Assalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.
Pembaca yang budiman, sejak sekitar bulan lalu hingga kini, rupiah ’gonjang-ganjing’. Pasalnya, kurs dolar AS di pasar internasional menguat. Sebaliknya, kurs rupiah terhadap dolar Amerika mengalami penurunan sangat tajam. Sebetulnya, penurunan kurs rupiah terhadap dolar AS telah lama terjadi sejak Jokowi resmi menjadi presiden. Namun, sekitar dua bulan terakhir penurunan tersebut sangat ekstrem. Hingga tulisan ini dibuat, nilai rupiah terhadap dolar AS telah menyentuh titik paling rendah, yakni sekitar Rp 14.500. Tentu saja, kondisi ini membuat panik banyak kalangan, baik para pejabat Pemerintah, para pengamat, pelaku bisnis dan masyarakat secara umum. Pasalnya, kenaikan nilai dolar AS dan sebaliknya penurunan rupiah secara ekstrem tentu berdampak serius secara ekonomi. Yang paling menonjol adalah naiknya harga barang-barang impor atau yang berbahan baku impor. Akibatnya, banyak industri yang bergantung pada bahan baku impor, baik besar, menengah maupun kecil, yang mengap-mengap, bahkan kolaps. Dampak lanjutannya adalah meningkatnya angka pengangguran sebagai akibat langsung dari banyak perusahaan yang gulung tikar. Apalagi ketergantungan Indonesia pada impor terjadi hampir di banyak lini; tidak hanya di sektor manufaktur (industri menengah ataupun kecil), tetapi bahkan termasuk kebutuhan pokok seperti: beras, daging sapi, kacang kedelai (bahan baku tempe dan tahu), gula pasir, bahkan garam.
Itulah tema besar yang dalam al-wa’ie edisi kali ini. Tema-tema lain yang pastinya penting tentu juga layak untuk dikaji. Selamat membaca!
Wassalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.