AlhamdulilLahir Rabil ‘alamin. Allah SWT masih memberikan kesempatan kepada kita untuk mengisi bulan Ramadhan 1436 H dengan beribadah kepada Allah SWT. Sesungguhnya semua ibadah mahdhah yang kita lakukan bermuara pada semakin meningkatnya ketaatan kepada Allah SWT. Demikian pula dengan ibadah shaum kita, yakni kita agar menjadi manusia yang bertakwa, la’allakum tattaqun. Takwa diartikan sebagai menjalankan seluruh perintah Allah SWT dan menjauhi seluruh larangan-Nya.
Tentu ada yang salah jika seorang Muslim taat dalam ibadah mahdhah-nya—seperti rajin shalat, sungguh-sungguh dalam shaum, taat dalam menjalankan ibadah haji dan zakat—tetapi menolak penegakan hukum-hukum Allah SWT (syariah Islam) secara menyeluruh dalam institusi Khilafah.
Sesungguhnya Allah SWT tidak hanya memerintahkan kita shaum Ramadhan, melaksanakan shalat lima waktu, dan kewajiban ibadah mahdhah lainya. Allah SWT pun memerintah kita untuk berhukum pada seluruh hukum Allah SWT. Allah SWT (yang artinya): Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kalian (TQS al-Baqarah [2]: 208).
Imam Ibnu Katsir rahimahulLah menegaskan dalam tafsirnya, bahwa dalam ayat ini Allah SWT menyeru para hamba-Nya yang beriman kepada Dia serta membenarkan Rasul-Nya untuk mengambil seluruh ajaran dan syariah Allah SWT, melaksanakan seluruh perintah dan meninggalkan seluruh larangan-Nya dengan semaksimal mungkin.
Tentang kewajiban menjalankan seluruh syariah Islam dijelaskan oleh Al-‘Alim asy-Syaikh ‘Atha bin Khalil: “Frasa ayat ‘Janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan’ merupakan indikasi (qarinah) atas kewajiban dari perintah Allah dalam ayat yang agung ini untuk berislam secara totalitas.”
Semua bentuk ibadah mahdhah yang kita lakukan seperti shalat, shaum, zakat, haji sudah seharusnya semakin memperkuat ketaatan kita kepada hukum-hukum Allah SWT secara menyeluruh. Shaum kita pun sepantansnya semakin mengokohkan perjuangan kita untuk menegakkan hukum Allah SWT dan Khilafah.
Bulan Ramadhan juga sering disebut syahr al-Qur’an. Pada bulan inilah al-Quran diturunkan. Pada bulan ini pun kita didorong untuk banyak membaca dan menghapal al-Quran. Allah SWT melimpahkan pahala yang besar bagi siapapun yang melaksanakan itu. Namun demikian, kita tidak boleh lupa, bahwa al-Quran bukan hanya untuk dibaca dan dihapal, tetapi juga merupakan pedoman hidup kita, hud[an] lin-nas (petunjuk untuk manusia) dan hud[an] lil-muttaqin (petunjuk untuk kaum yang bertakwa).
Al-Quran sebagai pedoman hidup artinya hukum-hukumnya harus diterapkan dalam kehidupan kita. Semua ini seharusnya mendorong kita untuk berjuang menegakkan Khilafah Islam. Pasalnya, mustahil seluruh hukum-hukum al-Quran (syariah Islam) bisa diterapkan secara totalitas tanpa adanya Khilafah.
Ramadhan juga sering disebut sebagai syahrul-jud. Pada bulan ini kita didorong untuk memperbanyak perbuatan baik kepada sesama manusia, memberikan bantuan kepada fakir miskin dan bermurah tangan. Rasulullah saw. sendiri adalah manusia yang paling murah tangan, senang membantu orang lain. Pada bulan Ramadhan Rasulullah saw. lebih pemurah lagi.
Kita didorong oleh Rasulullah saw. bukan hanya membantu fakir miskin, tetapi juga menolong umat Islam yang dizalimi, yang ditindas, atau dibunuh. Tentu perhatian kita terhadap mereka seharusnya lebih besar lagi. Bukankah Rasulullah saw. mengingatkan kita agar peduli terhadap nyawa kaum Muslim? Bahkan Rasulullah saw. menyatakan hancurnya bumi beserta isinya ini adalah lebih ringan bagi Allah daripada hilangnya nyawa seorang Muslim tanpa alasan yang haq.
Saat ini kita bisa melihat nyawa umat Islam demikian murahnya di mata musuh-musuh Allah SWT. Penjajah Yahudi sampai saat ini terus melakukan pembunuhan massal terhadap umat Islam di Palestina. Hal yang sama dilakukan musuh-musuh Allah SWT terhadap kaum Muslim di Afrika Tengah, Myanmar dan tempat-tempat lainnya. Para penguasa represif yang didukung oleh Barat juga melakukan hal yang sama, seperti yang dilakukan oleh diktator Sisi di Mesir dan rezim brutal Assad di Suriah. Semua ini terjadi kerena di tengah-tengah umat Islam tidak ada lagi institusi pelindung, yaitu Khilafah Islam.
Alhasil, bulan Ramadhan ini justru harus membuat kita lebih bersungguh-sungguh untuk menghentikan penderitaan kaum Muslim ini dengan bersungguh-sungguh memperjuangkan syariah dan Khilafah Islam.
Ramadhan adalah bulan perjuangan. Ini ditunjukkan sendiri oleh Rasulullah saw. yang mulia. Pada bulan Ramadhan Rasulullah saw. bukan hanya melakukan ibadah mahdhah atau amalan as-Sunnah, tetapi juga melaksanakan jihad fi sabilillah, perang di jalan Allah SWT. Pada tanggal 17 Ramadhan tahun 2 H, Rasulullah saw. memimpin Perang Badar. Perang ini dimenangkan kaum Muslim meskipun dengan jumlah yang lebih sedikit (300 orang), namun bisa mengalahkan 1000 pasukan musyrik. Fathul-Makkah juga terjadi pada bulan Ramadahan, tepatnya pada 21 Ramadhan tahun 8 H.
Perjuangan dan kemenangan pada bulan Ramadhan ini diikuti oleh kaum Muslim sesudah Rasulullah saw. Beberapa perang besar terjadi pada bulan Ramadhan seperti Perang Qadisiyah melawan pasukan Jenderal Persia, Rustum, dan pembebasan Andalusia (Spanyol). Saifuddin Qutus juga berhasil mengalahkan Tatar dalam Perang ‘Ayn Jalut pada bulan Ramadhan. Demikian juga pembebaskan Bosnia Herzegovina. Semua ini menunjukkan bahwa Ramadhan adalah bulan perjuangan.
Terakhir, apa yang menjadi harapan dan doa yang disampaikan oleh Amir Hizbut Tahrir saat menyambut bulan ramadhan 1436 H semoga dikabulkan Allah SWT. Beliau menyatakan, “Saya memohon kepada Allah SWT agar menerima dari kaum Muslim seluruhnya shiyam dan qiyam mereka dan agar semua itu menjadi pembuka kebaikan dan berkah, menjadi pendahuluan dari pertolongan dengan tegaknya al-Khilafah ar-Rasyidah sehingga umat pun bisa berlindung di bawah panji al-‘Uqab, panji Lâ ilâha ilâ Allâh Muhammadun Rasûlullâh. Dengan itu umat kembali menjadi seperti dulu; menjadi umat yang mulia, kuat dengan Rabb mereka dan mulia dengan agama mereka. Allah SWT berfirman: Pada hari (kemenangan) itu bergembiralah orang-orang yang beriman karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang saja yang Dia kehendaki. Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang (TQS ar-Rum [30]: 4-5).”
AlLahu Akbar! [Farid Wadjdi]