Assalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.
Pembaca yang budiman, isu di seputar LGBT (Lesbianisme, Homoseksual, Biseksual dan Transgender) di negeri ini akhir-akhir ini makin panas. Ada yang pro, tetapi lebih banyak lagi yang kontra. Hanya saja, meski suara yang pro sesungguhnya minoritas, mereka didukung oleh kalangan liberal, disokong oleh banyak media mainstream, disponsori oleh dana ratusan miliar rupiah dari UNDP, termasuk di-support oleh Kedubes AS. Akibatnya, suara kalangan LGBT di negeri ini tampak seolah besar. Alhasil, LGBT sejatinya bukan sekadar fenomena biasa, tetapi sudah menjadi sebuah gerakan massif dan by design.
Dari sudut pandang Islam, LGBT jelas-jelas haram tanpa ada ikhtilaf di kalangan para ulama. Selain itu, LGBT juga berbahaya. Apalagi faktanya saat ini LGBT sengaja ditularkan ke kalangan anak-anak muda. LGBT berbahaya antara lain karena telah menjadi sarana efektif bagi penyebaran penyakit HIV/AIDS. Jika dibiarkan berkembang, LGBT juga jelas bisa mengancam kelestarian jenis manusia. Faktanya, di negara-negara Barat dengan kasus LGBT yang banyak, misalnya, angka kelahiran juga sangat rendah. Rendahnya angka kelahiran memang bukan semata karena LGBT, tetapi karena budaya perzinaan yang memang sejak lama dilegalkan di Barat. Akibatnya, banyak orang malas menikah dan berkeluarga atau memiliki anak istri karena merasa sudah terpuaskan hasrat seksualnya. Selain itu, banyak orang yang bisa bergaul secara bebas merasa memiliki istri/suami atau anak adalah beban.
Mengapa LGBT kini menjadi sebuah gerakan massif? Siapa yang punya kepentingan di baliknya maraknya GLBT di negeri ini? Apa targetnya? Bagaimana pula cara menangkalnya agar tidak makin berkembang luas?
Itulah tema utama al-waie kali ini, selain sejumlah tema menarik lainnya. Selamat membaca!
Wassalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.