Assalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.
Pembaca yang budiman, beberapa waktu terakhir isu di seputar sinyalemen kebangkitan kembali PKI dengan Komunismenya sempat mencuat ke publik seiring dengan munculnya banyak simbol dan atribut PKI ‘palu-arit’ di spanduk, kaos, dll. Sejumlah pejabat publik pun merespon sinyalemen tersebut. Tentu ada yang pro dan ada yang kontra. Namun, menarik saat Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyebut ada yang lebih berbahaya dari PKI, yakni neoliberalisme dan neokapitalisme. Menurut dia, komunisme PKI berbahaya, namun yang lebih berbahaya adalah neokapitalisme dan neoliberalisme (Detik, 2/6/2016).
Apa yang ditegaskan Panglima TNI sepenuhnya benar. Paling tidak karena secara faktual neoliberalisme dan neokapitalismelah yang sedang memegang lakon di dunia ini. Neoliberalisme dan neokapitalismelah saat ini yang sedang berjaya dan menunjukkan arogansinya di seluruh dunia, lengkap dengan seluruh kerusakan yang diciptakannya. Adapun komunisme, setelah ‘kematian’-nya, kecil kemungkinan untuk menggeliat kembali. Bahkan di negeri asalnya, Rusia, komunisme sudah dibuang ke keranjang sampah sejak Uni Sovyet bubar.
Sayang, kesadaran akan bahaya neoliberalisme dan neokapitalisme ini masih minim di tengah-tengah umat, termasuk para penguasa, pejabat dan ulamanya. Di sisi lain sebagian mereka terus-menerus ikut mendendangkan nyanyian yang sama yang dinyanyikan para pengusung neoliberalisme dan neokapitalisme, yakni bahwa: ideologi Islam adalah ancaman. Tentu ini ironi sekali. Sebab, Islam tak mungkin menjadi ancaman bagi umat manusia. Islam adalah rahmatan lil ‘alamin.
Karena itu al-waie edisi kali ini ingin memaparkan kembali sejauh mana bahaya neoliberalisme dan neokapitalisme, selain bahaya laten komunisme. Kali ini al-waie juga membahas sejumlah hal yang tentu layak untuk dibaca untuk makin menguatkan kesadaran kita tentang pentingnya segera melenyapkan neoliberalisme dan neokapitalisme maupun komunisme seraya segera menegakkan ideologi Islam. Kita tentu yakin, hanya ideologi Islamlah—jika diterapkan dalam sistem Khilafah—yang bisa menebarkan rahmat ke seluruh penjuru bumi ini. Selamat membaca!
Wassalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.