Perang Melawan Teror, Kedok Barat Jarah SDA Somalia
Terungkap, selama ini pasukan Misi Uni Afrika di Somalia (Amisom) dibiayai Uni Eropa. Menurut anggota Kantor Media Hizbut Tahrir Kenya Bakari Mohamed, “Hal ini menunjukkan bahwa Perang Melawan Teror tidak lain adalah sebuah kedok, yang menyembunyikan motif sesungguhnya untuk melanjutkan penjarahan atas sumberdaya alam Afrika.” (Hizbut-tahrir.or.id, 12/07/2016).
Surat kabar Daily Nation menerbitkan kisah yang mengungkapkan bahwa pasukan Uni Afrika di Somalia belum mendapatkan tunjangan selama lebih dari lima bulan sebagai akibat dari pemotongan dana oleh Uni Eropa. Pada hari Senin 27 Juni 2016, Uni Eropa mengatakan tidak lagi memberikan uang bagi pasukan Misi Uni Afrika di Somalia (Amisom) karena prosedur persetujuan yang kompleks yang disebabkan oleh anggaran yang terbatas.
Uni Eropa adalah penyandang dana utama bagi pasukan Amisom. Hal ini semakin memperjelas bahwa operasi militer di Somalia merupakan agenda Barat dalam mengejar kepentingannya yang penuh keserakahan di Somalia. Pasukan Afrika telah diseret ke dalam perang proxy yang dilakukan oleh kekuatan-kekuatan Barat khususnya antara Eropa dan Amerika Serikat. Selain itu, Angkatan Bersenjata Afrika tidak lagi tentara yang berdiri sendiri melainkan hanya bergantung pada dukungan Barat baik secara logistik maupun finansial.
“Ini adalah situasi yang memengaruhi sebagian besar negara Dunia Ketiga yang didorong baik oleh Amerika maupun Inggris untuk ikut berperang bersama mereka dan membantu mereka dalam penjarahan sumberdaya negara-negara tetangga mereka atas nama terorisme,” pungkasnya.
Pesan kepada Umat Islam dari Masjid Al-Aqsha yang Diberkati
Dari Masjid Al-Aqsha yang Diberkati, Hizbut Tahrir Palestina menyeru umat Islam agar menegakkan syariah Islam secara kâffah. “Kami menyeru kalian untuk menegakkan agama. Tidak ada cara untuk menegakkannya kecuali dengan menegakkan Khilafah Rasyidah yang tegak di atas metode kenabian (‘ala minhâjin nubuwah),” ungkap aktivis Hizbut Tahrir Palestina di hadapan jamaah masjid, Jumat, 26 Ramadan 1437 H/ 1 Juli 2016 M.
Dari kiblat pertama di antara dua kiblat, “Kami meminta bantuan tentara kalian untuk mendirikan Khilafah dan bergerak menuju bumi yang diberkati guna membebaskannya dari perbuatan keji dan kotor orang-orang Yahudi.”
Dari Baital Maqdis, “Kami menyeru rakyat kami di Mesir dan Syam, juga Pakistan dan Bangladesh. Kami menyeru rakyat kami di Turki dan Indonesia. Kami menyeru rakyat kami di Irak, Iran, Yaman, Hijaz dan kaum Muslim di seluruh pelosok bumi.”
Ia juga mengatakan, “Kami menyeru kalian semua, sementara rasa sakit tengah meremukkan hati kami, dan kami semua sangat berharap pada kalian. Karena itu penuhilah seruan dan panggilan Allah.
Ia juga meminta umat Islam segera menyingkirkan para penguasa thâghût; menolak semua proyek Barat yang keji dan berbahaya dan berpegang teguh dengan tali (agama) Allah. “Persaudaraan Islam mempersatukan kalian, sementara para penguasa thâghût mencerai-beraikan kalian. Agama Allah menyatukan kalian, sementara para wali setan memcerai-beraikan persatuan kalian,” pungkasnya.
Gagal Secara Intelektual dan Hukum, Rezim pun Menculik Aktivis HT Bangladesh
Gagal secara politik, intelektual dan hukum, rezim Hasina Wazed menculik dua aktivis Hizbut Tahrir Bangladesh yang baru saja dibebaskan dari penjara. Kedua pejuang khilafah yang bernama Mustafizur Rahman dan Yusuf Nurani Ahmed tersebut telah ditangkap lagi dari gerbang penjara Kashempur segera setelah mereka dibebaskan dengan jaminan, Rabu (08/06/2016). “Setelah gagal menahan saudara-saudara kami di penjara bahkan dengan cara memanipulasi sistem hukum sekular yang zalim, para penjahat dari Detective Branch (DB) Pemerintah Hasina menculik kedua orang itu dari Penjara Kashempur dan keberadaan mereka saat ini masih tidak diketahui,” ungkap Kantor Media Hizbut Tahrir Bangladesh dalam pers rilisnya, Ahad, 21 Ramadhan 1437 H.
Menurut HT Bangladesh, hal ini sudah jelas dan terang-benderang bahwa Pemerintah Hasina telah gagal secara politik, intelektual dan hukum untuk memerangi putra-putra pemberani dari umat ini sehingga sekarang melakukan penculikan demi penculikan.
Pemerintah boneka ini yang didukung oleh kaum kafir-musyrik tidak mengenal undang-undang dan tidak memiliki prinsip-prinsip yang mereka pegang saat memerangi Islam ketika para pengemban dakwah pemberani menyerukan pendirian kembali Khilafah yang berjalan pada metode kenabian – suatu kewajiban yang dilupakan. “Karena sudah merasa putus asa untuk mencegah seruan Hizbut Tahrir, kaum imperialis menggunakan segala kekuatan dan telah menggunakan segala macam cara yang ilegal seperti penculikan dan penyiksaan. Rasa putus asa itu membuktikan bahwa Pemerintah Bangladesh yang ilegal ini merasa terancam oleh kebangkitan Islam politik,” pungkasnya.
Setelah Mengemban Dakwah Selama 64 Tahun, Abu Iyas Berpulang
Hizbut Tahrir Yordania menyampaikan bela sungkawa kepada umat Islam atas wafatnya salah seorang da’i yang mendapat berkah, seorang ustadz yang patut menjadi contoh, yakni Khalil Harb (Abu Iyas). Ia wafat pada waktu Ashar hari Selasa 28/6/2016 dalam usia tujuh puluh tujuh tahun.
Ia menghabiskan usianya dalam ketaatan kepada Allah SWT, mengemban dakwah dan bekerja untuk memulai kembali kehidupan Islam melalui pendirian Negara Khilafah yang berjalan pada metode kenabian sejak beliau berusia tiga belas tahun, merasa ridha dengan kesulitan yang beliau hadapi, kesusahan dan penindasan yang dilakukan dari para penguasa tiran demi berjuang membela Agama Allah SWT. “Kami memohon kepada Allah Yang Mahakuasa dan Mahakuat agar memuliakan dia, memuliakan keluarganya dan semoga Allah menganugerahkan mereka kesabaran dan penghiburan. Dia adalah Yang Maha Mendengar dan Maha Pemberi. Semoga Allah memberikan kasih sayang-Nya kepada Aba Iyas, suatu perpisahan yang menyedihkan kami dan kami hanya mengatakan apa-apa yang menyenangkan Rab kami: Inna lilLâhi wa inna ilayhi râji’ûn,” ungkap pers rilis Kantor Media Hizbut Tahrir Yordania. [Riza Aulia/Joy dari berbagai sumber]