163 Aktivis Mesir Diculik
Sekitar 163 mahasiswa dan aktivis diculik sejak April, 64 di antaranya sudah dibebaskan, sedangkan sisanya belum diketahui di mana rimbanya. “Eskalasi hilangnya puluhan mahasiswa dan aktivis ini adalah hasil dari kampanye Pemerintah untuk melawan perbedaan pendapat,” ujar Khaled Abdel Hamid, Juru Bicara kelompok HAM Mesir Brave merilis hasil investigasinya seperti diberitakan The Washington Post, Sabtu (13/6).
Menurut Khaled, orang-orang yang telah menghilang di Mesir telah terjadi sebelumnya, tetapi tidak terjadi pada tingkat seperti sekarang ini.
Dalam banyak kasus, para korban dibawa tanpa surat perintah dan polisi menyangkal mereka tahu keberadaan para korban. Mereka telah diculik dari rumah-rumah mereka, jalan-jalan bahkan dari universitas. “Beberapa orang dari mereka muncul dalam keadaan tidak bernyawa, sementara yang lain baru saja lenyap,” ujar Khaleed.
Bulan lalu, kelompok HAM al-Karama yang berbasis di Kairo mengumumkan bahwa mereka telah meminta Kelompok Kerja PBB untuk Penghilangan Paksa agar turut menangani tujuh kasus penculikan paksa di Mesir. []
Inilah Dalih Israel dalam Serangannya ke Gaza
Sebagaimana diberitakan The Guardian, Ahad (14/6), Israel mengklaim bahwa operasi militer Angkatan Bersenjata Israel di Gaza musim panas lalu adalah perang defensif moral yang dilakukan sesuai dengan hukum internasional.
Publikasi laporan pada Ahad tertulis terkait dengan departemen Pemerintah Israel yang waktunya adalah sehari sebelum pengumuman temuan investigasi oleh Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa atas kemungkinan kejahatan perang yang dilakukan oleh Israel dan Hamas.
Laporan UNHRC itu, saat Israel menolak untuk bekerjasama, diharapkan dapat menjadi landasan untuk kasus Palestina melawan Israel di pengadilan pidana internasional, yang dijadwalkan akan disampaikan pada 25 Juni.
Israel melaporkan upaya yang dilakukan oleh IDF untuk menghindari kerugian bagi warga sipil dan menyatakan operasi itu sebagai hal yang penting dilakukan untuk menanggapi gencarnya serangan roket dari Gaza dan ancaman Hamas yang menyusup melalui terowongan tersebut.
Menurut anggota Kantor Media Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Farid Wadjdi, segala klaim Israel tersebut penuh kebohongan dan dusta belaka. Klaim tersebut sekaligus menunjukkan kelicikan Israel untuk yang ke sekian kalinya. Pasalnya, semua klaim itu—sebagaimana klaim-klaim Israel selama ini yang seolah-olah dirinya adalah korban dari serangan Hamas—menafikan akar persoalan dari “Perang Gaza”, yakni pendudukan Israel atas Tanah Palestina, yang menjadikan Israel sebagai negara ilegal sekaligus negara penjajah. Sebaliknya, Hamas atau rakyat Palestina secara umum tentu memiliki hak dan kewajiban moral untuk melakukan apapun—termasuk kekerasan bersenjata—terhadap Israel sebagai perampas Tanah Palestina demi membela diri sekaligus mengusir Israel dari Bumi Palestina.[]
AS Membangun Pangkalan Militer Baru di Irak
Ketua Gabungan Kepala Staf Militer AS Jenderal Martin Dempsey mengatakan, “Amerika Serikat telah memperluas intervensinya di Irak dalam menghadapi Organisasi Negara Islam (ISIS).”
Dalam konteks ini Dempsey mengatakan tentang “kemungkinan membangun pangkalan militer tambahan untuk membantu pasukan Irak dalam memerangi ISIS yang tengah mendominasi sejumlah wilayah di sana.”
Pembicaraan tentang kemungkinan memperluas intervensi AS terjadi setelah Gedung Putih mengumumkan untuk mengirim puluhan penasihat militer ke Anbar guna membantu pasukan Irak dalam upayanya untuk merebut kembali Ramadi dari kontrol ISIS.
Para penasihat dan tentara Amerika lainnya pergi ke Anbar di pangkalan udara yang terletak hanya 37 kilometer dari Ramadi.
Aktivis Hizbut Tahrir Ahmad Khathwani mengatakan Amerika tengah memanfaatkan konflik sektarian di Irak untuk mempercepat rencananya, untuk membuat langkah-langkah barunya guna menumpahkan darah kaum Muslim lebih banyak lagi, dan menghancurkan negeri-negeri mereka. Sementara itu, tidak ada satu pun pemimpin kaum Muslim, termasuk Irak dan Iran—khususnya—yang menentang dengan serius kehadiran pasukan AS di Irak yang terus bertambah. “Justru yang terjadi sebaliknya, kami menemukan bahwa sebagian besar mereka menginginkan dan menyambut baik kehadiran pasukan Amerika ini,” ujarnya seperti dilansir hizb-ut-tahrir,info, Ahad (14/6). []
Aneh, “Pawai Al-Quran” Kok Memerangi Khilafah ‘ala Minhaj an-Nubuwwah
Para aktivis Hizbut Tahrir Yaman memasang sejumlah spanduk di beberapa kota di Yaman, termasuk di Ibukota Sana’a, pada Rabu, (27/5) dengan tema yang berbeda, di antaranya, “Yang Akan Mengalahkan Kaum Kafir Penjajah dan Para Anteknya…Khilafah Rasyidah ‘ala Minhaj an-Nubuwah”.
Pada spanduk-spanduk itu disertakan nomor telepon Hizbut Tahrir Wilayah Yaman.
Sungguh hal itu telah mengundang opini publik yang signifikan. Pasalnya, belum pernah terjadi sebelumnya saat banyak orang menghubungi serta menyetujui gagasan dan perjuangan ini. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang ingin kenal lebih dekat untuk ikut berjuang bersama Hizbut Tahrir. Itu mereka lakukan setelah mereka merasakan kebenaran dari apa yang mereka lihat. Mereka pun menyadari bahwa semua bencana yang menimpa mereka adalah karena tidak adanya institusi yang melindungi kaum Muslim, juga akibat persekongkolan negara-negara kafir ketika itu—Inggris, Prancis dan Rusia—untuk menghancurkan institusi pemerintahan kaum Muslim, negara Khilafah.
Namun, ketika masuk malam hari, semua spanduk itu diturunkan paksa oleh Kelompok Houthi. Kemudian mereka menghubungi nomor telepon yang ada di spanduk untuk melampiaskan kemarahannya terhadap Hizbut Tahrir dan merendahkan gagasan untuk menegakkan Khilafah Rasyidah ‘ala Minhaj an-Nubuwah.
Lalu mereka keluar dengan memikul senjata dari Saada menuju Sana’a lalu ke wilayah Yaman lainnya melakukan pawai dengan mengusung tema “Pawai Al-Qur’an”. Aneh, Pawai al-Quran kok memerangi perjuangan penegakkan Khilafah Rasyidah ‘ala Minhaj an-Nubuwah.
Juru bicara resmi mereka, Muhammad Abdul Salam, mengatakan, “Kami menginginkan negara sipil demokratis.”
Aktivis Hizbut Tahrir, Syafiq Khamis, mengomentari hal itu: “Jika selain kalian tidak baik dalam menerapkan Islam, lalu mengapa kalian tidak melakukan perbuatan Rasulullah saw. sekarang, sedangkan kalian sudah meraih kekuasaan. Untuk itu, terapkanlah Islam dan janganlah kalian menyalahi Islam. Sekali lagi, mengapa kalian tidak menerapkan Islam?” (hizb-ut-tahrir.info, Ahad 31/5). [Riza Aulia/Joy]