HTI

Catatan Jubir (Al Waie)

Aksi Inspiratif

Ada satu cerita tersisa dari acara Konferensi dan Simposium Khilafah Internasional di Ankara dan Istanbul pada awal Maret lalu. Seperti kita tahu, alhamdulillah kedua acara itu berlangsung sukses, dan atas kesuksesan acara itu, teman-teman pengurus HT Turki mengaku banyak terinspirasi oleh HTI. Memang, dari format acara, pemanfaatan nasyid sebagai bumper in dan bumper out, juga dalam bagaimana cara mereka mengolah forum, kecuali untuk tata panggung yang dibuat melingkar seperti cat-walk, acara KKI di Ankara itu mirip betul dengan acara di Jakarta. Selepas acara, mereka menyebut HT Turki kini berada di urutan ke-3 setelah HTI dan HT Tunisia dalam kemampuan menyelenggarakan acara-acara besar.

Ini menunjukkan bahwa gerak HTI telah banyak memberikan inspirasi kepada HT di berbagai negara. HTI tampaknya sudah menjadi semacam kiblat dalam dakwah HT seluruh dunia. Oleh karena itu, penting bagi kita di sini untuk merasa punya tanggung jawab lebih guna terus memberi inspirasi bagi dakwah di negara lain, selain harus bisa membawa dakwah ini melaju lebih kencang.

Bukan hanya menginspirasi, sebaliknya HTI pun banyak terinspirasi. Konferensi Khilafah yang diselenggarakan pada tahun 1995 di Wembley, Inggris, misalnya, telah menginspirasi penyelenggarakan acara serupa di Tanah Air. Setelah melalui sejumlah proses, baru pada tahun 2000, Konferensi Khilafah dalam skala yang cukup besar, lebih besar dari yang di Wembley, bisa diselenggarakan di Indonesia, tepatnya di Stadion Tenis in-door Senayan dengan 5000 peserta. HTI juga terinsipirasi untuk menggunakan tayangan multimedia dalam acara Konferensi Khilafah di Sydney pada tahun 2007 untuk memperkuat pesan yang hendak disampaikan dalam acara itu. Untuk menggarap bidang itu secara intens, di tahun itu pula divisi Infokom HTI yang berperan sangat vital dalam menunjang dakwah, pertama kali dibentuk.

++++

Sebenarnya, saling menginspirasi dalam dakwah adalah hal biasa. Jilbab, persisnya kerudung, misalnya, yang mulai ramai dipakai oleh pelajar dan mahasiswa di kota besar seperti Jakarta, Bogor, Bandung pada awal tahun 80-an telah menginspirasi banyak remaja dan mahasiswa di kota-kota lain untuk melakukan hal serupa. Sedemikian ikonik, hingga keberhasilan training atau acara keagamaan pada waktu itu diindikasikan dari seberapa banyak peserta perempuan yang berubah memakai kerudung. Boleh disebut, kerudung menjadi semacam penanda hijrahnya Muslimah pada masa itu. Pemecatan sejumlah pelajar berkerudung dari sekolahnya bukannya meredupkan, tetapi malah justru makin mendorong inspirasi. Inspirasi itu terus berkembang hingga sekarang ke model atau bentuk jilbab dan kerudung atau khimar yang benar. Hingga kini makin banyak Muslimah yang memakai jilbab dan khimar yang jauh berbeda dengan apa yang dikenakan pada awal pertumbuhannya dulu.

Berkembangnya jilbab dengan kerudung atau khimar boleh disebut sebagai penanda perubahan paling signifikan di kalangan kaum Muslimah. Ini semacam gerakan penolakan terhadap liberalisme budaya yang mempertontonkan dan mengeksploitasi aurat perempuan demi kepentingan bisnis. SubhanalLâh, bukan hanya di kalangan aktifitis, pemakaian jilbab dan kerudung kini juga merambah ke kalangan kaum profesional, cerdik, pandai dan bahkan aparat.

Contoh lain, berdirinya Sekolah Islam Terpadu (SIT) pertama di Kota Depok pada penghujung tahun 80-an menginspirasi berdirinya sekolah serupa di berbagai kota. Waktu kemudian membuktikan bagaimana sekolah model ini, yang siswanya belajar sehari penuh (full-day) dengan kelengkapan materi tsaqâfah dan syakhsiyyah (kepribadian) Islam, telah berhasil memenuhi kebutuhan pendidikan Islam secara lebih baik. Kini SIT bahkan seperti telah menjadi sebuah menu wajib bagi orangtua, utamanya di kota-kota, bagi pendidikan anaknya, dan telah membentuk semacam genre baru di bidang pendidikan.

Berdirinya SIT menandai lahirnya kesadaran baru tentang pentingnya pendidikan yang bukan hanya memperhatikan aspek akademik semata, tetapi juga harus memperhatikan pembentukan kepribadian dan pembekalan tsaqâfah seperti kemampuan membaca al-Quran dengan benar, ketekunan ibadah, akhlak yang baik, dan sebagainya di tengah-tengah masyarakat yang dirasakan makin materialistik. Di sini ada semacam titik balik yang cukup tajam. Sekolah-sekolah non-Muslim yang dulu sempat menjadi favorit, kini tidak lagi. Bahkan dari segi prestasi, tak sedikit yang sudah tertinggal jauh dengan sekolah-sekolah model SIT tersebut. Di beberapa tempat bahkan sekolah-sekolah non-Muslim itu kini kesulitan mendapatkan siswa karena tak banyak lagi yang mau memasukkan anaknya ke sekolah model ini.

Begitu pula di bidang ekonomi. Berdirinya Bank Muamalat di awal tahun 90-an telah menginspirasi berdirinya bank-bank syariah lain, seperti Bank BNI Syariah, BSM, BRI Syariah, bahkan juga BCA Syariah. Lepas dari motif ekonomi yang tentu saja selalu menyertai setiap langkah bisnis, pembukaan bank-bank syariah, meski belum sepenuhnya lepas dari sejumlah kontroversi, telah menandai era baru, yakni penolakan masyarakat terhadap riba atau bunga bank. Bila dulu orang tidak terlalu peduli terhadap transaksi ribawi, kini mulai tumbuh kesadaran, bahwa selain keuntungan, keberkahan dalam transaksi ekonomi juga harus diperhatikan.

Namun, maraknya bank syariah, jilbab dan kerudung, SIT, juga lahirnya musik dan lagu-lagu yang islami dan sebagainya, tak datang tiba-tiba. Itu semua lahir dari sebuah proses yang panjang. Semua itu terjadi karena pada masa lalu ada keberanian untuk memulai aksi yang dilakukan dengan penuh kesabaran dan ketekunan sehingga akhirnya menginspirasi orang lain untuk melakukan hal serupa pada masa berikutnya.

++++

Inilah dakwah. Dakwah memang akan selalu menginspirasi orang lain untuk berbuat hal serupa, karena dakwah selalu bermakna mengajak pada kebaikan, dan kebaikan sesungguhnya adalah kebutuhan fitri manusia. Jadi, ketika orang kemudian tampak berbondong-bondong mengikuti tuntunan kebaikan yang disebarkan melalui dakwah, sesungguhnya mereka sedang mengikuti fitrahnya itu. Karena itu, berkembangnya kebaikan sesungguhnya juga adalah sebuah kepastian sepanjang dakwah terus-menerus menebarkan kebaikan itu.

Melalui dakwah pula, kesadaran manusia tentang kebaikan akan terus berkembang. Lihatlah, sekarang tema yang berkembang di tengah komunitas Muslim bukan lagi sekedar soal pakaian, sekolah, seni atau muamalat yang Islami, tetapi telah sampai pada soal life style. Intinya, seorang Muslim yang sejati mestinya juga memilliki gaya hidup yang baik, yakni gaya hidup yang didasarkan pada ajaran Islam.

Sampai di sini, tinggal selangkah lagi untuk menuju kesadaran tentang pentingnya masyarakat dan negara yang islami, yakni masyarakat yang di dalamnya diterapkan syariah secara kâffah dalam naungan Khilafah. Kapan titik itu bisa dicapai? Berpulang kepada kita semua seberapa intens kita melakukan dakwah ke arah sana. Bila untuk bank syariah saja memerlukan 19 tahun, untuk jilbab memerlukan 11 tahun, bisa dibayangkan berapa waktu diperlukan untuk terwujudnya cita-cita mulia itu? Oleh karena itu diperlukan kesabaran, kesabaran dan kesabaran. [HM Ismail Yusanto]

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*