Kita, umat Islam, adalah umat yang satu. Kita berbeda dengan seluruh umat lainnya di dunia. Kita memeluk akidah yang sama, akidah Islam; . akidah Lâ ilâha illâl-Lâh, tidak ada Tuhan yang patut disembah dan ditaati kecuali Allah SWT. Dialah satu-satunya Zat Yang memiliki otoritas untuk membuat hukum. Manusia hanyalah mukallaf yang diperintahkan untuk menaati hukum-hukum-Nya secara mutlak. Allah SWT berfirman:
إِنِ الْحُكْمُ إِلا لِلَّهِ أَمَرَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ
Hak membuat hukum hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kalian tidak menyembah selain Dia (QS Yusuf [12]: 40).
Dengan keimanan tersebut, umat Islam akan menolak sistem demokrasi. Sebab, dalam demokrasi otoritas membuat hukum diserahkan sepenuhnya kepada manusia. Tak peduli, apakah hukum yang dibuat oleh manusia itu melanggar dan menabrak hukum-hukum Allah SWT atau tidak.
Umat Islam adalah umat yang mengimani kalimah Muhammad[un] Rasûl-Lâh, Muhammad saw. adalah utusan Allah. Beliau adalah nabi dan rasul terakhir yang membawa risalah paripurna yang wajib diikuti oleh seluruh manusia. Beliaulah uswah hasanah, teladan yang baik, bagi siapa pun yang mengharapkan ridha Allah SWT dan kebahagiaan Hari Akhirat.
Dengan keimanan tersebut umat Islam tidak akan menjadikan Montesque, John Lock, Adam Smith, Karl Marx dan tokoh-tokoh kafir lainnya sebagai teladan yang diikuti. Apalagi menerima ideologi, ajaran, dan sistem buatan mereka yang terbukti sesat dan merusak.
Umat Islam adalah umat yang memiliki hukum yang sama, yakni syariah Islam. Hukum ini berasal dari Allah SWT untuk mengatur seluruh interaksi yang dilakukan manusia dan seluruh aspek kehidupan. Hukum ini wajib diterapkan dalam kehidupan individu, masyarakat, dan negara.
Seemua hukum selain hukum Islam adalah hukum kufur dan jahiliah. Semua hukum itu haram diambil, diterapkan dan disebarluaskan. Para pelakunya pun disebut Allah SWT sebagai fasik, zalim dan kafir.
Oleh karena itu, umat Islam wajib menolak sekularisme. Sekularisme adalah ideologi yang memisahkan agama dari negara. Agama hanya boleh mengatur soal ibadah dan urusan privat lainnya. Ini jelas bertolak belakang dengan syariah yang juga mengatur sistem pemerintahan, sistem ekonomi, politik pendidikan, sistem pergaulan, politik luar negeri, hukum pidana, dan lain-lain. Karena itu menerima sekularisme berarti akan menyingkirkan sebagian besar hukum syariah.
Bukan hanya sekularisme, umat Islam juga harus menolak semua hukum dan sistem kufur lainnya, seperti sistem demokrasi, liberalisme, sosialisme, komunisme, dan lain-lain.
Umat Islam adalah umat yang diperintahkan untuk bersatu dalam naungan satu negara. Itulah Daulah Khilafah Islamiyah yang dipimpin oleh seorang khalifah. Siapa pun yang memecah-belah persatuan ini dan mengangkat dua orang khalifah atau lebih, diancam dengan hukuman yang sangat berat, yakni: hukuman mati. Rasulullah saw. bersabda:
إِذَا بُوْيِعَ لِخَلِيْفَتَيْنِ فَاقْتُلُوْا الآخِرَ مِنْهُمَا
Jika dibaiat dua orang khalifah maka bunuhlah yang terakhir dari keduanya (HR Muslim).
Imam an-Nawawi dalam Syarh Muslim menegaskan, “Para ulama telah sepakat bahwa tidak boleh mengangkat dua orang khalifah pada waktu yang sama, baik Darul Islam luas maupun tidak.”
Bertolak dari realita tersebut, umat ini jelas memerlukan Khilafah. Sebab, hanya dalam Daulah Khilafah akidah Islam dijadikkan sebagai asasnya. Di antara konsekuensinya yang paling penting adalah mengharuskan semua hukum dan undang-undang yang diberlakukan di dalam Daulah Khilafah terpancar dari akidah Islamiyah.
Hanya dengan Daulah Khilafah syariah Islam dapat diterapkan secara kaffah. Khilafah juga satu-satunya sistem pemerintahan yang disyariahkan Islam. Tanpa Khilafah akan banyak hukum Islam terabaikan.
Hanya dengan Daulah Khilafah pula, persatuan umat Islam dapat diwujudkan dalam kehidupan. Tidak terpecah-belah dalam banyak negara seperti saat ini sehingga membuat umat ini menjadi lemah, tidak berwibawa dan mudah dikalahkan oleh musuh-musuhnya.
Tatkala Khilafah tegak, umat ini akan benar-benar mewujud menjadi ummah wâhidah, umat yang satu. Umat ini benar-benar memiliki satu akidah, satu syariah dan satu daulah. Umat ini bersatu di bawah naungan râyah wâhidah, râyah lâ ilâh illâl-Lâh Muhammadur Rasûlul-Lâh.
Dengan Khilafah pula, umat Islam akan menjadi pelita kebenaran dan teladan kebaikan bagi manusia di seluruh dunia. Dengan begitu, manusia akan masuk ke dalam Islam dengan berbondong-bondong, yadkhulûna fî Dînil-Lâh afwâj[an].
Hal itu terjadi karena kebaikan Islam dapat terlihat secara nyata ketika syariah secara kaffah diterapkan oleh Daulah Khilafah. Selain itu juga karena Islam diemban oleh oleh institusi negara, Daulah Khilafah, dengan dakwah dan jihad. Inilah yang terjadi dalam sejarah umat Islam ketika Daulah Khilafah masih tegak.
Sungguh amat disayangkan, sejak 28 Rajab 1342 H atau 3 Maret 1924 umat Islam tak memiliki Khilafah. Sejak itulah umat ini kehilangan jatidirinya sebagai umat yang satu. Nasibnya pun sungguh amat menyedihkan. Kesatuan wilayah mereka dikerat-kerat menjadi negara-negara bangsa yang kecil, lemah dan saling tak peduli. Kekayaan mereka dijarah dan darah mereka ditumpahkan dengan mudah. Akidah mereka dilecehkan dan syariah mereka disingkirkan dari kehidupan.
Sejak itu, qadhiyyah mashîriyyah, perkara amat penting hingga menyangkut hidup dan mati, bagi umat Islam adalah mengembalikan tegaknya Khilafah dalam kehidupan. Umat Islam wajib berjuang sungguh-sungguh untuk mengembalikan Khilafah. Umat Islam wajib menjadikan perjuangan menegakkan Khilafah sebagai agenda utama. Umat tidak boleh dipalingkan dari perjuangan ini.
Ingatlah: nahnu ummah ‘azhîmah, nahnu ummah karîmah. Kita adalah umat yang agung. Kta adalah umat yang mulia. Bahkan kita adalah khairu ummah, umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia. Ingatlah, semua gelar itu berhak kita sandang tatkala kita mengimani Allah SWT, menerapkan syariah-Nya dan memperjuangkan agama-Nya. Allah SWT berfirman:
وَلا تَهِنُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Janganlah kalian bersikap lemah. Jangan (pula) kalian bersedih hati. Padahal kalianlah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) jika kalian orang-orang Mukmin (QS Ali Imran [3]:139).
Janganlah kita saling bertikai dan mau diadu-domba oleh kaum kafir. Janganlah kita terlalu mudah menjatuhkan vonis kafir kepada sesama Muslim, apalagi hanya karena perbedaan dalam perkara ijtihadiyah. Semua itu hanya akan melemahkan kita dan menyenangkan kaum kafir.
Kita semua bersaudara. Janganlah menjadikan sesama saudara sebagai musuh! Musuh kita sesungguhnya adalah negara-negara kafir penjajah dan para penguasa antek negara-negara kafir penjajah itu. Merekalah yang selama ini menimpakan aneka musibah dan bencana kepada umat ini. Merekalah musuh kita. Karena itu perlakukanlah mereka sebagai musuh.
Pada kesempatan ini, Hizbut Tahrir Indonesia kembali mengajak kepada seluruh umat Islam untuk berjuang bersama dalam menegakkan Khilafah. Sejak didirikan oleh pendirinya, Al-‘Allâmah asy-Syaikh Taqiyuddin al-Nabhani, Hizbut Tahrir telah mendedikasikan diri untuk memperjuangkan tegaknya Khilafah. Perjuangan itu terus dilakukan oleh amir berikutnya, Al-‘Alim al-Kabîr asy-Syaikh Abdul Qadim Zallum dan amir sekarang, yakni Al-‘Alim al-Jalîl asy-Syaikh ‘Atha Abu Rasytah. Hizbut Tahrir terus berjuang siang-malam untuk mengembalikan Daulah Khilafah Islamiyah. Khilafah adalah tempat bernaung bagi seluruh umat Islam tanpa membedakan suku, bangsa, atau mazabnya. Khilafah Islam bukanlah khilafah hizbiyyah, khilafah madzhabiyyah, apalagi khilafah wathaniyyah.
Karena itu, bangkitlah segera untuk bergabung dalam barisan perjuangan ini. Segeralah melangkah bersama Hizbut Tahrir berjuang menegakkan Khilafah! Memang ini adalah perjuangan besar, namun pahala yang dijanjikan Allah SWT juga amat besar. Perjuangan ini memang memang berat, tetapi akan meringankan hisab kita di akhirat. Perjuangan ini memang sulit, tetapi jelas bukan mustahil. Sebab, tidak mungkin Allah SWT mewajibkan sesuatu yang mustahil dapat dilaksanakan oleh manusia. Perjungan ini memang tidak mudah, namun bukan ilusi. Sebab, tegaknya Khilafah merupakan wa’dul-Lâh wa busyrâ Rasûlil-Lâh, janji Allah SWT dan berita gembira Rasulullah saw. Apa sulitnya bagi Allah SWT, Pencipta dan Pengatur seluruh alam raya, untuk mewujudkan janji-Nya, mengembalikan Khilafah ar-Râsyidah yang kedua kalinya. Sungguh, Allah SWT pasti akan memenangkan agama-Nya atas seluruh agama dan ideologi walaupun orang-orang musyrik membencinya. Allah SWT berfirman:
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
Dialah Yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci (QS at-Taubah [9]: 33).
Perlahan namun pasti, tanda-tanda Khilafah bakal tegak semakin terlihat jelas. Tak aneh jika kaum kafir semakin ketakutan. Berbagai manuver dan konspirasi mereka lakukan untuk menghadang Khilafah tegak, trmasuk mengekspolitasi berbagai kejahatan gerakan-gerakan yang mendeklarasikan Khilafah yang tidak benar secara syar’i; melakukan penyembelihan, pembakaran dan penghancuran dan berbagai tindakan tidak syar’i lainnya. Kaum kafir imperialis mengeksploitasi dan menyebarluaskan berbagai kejahatan gerakan-gerakan ini. Itu mereka lakukan agar umat Islam benci terhadap Khilafah yang hakiki.
Namun, semua upaya mereka akan gagal dan terus gagal dengan izin Allah. Sebaliknya, Khilafah, dengan izin dan pertolongan Allah SWT akan segera tegak kembali. Ketika itu, bergemberilah umat ini menyambut pertolongan Allah. Allah SWT berfirman:
وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ، بِنَصْرِ اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ
Pada hari itu bergembiralah kaum Mukmin karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang Dia kehendaki. Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang (QS ar-Rum [30]: 4-5).
Semoga Khilafah Rasyidah ‘ala Minhaj an-Nubuwwah yang kita perjuangkan segera tegak kembali. Semoga pula kita semua diberikan kesempatan untuk hidup di bawah naungan Khilafah. Amin, ya Rabb al- ‘lamin. []