Sudah Dekatkah Keberhasilan Skenario AS?

Sejauh ini Amerika benar-benar telah gagal dalam penerapan solusi politik melalui Genewa 1 dan 2, Inisiatif Liga Arab dan PBB dengan mengutus Annan dan Brahimi. Ini menunjukkan betapa keras dan sulitnya mengalahkan Revolusi Suriah yang diberkati.

Tampaknya, ada kesengajaan untuk menyembunyikan peran Bashar Assad dengan mengirim de Mistura untuk mengumumkan secara terbuka pada tanggal 13/02/2015, “Assad adalah bagian dari solusi sehingga kami akan terus mengadakan diskusi dengan dia.”

Melalui de Mistura ini, Amerika menyatakan bahwa Assad sekarang masih bertahan. Pernyataan itu ditegaskan lagi melalui pernyataan Menteri Luar Negerinya, Kerry, pada tanggal 15/03/2015, “Amerika Serikat akan terpaksa bernegosiasi dengan Presiden Suriah Bashar Assad terkait transisi politik di Suriah.”

Berdasarkan semua ini berarti Amerika benar-benar telah gagal untuk menemukan boneka alternatifnya. Karena itu Amerika ingin menjaga bonekanya yang ada saat ini, yaitu Bashar Assad, untuk tetap berkuasa hingga penetapan kesepakatan yang bisa diterapkan dengan persetujuan semua pihak yang memiliki peran berpengaruh dalam Revolusi Suriah. Dengan demikian, Amerika ingin menekan rakyat Suriah dengan mengatakan kepada mereka bahwa Assad akan tetap bertahan selama mereka tidak datang dan menandatangani kesepakatan yang berisi solusi politik.

Amerika datang melalui rencana de Mistura yang telah disetujui dengan suara bulat di Dewan Keamanan PBB pada tanggal 17/08/2015. Rencana tersebut meliputi pembentukan komite empat dalam fase transisi. Tugas komite adalah membentuk pemerintahan transisi yang memiliki kekuasaan mutlak dalam semua urusan militer dan keamanan. Komite juga bertugas mengawasi dewan militer bersama untuk berkoordinasi dengan semua struktur militer lokal yang ada. Militer lokal meliputi perwakilan dari semua pihak yang terlibat dalam pertempuran, yang memiliki kekuatan besar. Mereka akan berfungsi sebagai platform untuk digunakan dalam menjalankan kepemimpinan semua operasi militer yang akan dilakukan oleh semua pihak serta menjamin penghormatan terhadap gencatan senjata. Mereka juga digunakan untuk perang bersama melawan organisasi “terorisme”, memulihkan keutuhan wilayah negara, serta membentuk sebuah dewan nasional Suriah dengan menghapus majelis rakyat, revisi konstitusi serta menolak sisa-sisa Partai Baath. Selanjutnya diadakan pemilihan parlemen dan presiden di bawah pengawasan PBB.

Faksi-faksi Suriah tertentu yang jumlahnya mencapai 26 faksi bersenjata telah mengeluarkan pernyataan yang menyambut rencana tersebut. Namun, mereka menambahkan persyaratan: pelengseran Bashar Assad dan semua pilar rezimnya serta tidak satupun dari mereka yang mendapatkan tempat atau peran dalam Suriah baru dan fase transisi.”

Pernyataan itu juga menyerukan “penghapusan Iran dari setiap konsultasi khusus terkait Suriah;” juga menyerukan “solusi untuk struktur keamanan serta merestrukturisasi lembaga-lembaga militer dan peradilan.” Ini berarti bahwa ada respon dari beberapa faksi bersenjata, namun tidak sepenuhnya.

Amerika mulai menonjolkan dan membesarkan peran Rusia, seolah Amerika khawatir terhadap Rusia. Ini membuat negara-negara Eropa akan berjalan di belakang Amerika dan mendukung rencananya untuk menerima Assad dalam fase transisi. Faktor Rusia juga penting untuk menakut-nakuti rakyat Suriah atas ancaman Rusia yang akan mengintervensi dengan kekuatannya untuk melindungi Assad sampai rakyat Suriah menerima rencananya. Oleh karena itu, Menteri Luar Negeri Amerika, Kerry mengumumkan pada tanggal 09/05/2015, “Amerika sangat prihatin karena beberapa laporan yang mengatakan bahwa Moskow tengah bergerak menuju penguatan militer besar-besaran di Suriah yang bertujuan untuk memperkuat Presiden Bashar Assad.”

Amerika mulai membatasi masalah Suriah dengan Rusia dan menempatkan Rusia seolah-olah pesaing Amerika. Lalu Menteri Luar Negeri Amerika membuka garis panas dengan rekannya Menteri Luar Negeri Rusia.

Tampaknya, Eropa merasa seperti terisolasi. Karena itu Eropa cepat-cepat membuat pernyataan menerima Bashar Assad. Bahkan Menteri Luar Negeri Spanyol dan Austria pergi ke Iran pada tanggal 09/07/2015. Keduanya mengumumkan dukungan terhadap keberadaan Assad dalam fase transisi. Pernyataan serupa dikeluarkan oleh Menteri Luar Negeri Inggris pada tanggal 21/09/2015. Sehari kemudian hal itu diikuti oleh Menteri Luar Negeri Prancis dengan membuat pernyataan menerima Assad dalam fase transisi. Adapun Jerman memiliki sikap lain. Jerman tidak menyatakan dukungan terhadap Revolusi Suriah, tetapi juga tidak meminta Assad untuk lengser. Menteri Luar Negeri Jerman, Frank-Walter Steinmeier mengatakan, pada tanggal 18/03/2015, “Pada prinsipnya, Jerman tidak menolak untuk mengadakan pembicaraan dengan rezim Presiden Suriah Bashar Assad.”

Bahkan ia menyatakan dukungannya terhadap upaya de Mistura dan Menteri Luar Negeri Amerika. Semua tahu bahwa negara-negara Eropa menginginkan sekali untuk memiliki peran dan tempat dalam negosiasi ini, seperti yang terjadi dalam negosiasi nuklir Iran.

Amerika juga menggunakan Rusia untuk membersihkan gerakan-gerakan Islam yang menolak proyek Amerika. Dengan demikian Amerika membuka front ketiga dengan dalih memerangi organisasi Negara Islam (ISIS) dan terorisme. Apakah solusi itu diterapkan hari ini atau tidak, yang jelas, Amerika melihat masalah besar menanti di depannya terkait penolakan umat Islam terhadap pengaruh dan proyek-proyeknya; sementara Revolusi Suriah sudah menjadi harga mati dan keberhasilan Revolusi Suriah merupakan keberhasilan setiap umat Islam. Oleh karena itu, Amerika meminta bantuan kepada musuh (Rusia) yang sama-sama membenci Islam dan pemeluknya serta takut akan kembalinya Islam ke pemerintahan dan ke pinggiran Moskow.

Amerika terus memberi Iran peran untuk dia mainkan di kawasan Timur Tengah sekalipun hal itu dibenci oleh rakyat Timur Tengah dan negara-negaranya. Menteri Luar Negeri Amerika, Kerry, mengatakan, saat ia berdiri di samping rekannya, Menteri Luar Negeri Iran, Zarif, di New York setelah mereka bertemu pada tanggal 26/09/2015, “Kita perlu mencapai perdamaian dan jalan ke depan di Suriah, Yaman serta kawasan Timur Tengah. Saya yakin bahwa ada peluang minggu ini melalui diskusi untuk mencapai beberapa kemajuan.”

Arab Saudi mulai terlihat ketakutan meskipun ia setia kepada Amerika seperti Iran. Namun, Saudi menyadari bahwa Amerika akan menggunakan Iran untuk menekan Saudi dalam setiap kebutuhan. Amerika pun akan memiliki tangan lain yang akan dia gunakan di kawasan tersebut jika ia tidak melaksanakan setiap keinginan Amerika. Begitu juga rakyat Suriah menolak peran Iran karena kejahatan yang Iran lakukan, juga partainya di Libanon (Hizbullah) serta rezim Suriah yang Iran lindungi dengan memerangi setiap musuhnya. Bahkan faksi-faksi yang menyerah dan menerima rencana de Mistura sekalipun juga menolak peran Iran seperti yang dinyatakan dalam pernyataannya.

Dalam hal ini, de Mistura telah meminta Iran untuk menjadi pihak dalam negosiasi bersama Turki, perwakilan dari PBB, serta perwakilan dari beberapa faksi bersenjata dari Revolusi Suriah. Tindakan de Mistura ini tidak lain kecuali atas perintah Amerika hingga membuktikan peran Iran, dan meyakinkan kepada semua tentang sejauh mana keberhasilan dan pentingnya peran Iran, karena Iran mewakili partainya di Libanon dan rezim Suriah.

Adapun Turki (Erdogan) pada tanggal 24/09/2015 mengumumkan dukungannya untuk mempertahankan Assad dalam fase transisi. Ini berarti bahwa untuk kepentingan solusi Amerika, Turki akan memberikan tekanan pada faksi-faksi oposisi bersenjata yang ada di Turki serta pada rakyat Suriah secara umum.

Jadi, jelaslah bahwa Amerika telah membuat beberapa kemajuan menuju solusi politiknya secara teori, namun apakah itu akan berhasil secara riil, sementara rakyat Suriah masih bersikeras untuk menggulingkan rezim, dan masih mendapatkan kemenangan demi kemenangan meskipun ada banyak pengkhianatan kepada mereka, kelicikan Amerika dan intervensinya secara langsung dengan dalih memerangi organisasi negara (ISIS). Iran dan partainya juga telah mengintervensi. Namun, keduanya tidak pernah mencapai kemenangan, dan tidak mampu untuk mendapatkan kembali wilayah yang telah hilang dari rezim. Justru yang terjadi adalah kekalahan yang terus bertambah.

Karena itu Amerika berusaha memperkuat front ini dengan Rusia langsung agar rakyat Suriah tunduk terhadap solusinya. Namun ingat, rakyat Suriah akan mampu menghadapi itu semua dan menggagalkannya. Jika mereka tetap dengan sikapnya yang menolak Bashar Assad dan rezimnya, rencana de Mistura, dan solusi-solusi Amerika yang lainnya, serta dengan memohon bantuan Allah, maka musuh-musuh mereka tidak akan pernah bisa merampas kebaikannya. Mudah-mudahan Allah menghancurkan dan membinasakan musuh-musuhnya serta menjadikan Islam berkuasa di bumi-Nya [Sumber: Ar-Râyah, edisi Rabu, 16 Dzul Hijjah 1436 H/30 Sebtember 2015 M]

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*