HTI

Dunia Islam (Al Waie)

Hakikat ‘Rekonsiliasi’ AS-Rusia (Jawab-Soal Bersama Amir Hizbut Tahrir)

Soal:

Sudah diketahui bahwa intervensi Rusia ke wilayah udara Suriah terjadi dengan persetujuan Amerika dalam sebuah kesepakatan busuk. Dengan kesepakatan itu, Rusia melakukan tugasnya melayani kepentingan Amerika di Suriah dengan imbalan: Amerika menutup mata dari pendudukan Rusia atas Crimea, juga dari apa yang terjadi di timur Ukraina. Dari sini bisa dipahami adanya politik ‘rekonsiliasi’ antara Rusia dan Amerika. Namun, belakangan ini terjadi peristiwa yang menjadikan Rusia dijauhkan dari KTT Nuklir yang diatur oleh Obama. Demikian juga terjadi konfrontasi/perang Azerbaijan yang didukung Amerika dengan Armenia yang didukung Rusia. Semua itu membuat ‘rekonsioliasi’ itu menjadi kacau. Pertanyaannya, bagaimana menjelaskan hal ini?

Jawab:

Putin yang pernah menjadi direktur KGB pada saat Uni Soviet, merindukan kembali peran internasional yang menonjol yang dulu dimiliki oleh Uni Soviet bersama Amerika. Karena itu ia setuju melakukan peran permusuhan jahat di Suriah untuk kepentingan Amerika dengan mengokohkan pemerintahan Bashar sampai Amerika menemukan pengganti Bashar. Sebelumnya pemerintahan Bashar hampir tumbang. Amerika khawatir kekosongan pasca tumbangnya Bashar itu akan diisi oleh kekuaan islami yang mukhlis. Putin beranggapan bahwa dengan melayani Amerika di Suriah akan meredakan reaksi Amerika atas Rusia terkait problem perbatasan selatan Rusia di Crimea dan seputar Ukraina. Nyatanya, ini masalah yang berbeda dengan masalah pelayanan di Suriah!

Intervensi Rusia di Suriah dalam memerangi kaum Muslim, dengan pertolongan Allah SWT, akan membuat Rusia merasakan bencana dan malapetaka yang terjadi bersama dengan problem-problem Ukraina, ditambah titik di lautan kemarahan kaum Muslim terhadap Rusia. Sungguh, hari esok bagi orang yang menunggunya adalah dekat. Ini dari satu sisi.

Di sisi lain, Putin beranggapan bahwa Amerika akan memberi Rusia imbalan dengan mengangkat peran internasional Rusia dalam berbagai masalah internasional. Sungguh, ini adalah kebodohan politik. Sebabnya, negara yang tegak di atas ideologi Kapitalisme—seperti AS, red.—tidak punya nilai kecuali manfaat dan mengekpsloitasi pihak lain. Karena itu negara-negara kapitalis yang kuat akan mengerahkan daya upaya untuk menghegemoni negara-negara kapitalisme yang lebih lemah. Amerika, Eropa dan Rusia sama-sama mengikuti ideologi Kapitalisme. Ini berbeda dengan masa sebelumnya saat Barat mengikuti ideologi Kapitalisme, sementarea Uni Soviet mengikuti ideologi Sosialisme-komunisme. Masing-masing ideologi memiliki nilai yang saling bersaing satu sama lain. Saat itu keduanya mungkin untuk bersaing memperebutkan kontrol dan pengaruh serta menjadi pesaing yang biasa diantisipasi. Adapun terkait negara-negara besar yang mengadopsi Kapitalisme maka hegemoni akan tetap jadi milik negara kapitalis yang kuat. Kesepakatan negara kuat dengan negara-negara lain yang berasal dari ideologi yang sama adalah untuk melayani negara kuat itu dan bukan agar negara lain itu menjadi pesaingnya. Karena itu Amerika tidak menerima Eropa atau Rusia menjadi pesaingnya jika negara-negara itu memiliki kekuatan pada tingkat yang bisa menjadi pesaing Amerika. Hal itu karena ideologi Kapitalisme tegak di atas manfaat dan bagian yang lebih besar adalah untuk pihak yang lebih kuat.

Begitulah, anggapan Putin tersebut—bahwa jika Rusia melayani kepentingan Amerika di Suriah maka Amerika akan meredakan problem-problem regional dan internasional Rusia—adalah anggapan yang keliru. Hal itu tampak dengan jelas dalam dua perkara yang disebutkan di dalam pertanyaan, yaitu KTT Nuklir dan perang antara Azerbaijan dan Armenia.

Terkait KTT Nuklir, Amerika telah mengadakan dan menyiapkan program dan jadwal kerja untuk KTT Nuklir itu. Dalam semua itu Amerika mengabaikan Rusia yang merupakan negara nuklir kedua di dunia. KTT berlangsung dari 31 Maret 2016 hingga 1 April 2016. Di dalam KTT Nuklir itu, Amerika berusaha mengokohkan diri sebagai kekuatan besar, adidaya serta pemimpin historis yang memimpin semua negara di dunia dan bisa melakukan apa saja yang diinginkan, di mana saja dan kapan saja. Amerika bahkan tidak memberikan perhatian sama sekali kepada Rusia dan tidak mengikutsertakan Rusia di dalam persiapan KTT Nuklir sebagai negara nuklir terbesar kedua.

Sebelumnya Kremlin menegaskan bahwa persiapan KTT memerlukan kerjasama dengan Rusia. Kremlin juga menegaskan bahwa kajian isu-isu berkaitan dengan keamanan nuklir menuntut upaya bersama dan memperhatikan kepentingan dan sikap pihak-pihak lain. Ini yang dikatakan oleh Juru Bicara Kremlin Dimitri Biskov. Akan tetapi, ia menjelaskan secara langsung bahwa Moskow, selama persiapan KTT, menghadapi kekurangan dalam kerjasama dalam hal kajian isu-isu dan topik-topik yang tersusun dalam jadwal kerja, disertai kampanye media provokatif dari pihak Amerika Serikat (Russia Today, 31/3/2016).

Selama seruan dan penyelenggaraan KTT tampak sekali Wasingthon meremehkan—sampai pada batas merendahkan—Rusia. Inilah yang mendorong Putin untuk tidak hadir. Meskipun sebabnya adalah Amerika mengabaikan Rusia dalam persiapan dan pelaksanaan konferensi, reaksi Amerika terhadap ketidakhadiran Putin lebih dingin dan meremehkan Rusia dibandingkan dengan selama Perang Dingin terjadi. Wakil Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Ben Rhodes, mengatakan, “Kami yakin, dengan keputusannya tidak berpartisipasi mengirimkan delegasi tingkat tinggi di KTT Keamanan Nuklir di Washington minggu ini, Rusia telah menyia-nyiakan kesempatan bagi dirinya sendiri pada tingkat pertama. Semua yang dilakukan Rusia hanya akan mengisolasi dirinya sendiri dengan tidak berpartisipasi seperti yang mereka lakukan dulu.” (Situs al-Badeel dan Reuters, 31/3/2016).

Bahkan Obama menurunkan “nilai” Rusia dengan menempatkan Rusia setara dengan Korea Utara. Obama mengatakan di akhir KTT Nuklir, “Masih banyak pekerjaan yang dituntut untuk mengurangi arsenal nuklir Rusia dan Korea Utara.”

Ia menambahkan, “Pekerjaan kita belum berhenti. Banyak bahan-bahan nuklir yang harus diamankan pada tingkat global.” (Al-Jazeera.net, 1/4/2016).

Begitulah. Tampak jelas sejauh mana Amerika meremehkan Rusia dalam masalah KTT Nuklir!

Adapun terkait perang antara Azerbaijan dan Armenia, perang meletus secara hampir tiba-tiba di sepanjang garis demarkasi antara Armenia dan Azerbaijan di kawasan Pegunungan Karabagh pada 2/4/2016. Para pemimpin politik dan militer diundang di Baku, Ibukota Azerbaijan, untuk sebuah pertemuan darurat. Demikian juga Armenia melakukan hal yang sama. Ini seperti yang dinyatakan oleh Presiden Armenia Serge Sarkisiyan, “Sungguh itu merupakan pertempuran bersenjata paling berbahaya sejak dibangun gencatan senjata pada tahun 1994.” (Al-Jazeera.net, 3/4/2016).

Bisa disimpulkan bahwa pengaruh Rusia sangat stabil di Armenia yang menjadi tuan rumah satu dari pangkalan militer Rusia terbesar yang meliputi resimen 102 militer Rusia dan menjadi markas sekitar 5.000 tentara Rusia. Rusia memberikan hibah dan utang ke Armenia yang miskin sumberdaya. Rusia memberikan dukungan militer kepada Armenia pada periode konflik dengan Azerbaijan atas daerah Pegunungan Karabagh sebelum dan setelah pecahnya Uni Soviet. Rusia kala itu adalah penengah yang memaksakan penghentian tembak-menembak di antara kedua kubu pada tahun 1994. Hal itu untuk kemenangan Armenia, sebab Armenia dan kelompoknya di wilayah Karabagh telah menguasai wilayah keturunan Azeri secara penuh dan menduduki 9% wilayah Azerbaijan lainnya di sebelah barat dan selatan wilayah Karabagh, bahkan juga wilayah timurnya. Karena itu, Rusia fokus untuk menghentikan perang paling akhir ini.

Adapun peran Amerika dalam perang yang meletus ini dilakukan dari balik tirai, bahkan tanpa tirai. Situs Almashrialyawm pada 31/3/2016 memberitakan, “Presiden Azerbaijan pada Rabu 30/3/2016 di Washington, di depan Menteri Luar Negeri AS, Kerry, telah meminta Armenia untuk menarik “segera” militernya dari Nagorani Qurrah Bakh, wilayah yang menjadi persengketaan kedua negara. Kerry menerima Presiden Azerbaijan di sela-sela KTT internasional seputar keamanan nuklir yang diorganisir oleh Presiden Barack Obama selama dua hari, Kamis dan Jumat. Aliyev di depan Kerry mengatakan kepada para wartawan, “Kami berterima kasih kepada Pemerintah AS atas upayanya untuk mengadakan jalan guna menyelesaikan konflik panjang antara Armenia dan Azerbaijan.”

Ia menambahkan, “Konflik wajib diselesaikan berdasarkan kaidah resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan penarikan segera dan tidak bersyarat militer Armenia dari wilayah kami.”

Adapun Kerry menyerukan, “Penyelesaian final konflik yang membeku di Nagorani Qurrah Bakh dan solusi itu haruslah solusi negosiatif.”

Azerbaijan, minyaknya dan pipa yang mengalirkan minyaknya ke Laut Hitam dan Turki telah menarik perhatian besar Amerika sejak Azerbaijan merdeka tahun 1991. Hal itu juga meliputi pentingnya Azerbaijan dalam per-saingan Rusia-Amerika. Dengan itu maka pernyataan Presiden Azerbaijan tiga hari sebe-lum meletusnya perang, sementara pernyataan itu dia lontarkan dari Washington dengan disertai oleh Menlu AS Kerry, mengindikasikan tanpa diragukan lagi bahwa Amerikalah yang memicu perang di serambi Rusia Kaukasus. Ini merupkaan ancaman untuk kepentingan-kepen-tingan Rusia di Armenia dan Kaukasus. Kawa-san ini sangat sensitif untuk Rusia. Artinya, dengan menyulut perang ini, Amerika telah memberikan pukulan-pukulan ke pihak Rusia.

Ringkasnya, merupakan suatu kebodohan politik saat Putin beranggapan bahwa dengan kesepakatannya yang jahat dengan Amerika di Suriah, dia akan mendapat kemurahan Amerika dengan meredakan problem-problem wilayah dan internasional Rusia. Akan tetapi, batas-batas kesepakatan itu akan terus terbatas di Suriah disebabkan pelayanan Rusia untuk kepentingan-kepentingan Amerika dan tidak mesti melebihi hal itu sampai isu-isu internasional lainnya. Ini menjelaskan ketegangan hubungan Amerika-Rusia di KTT Nuklir dan perang antara Azerbaijan dan Armenia, meski tenangnya hubungan Amerika Rusia di Suriah. [Sumber: http://hizb-ut-tahrir.info/ar/index.php/ameer/political-questions/36514.html#sthash.2XUTP4jE. dpuf ]

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*