealisasi sehingga pengganti itu akan siap. Atas dasar itu, jelaslah bahwa pengganti saat ini tidak siap dan negosiasi-negosiasi efektif tidak bisa terjadi sekarang. Hal itu akan terjadi setelah penghancuran kekuatan yang disebut radikal atau bisa dibuat tidak efektif di lapangan sehingga pengaruhnya hilang. Ini telah ditetapkan, sesuai estimasi mereka, memiliki jangka waktu tiga tahun, tiap tahun 5.000 prajurit.
Kunjungan Erdogan ke Saudi pada awal bulan ini dilakukan dalam konteks ini. Berbagai berita menyebutkan bahwa isu Suriah menjadi topik bahasan keduanya. Yang tampak adalah untuk koordinasi terkait dengan aktivitas memperkuat oposisi moderat dan mendukung pengganti mendatang yang akan dicalonkan oleh Amerika. Laman Akhbarturkiya.com pada tanggal 2/3/2015 mengutip dari sumber-sumber yang berada di bawah Kepresidenan Turki, “Putra Mahkota Saudi Salman bin Abdul Aziz bertemu dengan Presiden Turki Recep Tayeb Erdogan pada hari Senin (2/3/2015) di Istana Kerajaan di Ibukota. Keduanya sepakat atas pentingnya meningkatkan dukungan yang diberikan kepada oposisi Suriah yang bisa memberikan hasil yang nyata.”
Artinya, kedua negara ini, Saudi Salman dan Turki Erdogan yang sama-sama loyal kepada Amerika, ingin menyukseskan ide oposisi moderat. Lalu tampak keduanya akan berkoordinasi satu sama lain dengan segenap kemampuan untuk mencapai hasil yang nyata, bukan seperti yang terjadi pada Koalisi Suriah yang gagal merealisasi hasil-hasil yang nyata. Jadi taruhannya sekarang pada pengadaan kekuatan ini. Sebab, keduanya bersama Amerika telah berpandangan bahwa tanpa pengadaan kekuatan yang bisa mengontrol lapangan dan mengklaim bahwa kekuatan itu merepresentasikan revolusi maka mereka tidak akan mencapai hasil-hasil nyata dan mereka akan gagal. Berikutnya, barulah datang topik penawaran pengganti dan dilakukan negosiasi dan konferensi seperti Jenewa.
Keelapan: Di antara sarana-sarana Amerika untuk mengakhiri pengaruh pemberontak yang mendominasi lapangan saat ini adalah dengan gencatan senjata untuk memberikan kesempatan bagi pelatihan pasukan yang dipilih oleh Amerika agar mampu mengalahkan kekuatan “ekstremis” dan menggantikannya. Pada waktu yang sama, gencatan senjata dengan rezim akan menyebabkan peperangan di antara faksi-faksi sendiri yang akan melemahkan mereka sehingga juga akan berkontribusi untuk bisa mengalahkan mereka nantinya. Oleh karena itu, sesuai dengan strategi Amerika, harus terjadi gencatan senjata dengan sebutan pembekuan perang sehingga bisa mengadakan kekuatan moderat yang dilatih oleh Amerika dan berikutnya memulai negosiasi antara rezim dan oposisi moderat. Strategi Amerika mengatakan demikian melalui lisan utusan PBB De Mistura yang pada dasarnya adalah utusan Amerika dan pengemban rencana Amerika. De Mistura setelah mengunjungi Damaskus selama dua hari mengatakan, “Presiden Asad merupakan bagian dari solusi. Saya akan melanjutkan diskusi penting dengannya. Ia tetap presiden Suria. Di sana juga ada pemerintahan Suriah dan bagian besar dari Suriah masih di bawah kontrolnya.”
Ia juga mengatakan, “Satu-satunya solusi adalah solusi politik dan bahwa pihak yang mengambil manfaat dari situasi tidak adanya perjanjian adalah ISIS.” (AFP, 13/2/2015).
Jadi Amerika melalui lisan De Mistura mengakui Bashar Asad sebagai presiden dan ingin melakukan negosiasi-negosiasi dengannya dan menjadikan penyelesaiannya adalah secara politis. Oleh karena itu Amerika ingin menghentikan perang melawan anteknya, Bashar. Ini menunjukkan bahwa Amerika setelah melakukan negosiasi-negosiasi di bawah kekuatan yang dia latih akan menentukan nasib Bashar dan bukan sekarang. Jadi Amerika tidak ingin menjatuhkan Bashar sebelum bisa menghentikan perang dan menjadikan kekuatan moderat yang berafiliasi padanya mengontrol lapangan, lalu berikutnya Amerika menawarkan pengganti dan memulai negosiasi-negosiasi kembali antara pihak rezim dan pihak oposisi moderat.
Kesembilan: Ringkasnya, kita tidak bisa mengatakan bahwa pengganti telah siap dan bahwa hari-hari Bashar telah dibatasi. Akan tetapi, yang tampak bahwa Bashar akan tetap bertahan pada tahapan ini sampai Amerika memulai negosiasi kembali dan terjadilah perjanjian atas formulasi situasi. Kekuatan moderat yang disiapkan oleh Amerika tidak akan siap dalam jangka pendek, tetapi akan perlu waktu minimal setahun, yakni setelah berakhir tahap pertama dengan melatih 5.000 prajurit. Amerika bekerja untuk menghentikan perang sehingga kekuatan moderat ini siap untuk berada di lapangan di dalam negeri dan memulai aktivitasnya dengan menyibukkan gerakan-gerakan yang dinilai radikal. Setelah itu dilanjutkanlah negosiasi antara antek-anteknya di dalam rezim dan di dalam oposisi moderat. Lalu berikutnya dimulai penyodoran pengganti dan pembentukan pemerintahan dari kedua pihak dan dilakukan pengaturan-pengaturan untuk itu.
Inilah yang direncanakan oleh Amerika, para pengikut dan sekutunya. Inilah konspirasi yang mereka susun dan lakukan.
Akan tetapi, Allah memiliki tokoh-tokoh yang menyambung siang dengan malam mereka. Mereka mukhlis karena Allah SWT, yakin kepada Rasulullah saw. Mereka bersungguh-sungguh dan mengerahkan segenap kesungguhan untuk merealisasi janji Allah SWT dan kabar gembira Rasul-Nya saw. dengan tegaknya Khilafah ar-Rasyidah setelah kekuasaan diktator yang sedang kita jalani. Ketika itu terjadi, konspirasi dan tipudaya mereka akan sia-sia belaka.
وَقَدْ مَكَرُوا مَكْرَهُمْ وَعِنْدَ الله مَكْرُهُمْ وَإِنْ كَانَ مَكْرُهُمْ لِتَزُولَ مِنْه الْجِبَالُ
Sesungguhnya mereka telah membuat makar yang besar. Padahal di sisi Allahlah (balasan) makar mereka itu. Sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya (TQS Ibrahim [14]: 46).
22 Jumadul Ula 1436 H
13 Maret 2015 M
[Soal-Jawab Amir Hizbut Tahrir Syaikh ‘Atha Abu Rastah, http://www.hizb-ut-tahrir.info/info/index.php/contents/entry_45053]