Pengantar:
Beberapa waktu lalu ramai diskusi seputar kemunculan kembali komunisme dan bahayanya. Hal itu seiring dengan mencuatnya kembali simbol-simbol berbau PKI di sepanduk, kaos, dll di sejumlah daerah. Pertanyaannya: Betulkah ada indikasi komunisme bangkit? Jika betul, tentu memang berbahaya. Namun, bukankah itu masih sebatas potensi alias bersifat laten? Bagaimana dengan kapitalisme? Bukankah bahaya kapitalisme sudah benar-benar nyata (manifest) bagi negeri ini? Mengapa kapitalisme yang sudah banyak merusak negeri ini tidak segera dicurigai dan segera disingkirkan?
Itulah di antara beberapa pertanyaan yang coba dijawab oleh Ustadz Budi Mulyana dari DPP HTI dalam rubrik Hiwar kali ini.
Benarkah komunisme dan sosialisme menjadi bahaya laten bagi negeri ini?
Sebagai sebuah ideologi, komunisme dan sosialisme akan senantiasa ada selama ide-idenya masih tertuang dalam berbagai media, apalagi dengan teknologi internet yang menjadikan akses ide, menjadi tanpa batas (borderless). Tinggal persoalannya, masih adakah penganutnya? Masihkah ada proses kaderisasi untuk menyebarluaskan ide-ide tersebut? Inilah yang disebut sebagai laten, atau dalam bahasa Inggris latent, artinya terpendam atau tersembunyi. Artinya, secara potensi, masih ada.
Komunisme dan sosialisme adalah ideologi yang pernah eksis di negeri ini. Sampai saat ini, penganutnya masih ada dan secara alami berpotensi untuk bangkit dan naik ke permukaan sebagaimana dulu Partai Komunis Indonesia (PKI) hadir, ikut dalam Pemilu dan melakukan pemberontakan pada tahun 1948 dan tahun 1965.
Dianggap berbahaya karena ada pengalaman sejarah. PKI melakukan pemberontakan tahun 1948 dan 1965. Sebelum pemberontakan meletus, juga banyak peristiwa bentrokan PKI dengan masyarakat yang memicu ketakutan di tengah-tengah masyarakat.
Beberapa contoh kasus yang terjadi pada masa lalu seperti kasus aksi keganasan PKI di Magetan, Trenggalek, Surabaya, dan Kediri. Di Trenggalek, PKI melancarkan terornya dengan melakukan pembakaran dan peledakan terhadap Masjid Agung Trenggalek. Di Surabaya para pendukung PKI menyerbu Masjid Agung Kembangkuning, Surabaya, peninggalan Sunan Ampel pada tahun 1962. Mereka melakukan aksinya dengan menginjak-injak tempat suci itu sambil bernyanyi “Genjer-genjer” dan menari-nari. Tak sampai di situ, mereka juga menginjak-injak dan membakar al-Quran serta kitab-kitab lainnya. Kurang ajarnya lagi, mereka bermaksud mengubah masjid tersebut menjadi markas Gerwani.
Dalam bidang budaya, pada tahun 1962, mereka menghina Islam dengan pementasan reog, ludruk dan ketoprak dengan lakon matinya Tuhan; juga berbagai tindakan teror yang semestinya tidak dilupakan oleh umat Islam di negeri ini.
Dari pengalaman itu wajar bila komunisme dan sosialisme dianggap sebagai bahaya laten di negeri ini. Apalagi Pemerintah Indonesia telah melarang komunisme berdasarkan Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 tentang pelarangan PKI (dengan organisasi-organisasinya) dan penyebaran ajarannya, komunisme/marxisme-leninisme.
Apa saja potensi bahaya laten komunisme dan sosialisme terhadap negeri ini dari sisi pemikiran dan praktik?
Secara pemikiran, komunisme adalah paham yang menafikan agama, mengumbar pertentangan di antara kelas masyarakat sehingga menjadikan konflik sebagai metode dalam perubahan masyarakat. Ide ini merupakan ide yang berbahaya di negeri yang mengaku mayoritas Muslim dan menjadikan religiusitas sebagai pondasi bermasyarakat. Menjadikan pertentangan antarkelompok masyarakat sebagai pijakan dalam perubahan masyarakat juga berbahaya karena tidak sesuai dengan realitas masyarakat itu sendiri. Bila secara pemikiran sudah membahayakan, tentu pemikiran ini harus dicegah agar tidak mewujud dalam praktik.
Fakta sejarah sudah membuktikan bahaya komunisme di negeri ini. Belum lagi kalau kita melihat praktik di negeri-negeri lain. Dulu di Uni Sovyet, bagaimana umat Islam ditindas dengan semena-mena oleh kaum komunis. Tidak hanya Islam, tapi juga agama lain. Kini, kita pun menyaksikan bagaimana umat Islam yang hidup di negeri komunis mengalami diskriminasi dan penindasan, terutama dalam hal menjalankan aturan agamanya. Contohnya adalah yang dialami oleh kaum Muslim di Uighur Cina. Mereka pada Ramadhan yang mulia dilarang untuk melaksanakan ibadah shaum, selain kekejaman lain yang mereka rasakan.
Dulu sosialisme muncul sebagai respon dan antitesis dari kapitalisme yang dianggap berbahaya. Benarkah kapitalisme berbahaya?
Kaum sosialis menganggap kaum kapitalis berbahaya karena mengedepankan hak-hak privat secara bebas. Kapitalisme dengan prinsip laissez faire; laissez passer, dan mekanisme pasar bebas yang terdiri dari penawaran dan permintaan (supply and demand) diyakini akan mampu mengatur kegiatan ekonomi masyarakat secara menyeluruh (integral). Tangan yang tak kelihatan (invisible hand) dalam mekanisme pasar juga dianggap akan mampu mengatur kegiatan ekonomi masyarakat secara paling rasional sehingga akan menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran bagi masyarakat secara luas dan merata. Namun, dalam pandangan sosialis, sebenarnya kaum kapitalis telah merampas hak-hak para pekerja untuk kepentingan para pemilik modal.
Kapitalisme, sama seperti sosialisme, merupakan ideologi tertutup (closed ideology). Gagasan ini lahir dari pemikiran manusia yang tidak sempurna yang berusaha menjawab problematika kehidupan. Alih-alih menjadi solusi, penerapan kapitalisme justru mendatangkan berbagai problem baru bagi kehidupan, selain tidak mampu menyelesaikan problematika dasar umat manusia.
Kapitalisme yang merupakan ideologi yang mendominasi dunia saat ini lahir dari perseteruan di abad pertengahan Eropa yang terjadi akibat penindasan oleh raja yang mengatasnamakan Tuhan. Ketika perseteruan semakin memuncak melalui berbagai peperangan yang terjadi, lahirlah gagasan jalan tengah, yaitu ide pemisahan agama dari urusan kehidupan (sekulerisme). Urusan kehidupan dipisahkan dari agama atau agama tidak berperan mengatur urusan kehidupan. Agama menjadi anak tiri dalam kehidupan politik dan sosial, tak ada peran lagi bagi agama untuk turut campur dalam kehidupan sosial.
Kapitalisme, yang merupakan turunan dari prinsip sekularisme, telah banyak menyebabkan ketimpangan. Begitu banyak masalah yang timbul akibat diterapkan kapitalisme dibidang ekonomi.
Paham ini membabat habis segala yang bermuatan ekonomi Islam. Kapitalisme berpondasi pada sistem ribawi yang jelas sangat bertentangan dengan sistem ekonomi Islam. Akibat dari riba sangat bisa kita rasakan. Belum lagi resesi ekonomi. Ini merupakan fakta yang menunjukkan cacat dari kapitalisme.
Dalam pengaturan ekonomi berbasis kapitalisme, ekonomi hanya bergerak di sektor financial, bukan pada sektor real. Akibatnya, ekonomi menjadi hal yang bersifat spekulatif. Ketimpangan ekonomi antara negara Barat dan Timur atau negara berkembang juga sangat kontras. Bayangkan, hampir 90% kekayaan sumberdaya alam (SDA) dikuasai asing dan hanya sebagaian kecil yang dinikmati masyarakat. Akibatnya, rakyat makin miskin, pendidikan menjadi perkara yang mahal dan kriminalitas sebagai solusi instan terhadap kemiskinan menjadi merajalela.
Belum lagi ide kebebasan yang juga menjadi pondasi sistem kapitalisme. Dengan alasan kebebasan, dibalut dengan kedok HAM, mereka menghina agama dan memicu berbagai konflik sosial di tengah-tengah masyarakat.
Bahaya kapitalisme itu bagi negeri ini bersifat laten atau sudah nyata?
Bahaya kapitalisme sudah sangat nyata. Dari tahun ke tahun kita menyaksikan bagaimana sistem kapitalisme yang menjadi pondasi kehidupan masyarakat di negeri ini semakin membuat negeri ini hilang arah, bahkan menuju kerusakan yang sedemikian parah. Tingkat kriminalitas makin tinggi. Konflik sosial makin merata. Pemiskinan rakyat di tengah kemewahan diumbar tanpa batas, yang menunjukkan ketidakadilan yang nyata. Banyak lagi fenomena sosial yang memprihatinkan. Semua ini adalah buah dari penerapan kapitalisme di negeri ini.
Silih bergantinya pemerintahan hanya memberikan harapan palsu di awal. Kenyataannya, tidak ada perbaikan yang mendasar bagi masyarakat.
Meski bahaya kapitalisme sudah nyata, mengapa banyak yang tidak menyadarinya?
Karena kita hidup dalam lingkungan yang kapitalistik. Kita tidak menyadari bahwa kapitalisme membahayakan bagi kita. Ide ini sedemikian mencengkeram di tengah masyarakat karena sudah menjadi sistem yang terintegrasi. Diajarkan di dunia pendidikan, diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, ditopang dengan berbagai kebijakan pemerintah dan dibungkus dengan berbagai keindahan semu.
Apakah pemberitaan bahaya laten komunisme-sosialisme itu untuk menutupi dan mengalihkan perhatian orang dari bahaya nyata kapitalisme?
Ya, isu bahaya laten komunisme sosialisme kadang digunakan untuk menutup isu-isu lain yang terkait dengan berbagai kepentingan, baik kepentingan pribadi-pribadi penguasa yang sedang terkena jerat kasus tertentu seperti korupsi, atau juga kepentingan penguasa secara umum yang abai terhadap pengurusan masyarakat. Lebih jauh itu bisa dikaitkan dengan pengalihan dari keburukan yang nyata akibat penerapan sistem kapitalisme yang menyengsarakan rakyat dan penuh dengan ketidakadilan.
Ada sebagian orang yang menyamakan Islam politik sebagai ancaman, sama dengan komunisme. Mengapa bisa seperti itu?
Menganggap Islam politik sebagai ancaman ideologi setidaknya disebabkan oleh dua hal. Pertama, bisa karena keawamannya terhadap Islam; tidak paham bahwa Islam adalah agama yang kâffah, yang sempurna dan paripurna, yang mengatur seluruh aspek kehidupan, termasuk di dalamnya persoalan politik. Bagaimana bisa Islam politik disebut ancaman, padahal politik adalah bagian dari Islam. Kedua, bisa karena kebencian terhadap Islam. Orang-orang kafir dan munafik sedari awal memang memiliki prejudice terhadap Islam. Islam dipandang sebagai agama terbelakang yang membawa berbagai kemunduran umat manusia. Bagi mereka, tidak ada tempat untuk Islam. Dengan dasar kebencian ini Islam senantiasa dianggap sebagai ancaman. Pasalnya, mereka sudah menikmati berbagai keuntungan dari status quo dan hadirnya Islam akan mengganggu eksistensi mereka.
Jika komunisme dan kapitalisme berbahaya bagi negeri ini, apakah Islam bisa menjadi solusi?
Iya, pasti. Islam adalah agama yang telah dulu hadir di negeri ini dibandingkan isme-isme tersebut. Islam, sebelum datangnya penjajah Barat, adalah agama damai yang sudah hidup dalam sanubari masyarakat negeri ini. Gagasan-gagasan dari Baratlah yang dibungkus dengan keindahan semu yang telah memutarbalikan eksistensi Islam ini.
Islam dengan fikrah dan tharîqah yang paripurna, sedari awal memang hadir sebagai mu’âlajah bagi problematika umat manusia. Islam akan menjadi solusi dari perbagai persoalan di negeri ini.
Apa yang harus dilakukan agar Islam sebagai solusi itu bisa diterima oleh masyarakat negeri ini?
Pertama: Penting untuk melakukan tatsqîf atau pembinaan terhadap umat Islam itu sendiri. Memahamkan mereka bahwa Islam adalah agama yang sempurna, yang dapat menjadi solusi bagi berbagai persoalan hidup yang ada di masyarakat. Pembinaan ini dilakukan untuk membangun kader-kader dakwah yang akan menguatkan proses sosialisasi di tengah-tengah masyarakat. Pembinaan ini juga dilakukan untuk memberikan pemahaman Islam secara utuh ke tengah-tengah masyarakat sehingga masyarakat memahami Islam sebagai solusi kehidupan.
Kedua: Sosialisasi Islam sebagai solusi ke tengah-tengah masyarakat. Hal ini dilakukan dengan berbagai uslûb (cara), baik dengan ceramah, khutbah, seminar, diskusi, tabligh, selebaran, media cetak, media elektronik dan lain-lain.
Dengan proses penyadaran yang terus-menerus, yang dilakukan dengan penuh kesantunan, keikhlasan dan tanpa kepentingan, maka secara perlahan namun pasti, Islam akan bisa diterima oleh seluruh elemen masyarakat; kalangan tua atau muda, kaya atau jelata, di perkotaan atau pedesaan, dengan berbagai kebhinekaan yang ada. Semua ini karena Islam adalah agama fitrah, agama yang menjadi rahmatan lil ‘alamin. WalLâhu a’lam bi ash-shawab. []