Ya untuk Ar-Rayah Rasulullah saw.
Kantor Media Pusat (CMO) Hizbut Tahrir menyosialisasikan Bendera Nabi Muhammad saw. melalui kampanye, “Ya untuk Ar-Rayah Rasulullah saw., Tidak Untuk Bendera-bendera Penjajah.
Menurut Direktur CMO Hizbut Tahrir Osman Bakhach, Ar-Rayah mengumpulkan dan menyatukan umat Islam ke dalam satu kesatuan Negara Khilafah yang berjalan pada metode kenabian, yang memegang kemuliaan dan keridhaan dari Tuhan mereka.
“Kampanye ini akan mencakup semua negara-negara Muslim, insya Allah, sehingga dapat menjadi ekspresi dari kesatuan umat yang ingin menyingkirkan hegemoni kolonialisme Barat, dan alat-alatnya dari para penguasa pengkhianat yang menyetujui mengibarkan bendera-bendera mereka yang dibuat oleh para negara kolonialis Eropa sejak era revolusi pengkhianatan, Revolusi Besar Arab,” ungkap Osman seperti diberitakan www.hizbut-tahrir.or.id, Rabu (15/4).
Osman juga mengundang kaum Muslim untuk mengikuti kampanye ini melalui link-link berikut: Situs CMO Bahasa Inggris: http://www.hizb-ut-tahrir.info/info/english.php/contents_en/entry_46023; #YES_to_Rayyat_Rasulullah_NO_to_Colonialism_Flags; #Yes_to_Rayyat_Rasulullah. []
Peran Moskow dalam Menjaga Rezim Vampir di Suriah
Presiden (vampir) Suriah Bashar al-Assad menyatakan sehubungan dengan keberadaan Rusia di berbagai daerah dunia, termasuk di Mediterania Timur, di pelabuhan Tartus Suriah, sangat penting untuk menjaga keseimbangan yang hilang dari dunia setelah jatuhnya Uni Soviet.
“Bagi kami, ketika keberadaan Rusia kuat di wilayah ini, maka stabilitas akan lebih baik. Sebab, Moskow memainkan peran yang sangat penting dalam memperkuat stabilitas di kawasan itu,” ungkapnya dalam wawancara eksklusif dengan surat kabar Rusia Rossiyskaya Gazeta, saat menanti konsultasi putaran kedua pada (6/4) di Moskow, Rusia.
Rusia secara riil sudah mendukung keseimbangan dalam Krisis Suriah. “Namun, ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan perdamaian dan stabilitas di kawasan itu,” sanggah aktivis Hizbut Tahrir Rusia Sulaiman Ibrahimov seperti diberitakan www.hizb-ut-tahrir.info, Senin (6/4).
Menurut dia, Moskow mempersenjatai dan mendukung secara terbuka kejahatan rezim vampir Assad, yang menghancurkan dan membantai rakyat Suriah sejak empat tahun lalu.
“Mengapa surat kabar Rossiyskaya Gazeta tidak menanyai sang pembantai Assad tentang ratusan ribu warga Suriah yang dibantai, termasuk orangtua dan perempuan? Mengapa tidak ada satu kata pun dalam wawancara itu tentang anak-anak yang mati dan terluka, yang jumlahnya mencapai puluhan ribu, menurut statistik resmi? Mengapa surat kabar tidak mempublikasikan fakta-fakta penyiksaan brutal terhadap para tahanan di penjara rezim vampir ini? Tidakkah sangat telanjang fakta-fakta mengerikan terkait kejahatan keji yang dilakukan oleh rezim Bashar al-Assad ini?” Tanya dia retorik.
Ibrahimov menyimpulkan, semua itu adalah bentuk sikap membisu terhadap kekejaman yang dilakukan terhadap kaum Muslim di Suriah. Ini adalah peran Rusia dalam apa yang dia sebut dengan ‘dukungan untuk perdamaian dan stabilitas’.
Pada saat sang vampir Assad mengalirkan sungai darah kaum Muslim di Suriah, Moskow mempersenjatai sang vampir dan menutup mata atas kejahatan kejinya. Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa di penjara Suriah telah disiksa sampai mati sebanyak 12.751 tahanan, termasuk 108 anak-anak. “Mengapa Kementerian Luar Negeri Rusia tidak mengomentari fakta-fakta mengerikan ini? Tentu, keinginan musuh-musuh Islam dan kaum Muslim tidak akan menghentikan penderitaan yang tengah diderita kaum Muslim,” simpulnya. []
Berlomba Memfasilitasi Pembunuhan Kaum Muslim
Surat kabar Yordania Ad-Dustour mempublikasikan sebuah berita yang isinya: “Pada hari Rabu tengah malam Kamis, Arab Saudi melancarkan operasi militer besar-besaran terhadap pemberontak Houthi di Yaman, dengan nama “Âshifah al-Hazm, Badai Penghancur”. Operasi militer ini diikuti oleh negara-negara Arab dan (Islam) sehingga menyebabkan kerusakan yang signifikan pada kemampuan militer bersenjata Syiah yang mengendalikan sebagian besar Yaman.
Menurut Abu Umar, aktivis Hizbut Tahrir, negara-negara yang berpartisipasi dalam operasi militer ini adalah negara-negara yang dibentuk dan dirancang perbatasannya oleh Kesepakatan Sykes-Picot. “Kehendaknya diputuskan berdasarkan kehendak kaum kafir penjajah untuk melakukan pelayanan militer dan lain-lainnya yang mewujudkan kepentingan Barat, dengan menutup mata dari apa yang akan terjadi pada kaum Muslim, seperti pembunuhan dan pengusiran, serta perusakan struktur ekonomi dan militer, yang hanya menguntungkan pabrik-pabrik senjata Amerika dan Barat,” ungkapnya seperti diberitakan www.hizb-ut-tahrir.info, Selasa (31/3).
Abu Umar menyesalkan negara-negara Arab dan negara-negara yang berada di negeri-negeri Islam menggunakan senjata canggih yang dibayar dengan miliaran dolar dari kekayaan umat ini, justru untuk menghinakan dan membuat makar terhadap umat, dan bahkan untuk mengibarkan bendera kaum kafir penjajah.
“Ingat, mereka semua akan merugi dan kecewa dengan apa yang telah mereka lakukan, sebab tindakan mereka ini dicatat dalam lembaran hitam mereka di sisi Allah. Bahkan umat yang mulia, yang tengah berduka ini, mungkin akan membuat perhitungan terhadap para penguasanya besok pada hari kemenangan sebelum perhitungan akhirat yang besar. Di saat itulah Allah menyembuhkan hati orang-orang yang beriman,” tegasnya. []
The Times Fitnah Hizbut Tahrir
Direktur CMO Hizbut Tahrir Osman Bakhach menyatakan surat kabar Inggris “The Times” membuat kebohongan tentang Hizbut Tahrir dengan mengatakan: “Hizbut Tahrir bergabung dengan al-Qaeda di Suriah.”
“Hizbut Tahrir tidak tergabung dalam kelompok manapun, tidak pula al-Qaeda; Hizbut Tahrir hanya mengibarkan bendera Rasulullah saw,” tegasnya seperti dalam pers rilis yang dikeluarkan Senin, 24 Jumadil Tsani 1436 H/13 April 2015 M.
Surat kabar itu menegaskan bahwa banyak dari pejuang organisasi negara (ISIS) yang berkebangsaan Inggris yang sebelumnya berhubungan dengan kelompok Hizbut Tahrir saat studi di universitas Inggris. Tidak berhenti di sini, surat kabar masih membuat kebohongan lebih jauh lagi dengan mengatakan bahwa 100 aktivis Hizbut Tahrir, yang salah satu dari mereka membawa pedang, telah menyerang beberapa demonstran yang mengibarkan bendera revolusi (yang dibentuk oleh imperialis Perancis).
“Tampak jelas dari rekayasa surat kabar tersebut bahwa ia tengah berusaha untuk menuntut pelarangan Hizbut Tahrir di Inggris,” ungkap Osman.
Untuk itu, The Times mulai menciptakan ilusi bahwa meskipun Hizbut Tahrir menolak kekerasan, para aktivisnya gencar menyebarkan ide-idenya di universitas-universitas di Inggris. Dalam hal ini, surat kabar tersebut tidak menemukan bukti nyata, kecuali sebuah pernyataan yang dikaitkan dengan seorang mahasiswa dari Suriah di University of Manchester, yang mengatakan bahwa para aktivis Hizbut Tahrir mengajak dia berdiskusi tentang Khilafah Islamiyah sebagai solusi yang tepat untuk masalah umat Islam. “Kemudian diskusi pemikiran politik ini dianggap sebagai kejahatan terorisme dalam pandangan surat kabar London, yang mengklaim sebagai pemilik Magna Carta (Piagam Besar), dan parlemen demokratis pertama di dunia,” ujar Osman. []
Burma Tarik KTP Muslim Arakan, Bakar Masjid, Sekolah dan Rumah
Otoritas Pemerintah Burma, seperti diberitakan, Islammemo.cc, Ahad (5/4), mulai menarik kartu penduduk khusus kaum Muslim Rohingya dalam rangka mengusir kaum Muslim dari negerinya. Saat yang sama, kelompok-kelompok ekstremis Budha membakar 54 rumah, sebuah masjid dan sekolah milik kaum Muslim Rohingya.
PBB menilai Rohingya sebagai salah satu kaum minoritas yang paling teraniaya di dunia. Untuk itu, PBB telah mengeluarkan resolusi yang menyerukan kepada Pemerintah Myanmar agar memberikan kepada kaum Muslim Rohingya kesempatan untuk memiliki kewarganegaraan, dan menghentikan tindakan kekerasan terhadap mereka.
Sebagian besar dari 800 ribu kaum Muslim Rohingya hidup di Myanmar—yang jumlah penduduknya mencapai 60 juta jiwa—dalam kondisi hidup yang sangat sulit, dan sebagian besar berada di kamp-kamp pengungsi negara bagian Rakhine (Arakan). []
Hanya Bawa Buku Sistem Islam, Aktivis Hizbut Tahrir Turki Ditangkap
Aktivis Hizbut Tahrir Turki Ayhan Aladag ditangkap dan dibawa ke meja hijau hanya karena membawa buku Nizham al-Islam (di Indonesia berjudul Sistem Peraturan Hidup dalam Islam). Ayhan Aladag ditangkap di sebuah pos pemeriksaan umum pada 2 Maret di Erzurum. Sebab, saat itu dia sedang membawa buku karya Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, pendiri Hizbut Tahrir.
“Berdasarkan buku tersebut, walaupun ada berbagai keberatan, Mahkamah Agung Kriminal Kedua bersikeras menjebloskan saudara kami ke penjara atas tuduhan menjadi anggota sebuah “organisasi teroris”!” ujar Kantor Media HT Turki 11 Jumadil Tsani 1436 H.
Menurut Kantor Media HT Turki tersebut, keputusan yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung Kriminal di Erzurum benar-benar bertentangan dengan Mahkamah Agung Kriminal di Gaziantep. “Jadi kontradiksi ini berdasarkan apa?” ujarnya.
Mahkamah Agung Kriminal di Gaziantep membebaskan 17 anggota HT Turki yang kedapatan membawa buku yang sama. Pengadilan Gaziantep membebaskan para aktivis dakwah Islam tersebut setelah mendengarkan pernyataan jaksa pengadilan pada 26 Maret yang mengatakan: “Disebutkan, mereka (aparat, red.) tidak menemukan, selain buku-buku itu, senjata ataupun bahan peledak bersama para terdakwa. Faktanya, organisasi para terdakwa itu adalah suatu bentuk organisasi, asosiasi, atau kelompok politik dan bukan organisasi teroris bersenjata. Dengan demikian disimpulkan tidak adanya unsur-unsur hukum dari organisasi teroris bersenjata. Kami menuntut pengadilan untuk membebaskan terdakwa dari semua tuduhan kejahatan yang dikaitkan terhadap mereka.” [Riza-Bajuri-Joy/Dari berbagai sumber]