HTI

Liputan Khusus (Al Waie)

Gebyar MTU 2016 Di Berbagai Daerah

Sebagai salah satu upaya penyadaran akan kewajiban menegakkan syariah Islam secara kâffah dalam naungan Khilafah, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) menyelenggarakan Muktamar Tokoh Umat (MTU) 1437 H. “Tema mukhtamar kali ini adalah ‘Syariah dan Khilafah Mewujudkan Islam Rahmatan Lil ‘Alamin’. Ini sesuai dengan kondisi kekinian umat yang terus dirundung masalah,” tutur Humas HTI DIY Yusuf Mustaqim.

Menurut Yusuf, rezim pemerintahan Indonesia yang terus berganti-ganti saat ini belum juga memberikan dampak positif bagi Indonesia. Hal ini terjadi karena umat telah hidup jauh meninggalkan syariah. Maka dari itu itu perlu ada institusi yang menaungi umat dalam pemerintahan berkonsep Islam.

Yusuf mengakui, gagasan HTI selama ini sering dianggap sebagai sesuatu yang terlalu tinggi dan seolah sulit dicapai. Namun, ia meyakini gagasan penegakkan kembali Kekhalifahan Islam membuat harkat dan martabat umat Islam dapat terlindungi. Oleh karena itu HTI sengaja menyelenggarakan mukhtamar untuk menyosialisasikan gagasan tersebut. “Makanya yang diundang ke sini banyak. Bukan hanya dari internal HTI, tetapi juga dari para tokoh lintas ormas Islam lain,” papar Yusuf.

Menurut Yusuf, agenda yang mengambil momen runtuhnya Khilafah Utsmani sejak 28 Rajab 95 tahun lalu tersebut tidak hanya digelar di Yogyakarta, tetapi juga di 59 kota dan kabupaten lainnya sejak 23 April hingga 1 Mei 2016.

Pada hari pertama, MTU diselenggarakan di empat kota yakni Jakarta, Jambi, Gorontalo dan Jayapura. Acara yang diselenggarakan di Auditorium RRI Jambi dihadiri oleh ratusan tokoh umat yang berasal dari kalangan ulama, mubalighah, intelektual, politisi, serta praktisi LSM dan pendidikan.

Dalam pidato pembuka, Ketua HTI Jambi Rahman mengajak seluruh tokoh umat untuk turut berjuang menegakkan syariah dan Khilafah di Bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah, memberikan kontribusi signifikan sesuai peranannya di tengah-tengah masyarakat, menyadari kewajiban setiap Muslim terhadap Islam dan ikut bertanggung jawab untuk merealisasikan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin, hasil dari penerapan hukum-hukum Islam dalam kehidupan pribadi dan publik.

Akar Masalah

Kerahmatan Islam hanya akan terwujud nyata apabila syariah diterapkan secara kâffah dalam naungan Khilafah. “Kerahmatan Islam tidak terwujud jika Islam hanya diambil sebagai simbol, slogan, aksesorisnya dan pelengkap yang lain. Islam tidak akan ada jika Islam hanya diambil ajaran spiritualnya saja, tetapi meninggalkan ajaran politiknya, ekonominya ditinggalkan,” ujar Ketua Lajnah Tsaqafiyah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Papua Ali Husein dalam MTU Jayapura, di Hotel Grand Talent, Sabtu (23/4).

Karena Islam hanya dijadikan simbol, tetapi sistem yang diterapkan tetap demokrasi-kapitalisme, maka pergantian rezim dipastikan tidak mampu membawa Indonesia keluar dari kesulitan yang kini sedang dihadapi. Terbukti hingga hari ini, rakyat masih jauh dari kondisi sejahtera. “Kriminalitas dan kemaksiatan tetap merajalela. Kemungkaran juga tidak dapat dihentikan,” ucap Humas HTI DIY Yusuf Mustaqim dalam sambutannya di hadapan sekitar 1000 peserta MTU di Balai Shinta Mandala Bhakti Wanitatama, Yogyakarta.

Dalam pandangan Islam, sebut Ketua DPD HTI Provinsi Sumatera Utara Irwan Said Batubara, sesungguhnya kondisi yang sulit dan membelit itu karena umat Islam telah berpaling dari penerapan syariah Allah secara kâffah. “Akibatnya, Islam rahmatan lil’alamin tidak tercapai,” ujarnya di hadapan sekitar 800 tokoh umat, Ahad (24/4) di Hotel Madani, Jalan Sisingamangaraja, Medan.

Penampilan musikalisasi puisi oleh anak-anak Homeschooling Khoiru Ummah serta penampilan film-film dokumenter selama muktamar di Grand Ballroom Hotel Pangeran Pekanbaru ini membuat acara semakin menarik. Peserta semakin memahami materi dan sangat antusias mendengarkannya. Salah seorang peserta bahkan bertanya terkait dengan kebangkitan Khilafah. Penghalang Khilafah adalah Amerika, teman Amerika, kawan Amerika, pengikut Amerika, dan antek Amerika!” jawab anggota DPP HTI KH Yasin Muthahar di hadapan sekitar seribu tokoh yang hadir.

Padahal bukan hanya di dunia, Khilafah menjamin rakyat selamat juga di akhirat. “Jika saat ini mungkin penguasa negeri kaum Muslim hanya menjaga umatnya di dunia saja, Khilafah selain menjaga umat di dunia, juga ingin agar umat ini selamat sampai akhirat,” ujar aktivis Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Sumatera Barat Jamal Husni, di hadapan sekitar seribu peserta MTU UPI Convention Center, Padang.

Bukankah itu cita-cita seluruh kaum Muslim yang kerap dipanjatkan dalam doa, “…fi al-dun-yâ hasanah, wa fî al-âkhirah hasanah, bahagia di dunia dan bahagia di akhirat,” ujar Humas HTI Lampung Hammam Abdullah di Gedung Graha Bintang Universitas Malahayati, Bandar Lampung.

Namun, dengan diamnya kaum Muslim atas penerapan sistem kufur demokrasi, pasca runtuhnya Khilafah Islam, cita-cita tersebut bisa jauh panggang dari api. “Negara macam apa ini yang membiarkan umatnya menuju neraka! Bisa kita lihat, zina yang menjerumuskan ke neraka dibiarkan oleh negara, bahkan kemaksiatan yang lebih berdosa dari zina yaitu riba, yang jadi pengembannya justru adalah negara itu sendiri sebagai struktur utama penopang ekonomi negaranya,” tegas aktivis HTI Jawa Tengah Fauzan di Ballroom Hotel Pandanaran, Semarang.

Peserta Antusias

Para peserta dengan antusias menyimak dan mencerna pesan-pesan yang disampaikan para pembicara. Mereka yang diundang umumnya bukan orang yang pertama kali berjumpa dengan aktivis HTI, tetapi memang sudah dikontak dalam beberapa waktu sebelumnya. Salah satunya adalah Pay Jarot Sujarwo. “Sistem yang ada hari ini merupakan sistem yang jauh dari Islam sehingga kita jauh dari apa yang diperintahkan oleh Islam. Hizbut Tahrir, yang saya mulai akrab beberapa bulan belakangan ini, menyadarkan saya bahwa sudah saatnya kita  melanjutkan kehidupan Islam dan menegakkan syariah dan Khilafah,” kata seniman dan presenter acara “Pay Sepok Pon TV” tersebut di aula Hotel Borneo, Pontianak.

Selain di Medan, Yogyakarta, Pekanbaru, Padang, Bandar Lampung, Semarang dan Pontianak, pada hari yang sama digelar pula di 17 kota dan kabupaten lainnya termasuk di Banjarmasin, Makassar, Mataram dan Hulu Sungai Selatan.

Humas HTI Papua Barat Rodhi Rachadiansyah menyatakan penting bagi kaum Muslim untuk meyakini bahwa Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin hanya bisa terwujud melalui penerapan syariah secara kâffah dalam naungan Khilafah Rasyidah. “Wajib bagi seluruh umat Islam untuk memperjuangkan terwujudnya Islam rahmatan lil ‘alamin,” tegasnya di Rumah Makan Salam Manis Jalan Merdeka, Manokwari.

Seruan untuk memperjuangkan kewajiban tersebut mendapatkan sambutan hangat dari para tokoh, termasuk juga sekitar 700 tokoh dari Nahdratul Ulama (NU), Serikat Islam, Muhammadiyah, tokoh akademisi dan pendidik, tokoh politik, tokoh dari Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, para tokoh Pemerintah Kota Pangkalpinang, serta tokoh mahasiswa dan pelajar di MTU Pangkalpinang.

Ustadz Abdul Latif Somad, misalnya, dengan tegas menyatakan dukungannya. “Syariah dan Khilafah yang diperjuangkan saudara-saudara kita HTI tidak bisa ditunda-tunda. Ini mutlak bagi umat Islam. Umat Islam harus terus berjuang hingga tegaknya Khilafah!” tegas Katib Am Syuriah PWNU Bangka Belitung, Sabtu (30/4) di Grand Hotel Mutiara, Pangkalpinang.

Selain Pangkalpinang dan Manokwari, seruan penerapan syariah Islam secara kâffah dalam naungan Khilafah juga dilakukan kepada para tokoh umat pada hari yang sama di Tanjungpinang, Berau dan Palu.

Pada hari terakhir, tepatnya pada Ahad (1/5), MTU digelar serantak di 35 kota dan kabupaten termasuk di Banda Aceh, Palembang, Bandung, Solo, Surabaya, Palopo, Ketapang, Samarinda, Kendari dan Baubau.

Jadi, syariah Islam bukanlah sebuah ancaman, namun merupakan solusi untuk membawa kebaikan pada manusia dan lingkungannya. “Ada delapan kemaslahatan ketika syariah diterapkan dengan baik, yaitu: terpeliharanya agama, jiwa, akal, harta, keturunan, kehormatan, keamanan dan negara,” ujar Ketua DPP HTI Rokhmat S Labib di SIBEC Convention Hall ITC, Surabaya.

Agar seluruh manusia mengetahui dan merasakan kerahmatan Islam maka dakwah terus digencarkan. Agar pemahaman Islam terus terjaga amar makruf nahi mungkar terus didorong untuk dilakukan. “Negara Khilafah akan terus mendorong seluruh kaum Muslim untuk berperan aktif melakukan amar makruf nahi munkar agar akidah dan pemahaman Islam di tengah-tengah masyarakat dapat terus terjaga,” papar aktivis HTI Bali Yosi Mardhoni di Ballroom Kelapa Gading, Denpasar.

Memang, tegaknya Khilafah adalah janji Allah SWT. Hanya saja, ada dua hal yang mesti diupayakan oleh umat Islam untuk menyempurnakan kaidah kausalitas. Hal itulah yang ditegaskan oleh Luthfi Afandi, Humas Hizbut Tahrir Indonesia DPD I Jawa Barat pada acara Muktamar Tokoh Umat yang digelar di Aula Pusdai, Kota Bandung, pada Ahad (1/5). “Pertama, yang sangat penting adalah opini publik. Semua hal berawal dari opini publik. Yang mau mau menikah, bangun masjid, semuanya berawal dari opini. Dalam kasus bangun masjid, jika semua masyarakat sudah setuju, mudahlah masjid itu kemudian dibangun,” katanya.

Menurut Luthfi, opini publik ini pulalah yang terwujud di Yastrib sebelum pada akhirnya berubah menjadi tempat berdirinya Negara Islam pertama. Karenanya, menurut Luthfi, hal tersebut tak boleh diremehkan. “Kedua, dukungan para tokoh yang memiliki kekuatan nyata di tengah masyarakat. Tegaknya Khilafah membutuhkan dukungan dari para perwira militer, pemimpin ormas, birokrat, dan yang sejenisnya. Bayangkan bila masing-masing pemimpin ormas telah menyatakan kesiapannya untuk menegakkan Khilafah. Insya Allah, mudahlah tegaknya Khilafah,” jelasnya.

Untuk itu, menurut Luthfi, kehadiran para tokoh dalam acara MTU juga memiliki arti penting dalam upaya menegakkan Khilafah. Selain tentu, ia menekankan bahwa upaya tersebut mesti dibarengi sikap tawakal, karena bagaimanapun, Khilafah hakikatnya adalah janji Allah SWT.

Di berbagai kota dan kabupaten, sebagian besar—bila tidak dikatakan semuanya—peserta antusias mengikuti acara. Beberapa tokoh berkesempatan menyampaikan harapan dan dukungan mereka terhadap perjuangan yang dilakukan oleh HTI ini. Di antaranya, Indra Jaya Bunayu, Pemilik Sekolah Al-Azhar Palembang. “Saya justru heran, di negeri ini, Muslim adalah mayoritas, tetapi susah sekali menjalankan Islam. Kami pun yang ingin mendirikan sekolah Islam waktu itu, dipersulit bahkan diancam, dan dituduh teroris. Faktanya, yang menentang syariah Islam di negeri ini justru orang Islam sendiri. Inilah salah satu bukti bahwa orang kafir memenangkan perang pemikiran. Akan tetapi, kami yakin, dengan berdirinya Khilafah, tidak sesulit ini Islam untuk diterapkan,” ujarnya di Aula Asrama Haji, Palembang.

Pimpinan Muhammadiyah Kota Bontang H Mardi Raharjo, meskipun sudah sepuh, dengan semangat naik ke panggung untuk menyampaikan aspirasinya. “Saya dari Bontang, asli saya dari Yogyakarta. Saya 15 tahun di Sangkulirang, dan teman-teman saya banyak di sini. Entah masih hidup atau sudah mati saya tidak tahu. Ada Pak Haji Djamani. Dulu beliau dari Kehutanan. Mudahan-mudahan beliau panjang umur,” ujarnya memperkenalkan diri.

Kemudian dengan tegas ia pun menyatakan dukungannya. “Saya berjanji di samping usia dan jiwa raga saya, saya akan berjuang di Muhammadiyah dan juga bersama HTI sehingga rahmatan lil ‘alamin dapat saya rasakan,” paparnya di Gedung Wanita Bina Rahayu di Kompleks Mall Lembuswana, Samarinda, Kalimantan Timur.

Tak disangka-sangka, ketika hendak kembali ke kursinya, ia dihampiri dan disapa kedua kawan lama yang sudah lebih dari 15 tahun tidak berjumpa, yakni Haji Djamani yang dia singgung tadi dan Pengasuh Ponpes Darussa’adah Samarinda Ustadz Husni Muttaqien.

“Ini siapa?” ujar Mardi yang sudah lupa dengan wajah teman lamanya, saat disapa Djamani. “Saya Djamani…” jawab Djamani.

Mendengar nama tersebut, Mardi terkejut dan langsung memeluk Djamani. Reuni tanpa direncanakan tersebut mencuri perhatian dan menjadi pemandangan yang mengharukan para peserta. “Masya Allah, indahnya melihat pertemuan tiga sahabat tersebut,” ujar Humas HTI Kalimantan Timur Adi Victoria yang juga memperhatikan.

Ketua MUI Solo KH Zainal Arifian Adnan mengingatkan para tokoh yang hadir untuk membantu perjuangan HTI. “Bagi siapa saja yang hadir di sini dan bukan dari Hizbut Tahrir, janganlah takut, namun bantulah karena ini tugas risalah. Kita semua wajib memikulnya, ini fardhu ain,” tegasnya di Hotel Lor In Syariah, Solo.

Dalam memperjuangkannya tentu saja banyak ujian menghadang. Karena itu dengan tulus Ketua Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Palopo Hj Arifah berkata, “Usaha dan doa dari semua kaum Muslim akan semakin mendekatkan kaum Muslim pada kesuksesan tujuan perjuangannya. Saya berharap Hizbut Tahrir terus dan terus berjuang meskipun berbagai ujian dan rintangan terus ada.” [Joko Prasetyo, dari kontributor daerah]

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*