HTI

Opini (Al Waie)

Menolong Agama Allah SWT

Bila seorang Muslim ditanya, apakah ia ingin masuk surga? Tentu semuanya menjawab iya. Hampir tak mungkin ada yang menjawab tak ingin, atau dengan tegas menyatakan malah ingin ke neraka.

Namun, sekadar rasa ingin tentu tak otomatis menjadikan pemilik rasa tersebut meraih apa yang dia inginkan. Setiap keinginan akan terealisasi bila ada upaya untuk mewujudkannya.

Setiap Muslim tentu mesti sepakat, bahwa Nabi Muhammad saw. adalah teladan yang patut diikuti, yang mampu mendeskripsikan secara lengkap dan rinci bagaimana upaya untuk menapak jalan ke surga. Beliau adalah Islam yang berjalan, yang menjadi representasi agama Alkah SWT yang terakhir. Lantas pertanyaanya, bagaimana yang beliau contohkan?

Satu hal yang tak bisa dinafikan oleh siapapun, beliau memberikan contoh, bahwa untuk meraih surga, setiap Muslim perlu terlibat dalam aktivitas menolong agama Allah SWT, dengan berjuang meninggikan kalimat-Nya di muka bumi. Apabila kita melihat sirah yang merekam perjalanan hidup beliau selepas diberi wahyu, maka akan didapati bahwa hari-hari beliau selalu diwarnai dengan berbagai aktivitas yang merupakan perwujudan menolong agama Allah SWT. Persis sebagaimana yang beliau ucapkan kepada Siti Khadijah selepas Jibril menyambangi Nabi saw., “Tidak ada istirahat setelah hari ini,” katanya.

Begitupula halnya dengan orang-orang yang Allah SWT jaminkan surga kepada mereka. Mereka semua adalah manusia yang meniti jalan Nabi saw. Jalan perjuangan. Sejarah mencatat nama-nama Sahabat semisal Abu Bakar, Umar bin al-Khaththab, Utsman bin Affan atau Ali bin Abi Thalib sebagai manusia yang menghabiskan seluruh hidupnya selepas masuk Islam, dengan mencurahkan pikiran, harta dan jiwanya untuk meninggikan agama Allah SWT. Tak ada kekhawatiran dalam diri mereka, bahwa hidup mereka akan sulit karena menolong agama-Nya. Mereka sungguh yakin dengan firman-Nya (yang artinya): Hai orang-orang beriman, jika kalian menolong (agama) Allah, maka Allah akan menolong kalian, dan meneguhkan kedudukan kalian (TQS Muhammad: 7).

Sebaliknya, tak ada ceritanya seorang Muslim yang hidupnya mementingkan diri sendiri dan menjauhkan diri dari jalan perjuangan diberi jaminan surga. Muslim yang seperti ini justru malah menbuat Islam tak berdaya. Terekam dalam sejarah, mengenai keberadaan sebagian Muslim yang ber-‘uzlah pada masa Khilafah, yang turut berkontribusi bagi redupnya kekuasaan Islam.

Saat kini Islam terpuruk, tentu saja urgensitas aktivitas menolong agama Allah SWT menjadi lebih vital lagi. Untuk menapak kebangkitan, umat ini memanggil Muslim yang menginginkan surga, dan mengingatkan bahwa omong-kosong bila inginkan surga, namun enggan menapak jalan Nabi saw. dan para Sahabat beliau. WalLâhu a’lam. [Farhan Akbar Muttaqi; Jurnalis, tinggal di Bandung]

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*