HTI

Lintas Dunia (Al Waie)

Lintas Dunia [Februari 2016]

Dua Solusi Buruk, Gencatan Senjata di Dalam Suriah dan Negosiasi di Luar Negeri

Alih-alih mendukung perjuangan penegakan Khilafah, para penguasa negeri-negeri kaum Muslim malah bersepakat dalam dua solusi buruk: gencatan senjata di dalam Suriah dan negosiasi di luar Suriah.

Ratusan pejuang oposisi dan warga sipil pada Rabu (2/12/2015) keluar dari Desa al-Wa’ar; titik terakhir yang mereka kuasai di Kota Homs di Suriah Tengah. Ini merupakan implementasi kesepakatan yang mereka buat pekan lalu dengan representasi dari pemerintah dengan supervisi dari PBB.

Kesepakatan yang dicapai dengan supervisi dari PBB antara para pejuang oposisi dan rezim Suriah pada 1 Desember 2015 menyatakan, dua ribu tentara dan keluarga-keluarga warga sipil harus pergi dari Desa al-Wa’ar. Direktur Obsivatory of Human Right, Rami Abdel Rahman, menyatakan kepada AFP bahwa bus-bus akan menuju Kota Homs. Dari sana menuju celah sempit di Propinsi Hama kemudian menuju Propinsi Idlib yang dikendalikan oleh faksi-faksi Jaisy al-Fath dan yang paling menonjol adalah Jabhah an-Nushrah sejak musim semi lalu.

Pada hari-hari yang sama, diselenggarakan Konferensi Oposisi di Riyadh untuk membentuk delegasi negosiasi tentang sistem pemerintahan transisi negara sipil sekular di Syam pusat Dar al-Islam! Pertemuan itu berlangsung dua hari, Rabu dan Kamis, 9 dan 10 Desember 2015.

Statemen final pertemuan itu di antaranya menyatakan memenuhi seruan Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia, kekuatan revolusi dan oposisi Suriah menggelar pertemuan yang diperluas di Kota Riyadh, hari Kamis. Pertemuan itu bertujuan menyatukan barisan dan pandangan bersama seputar solusi politik negosiatif untuk isu Suriah berdasarkan pada statemen Jenewa 1.

Para peserta pertemuan mengungkapkan komitmen mereka untuk berpegang pada kesatuan wilayah Suriah dan keyakinan mereka tentang negara sipil Suriah. Para peserta pertemuan juga mengungkapkan komitmen mereka dengan mekanisme demokrasi tanpa ada tempat di dalamnya untuk Bashar Asad, pilar-pilar dan simbol-simbol rezimnya atau di dalam pengaturan politik apapun mendatang.

Berkenaan dengan itu, Hizbut Tahrir mengeluarkan pernyataan sikapnya. Dalam pers rilis tertanggal 29 Shafar al-Khayr 1437 H / 11 Desember 2015 M, Hizbut Tahrir menegaskan gencatan senjata yang berlangsung adalah bagian dari sarana rezim untuk memperpanjang umurnya, meluaskan kekuasaannya setelah hancur. Dengan itu rezim dengan tenang menyiapkan suasana untuk penggantinya yang direkayasa di Konferensi Riyadh dengan supervisi Amerika dan para pengikutnya.

Karena itu Presiden Amerika memberi selamat atas gencatan senjata al-Wa’ar dan menyerukan perluasan gencatan senjata secara lebih besar. “Tengah berlangsung perpindahan para pejuang dan keluarga mereka ke daerah yang dikontrol oleh oposisi bersenjata di barat laut dekat perbatasan Turki sesuai ketentuan kesepakatan. Itu adalah model untuk kesepakatan gencatan senjata yang bisa diterapkan di daerah-daerah lain. Obama mengatakan bahwa itu bisa diterapkan di Suriah secara lebih besar,” ujar rilis tersebut mengutip Reuters, 9 Desember 2015.

Hizbut Tahrir menyampaikan seruan kepada semua orang berkonferensi. “Anda tidak diragukan lagi mengetahui bahwa negosiasi dengan rezim merupakan pengkhianatan setelah semua kejahatan yang diperbuat rezim yang menimpa manusia, pepohonan dan bebatuan. Anda juga mengetahui bahwa menyerukan negara sipil sekular merupakan kriminal.”

Hizbut Tahrir juga mengatakan, “Anda adalah Muslim dan Islam mewajibkan pemerintahan dengan apa yang telah Allah turunkan. Sistem pemerintahan Islam adalah al-Khilafah ar-Rasyidah, dan dia pasti datang dengan izin Allah melalui tangan kaum Muslim. Sebab itu merupakan janji Allah SWT dan kabar gembira dari Rasul-Nya SAW. Karena itu kembalilah pada akal sehat Anda. Kembali pada kebenaran merupakan fadhilah dan orang yang bertobat dari dosa seperti orang yang tidak punya dosa. Jadi, adakah di antara Anda kalian seorang yang berakal yang meneriakkan dengan lantang menolak gencatan senjata dengan rezim dan menolak konferensi negosiasi yang menyedihkan dan menghinakan, adakah di antara Anda? Adakah?”

Agar Tak Disalahpahami, HT Kanada Jelaskan Jatidiri

Agar tidak disalahpahami publik terkait organisasi dan perjuangannya, para aktivis Hizbut Tahrir Kanada menjelaskan jatidirinya. “Hizbut Tahrir adalah sebuah partai politik yang bekerja dengan komunitas Muslim global untuk melanjutkan cara hidup Islam dengan cara mendirikan kembali Khilafah di negeri-negeri Muslim, dan pekerjaan ini dilakukan hanya melalui cara intelektual dan politik,” ungkap rilis yang disebar pada Jumat (8/1/2016) seperti diberitakan torontosun.com sehari setelahnya.

Pasalnya, pada Rabu (13/1), Sun Media melaporkan bahwa Hizbut Tahrir dilarang di Mohawk College di Hamilton. Pelarangan tersebut menyusul ceramah “Kebenaran di Balik Krisis Pengungsi Suriah” yang dilakukan kelompok ini pada November 2015 di kampus tersebut dengan mempromosikan syariah dan Khilafah.

Penceramah pada acara itu menyebut syariah adalah “sistem terbaik yang ada di muka bumi”. Ia juga mencatat bahwa kaum Muslim jika bersatu akan memiliki tentara, kekayaan terbesar dan demografi termuda di dunia.

Siaran pers yang dikirim ke media memperjelas apa yang dianggap oleh Hizbut Tahrir sebagai ketidakakuratan dalam laporan oleh media lain.

Pada tahun 2005, Dalton McGuinty Ontario Kanada secara efektif melarang hukum syariah berikut protes publik atas arbitrase yang berbasis agama, dan menyatakan: “Tidak akan ada hukum syariah di Ontario. Tidak akan ada arbitrase agama di Ontario.”

Syaikh Abu Mahmud, Utusan Amir yang Pertama ke Indonesia Wafat

Amir Hizbut Tahrir, para anggota Maktab al-Amir, Diwan al-Mazhalim dan al-Maktab al-Markazi Hizbut Tahrir umumnya menyampaikan belasungkawa kepada umat Islam atas wafatnya anggota Maktab al-Amir Abdul Hadi Fa’ur Hasan Fa’ur (Abu Mahmud). Ia diwafatkan oleh Allah pada siang tanggal 22 Shafar 1437 H atau 4 Desember 2015 M dalam usia 81 tahun.

Abu Mahmud adalah anggota yang sangat aktif di Hizbut Tahrir sejak awal. Beliau menemani dua syaikh, Abu Ibrahim (Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani) dan Abu Yusuf (Syaikh Abdul Qadim Zallum). rahimahumalLâh. Beliau juga menemani Amir Hizb sekarang, Syaikh Atha Abu Rushta. Beliau menjadi penopang dan pembantu mereka. Beliau bersungguh-sungguh dan serius dalam perjuangannya untuk melanjutkan kembali kehidupan Islam dengan tegaknya Daulah al-Khilafah ar-Rasyidah.

Pada masa kepemimpinan Syaikh Abu Yusuf, Abu Mahmud menjadi utusan Amir yang pertama ke Indonesia. “Sungguh, beliau sangat ingin menyaksikan terbitnya fajar Khilafah sehingga bisa meraih kebaikan dan pahala sesuai kehendak Allah. Namun, Allah SWT telah mewafatkan dan memanggil beliau ke haribaan-Nya untuk meraih kebaikan yang lebih agung dan pahala yang lebih besar, dan kekal di sana, insya’a Allah,” ungkap Syaikh Abu Rashta dalam siaran persnya pada hari yang sama.

Semoga Allah SWT merahmati Anda, wahai Abu Mahmud. Sungguh, kami bersedih berpisah dengan Anda. Kami tidak mengatakan kecuali apa yang telah diperintahkan oleh Allah SWT: Itulah orang-orang yang jika ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kepada Allah jua kami kembali.” (TQS al-Baqarah [2]: 156).

Inilah Pernyataan Jabari Setelah Penangkapannya

Dr. Maher al-Jabari, anggota Kantor Media Hizbut Tahrir di Palestina, mengatakan pentingnya persatuan dan membangun sikap politik atas dasar “La Ilaha illa AlLah (Tidak ada Tuhan selain Allah)” dengan meninggikan rayah (bendera)-nya di atas bendera-bendera dan simbol-simbol lainnya, bahkan meninggikan bendera (tauhid) itu sebagai standar persatuan Islam. “Bagaimana kami akan disesatkan oleh orang-orang yang menuduh bahwa kami sedang mengobarkan perselisihan ketika kami meninggikan rayah (bendera) dan kalimat syahadat (kesaksian) Islam di atas bendera perpecahan dan perselisihan? Bahkan dengan itu kami akan mengalahkan para penjajah dan para konspirator,” ungkapnya saat upacara peringatan untuk para syuhada’ Hebron di Aula Kota Hebron beberapa waktu lalu.

“Mereka adalah rombongan baru yang bergabung dengan orang-orang sebelumnya yang telah mendahului mereka sehingga mengirim pesan yang kuat bagi umat Islam, yang mengatakan: Kami telah melakukan (melawan) dengan pisau, setelah para pemilik senjata dan rudal berdiam diri, dan kami telah menyerbu dengan mobil sipil, setelah para pemilik pesawat tempur dan tank berdiam diri? Di mana kalian, wahai para pemilik pangkat kemiliteran? Di mana kalian, wahai orang-orang yang membawa roket? Di mana kalian, wahai para tentara yang membawa senjata? Mengapa kalian tidak melindungi Al-Aqsha dan umat Islam?” lanjut Jabari.

Penyataan Jabari ini disampaikan dalam pidato publik pertamanya setelah ia diadili oleh Otoritas Palestina atas tuduhan politik, terkait dengan sikap Hizbut Tahrir yang mengangkat rayah (bendera) Islam, serta menolak cara-cara Otoritas dan kepemimpinannya.

Jabari mengatakan bahwa umat Islam tidak mengultuskan pemimpin, tidak meninggikan kepemimpinan di atas akidah hingga tidak boleh dikritisi. Kemudian ia mempertanyakan,

“Bagaimana kami akan disesatkan oleh orang-orang yang ingin meninggikan kepemimpinannya atas umat? Selanjutnya ia menegaskan bahwa masalah Palestina bukan masalah Otoritas dan faksi-faksi, namun masalah bagi umat yang bersatu, dan itulah yang akan memberikan wibawa kepada tentara untuk membebaskan Masjid Al-Aqsa dan seluruh Palestina,” pungkasnya seperti diberitakan pal-tahrir.info, Sabtu ( 2/1/2016).

Dua Muslimah HT Bangaldesh Dibebaskan dengan Jaminan

Dua aktivis Muslimah Hizbut Tahrir Bangladesh yang diculik pada 30 Agustus 2015 oleh rezim kriminal Hasina telah dibebaskan dengan jaminan, dan saat ini telah kembali bersama keluarga mereka di rumah. Keduanya telah dipenjara selama hampir 4 bulan dan secara brutal disiksa hanya karena mempublikasikan konferensi online yang mendiskusikan bagaimana sistem Allah, yakni Khilafah, mampu menyelesaikan permasalahan politik dan ekonomi di Bangladesh.

Menanggapi hal itu Direktur Divisi Muslimah Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir, Dr. Nazreen Nawas, mengatakan bahwa meski merasa lega mendengar berita tersebut, hal itu bukanlah sesuatu yang harus dirayakan. Hal ini karena rezim Hasina yang memerangi Islam masih berkuasa.

“Hasina dan rezim gangster-nya masih berkuasa dan menjalankan kampanye teror mereka melawan kaum Muslim yang ikhlas—memburu, menganiaya, serta memenjarakan mereka sesuai keinginan—dengan dukungan tuan-tuan mereka, Barat.” ungkap Nazreen.[riza-kafi/joy]

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*