Anthony Giddens (sosiolog Inggris) mengatakan bahwa Sosialisme-komunis sebenarnya belum mati. Realitanya, ideologi sosialisme komunis memang tak pernah menghentikan seterunya baik dengan Kapitalisme maupun Islam. Kekuatan penetrasi ideologi kiri (baca: komunis) tidak begitu saja musnah begitu Uni Soviet runtuh. Hingga saat ini negara-negara komunis masih eksis seperti Cina, Transnitria, Kuba, Korea Utara, Laos dan Vietnam.
Ideologi yang dilahirkan oleh Karl Marx ini bahkan sampai ke Indonesia. Indonesia pun merasakan imbas dari kekuatan ideologi komunis ini. Tepatnya pada tahun 1917 berdirilah Partai Komunis Indonesia (PKI). Keberadaan PKI ternyata menimbulkan tiga kali pemberontakan yaitu tahun 1926 yang digagalkan oleh pemerintah kolonial Belanda, tahun 1948 dan 1965.
Kini, Indonesia kembali digoyang dengan maraknya peredaran buku-buku beraliran Marxis begitu era Reformasi bermula. Tokoh-tokoh populer komunis seperti Ernesto Che Guevara & Tan Malaka seakan menjadi pahlawan bagi kaum muda yang pemikirannya telah terhasut oleh ideologi kiri ini. Lambang palu arit yang identik sebagai simbol ideologi kiri ini bahkan sempat beredar secara bebas dalam bentuk kaos. Acara-acara besar yang sempat membuat gusar Pemerintah dan marak diberitakan yaitu “Festival Belok Kiri” & “Simposium 1965” sebenarnya sudah menjadi tanda munculnya riak gerak dari PKI.
Menuntaskan gerak PKI secara tuntas adalah hal yang niscaya. Namun, jika Indonesia masih menjadikan Kapitalisme sebagai ideologi negara, PKI akan selalu berpotensi bangkit lagi dengan memanfaatkan kebebasan dalam demokrasi. Berbeda jika Indonesia menjadikan Islam sebagai ideologi, gerak PKI tentu akan musnah karena khalifah akan memusnahkan segala hal yang berkaitan dengan ideologi Komunisme. Khalifah pun akan memberikan pembinaan akidah agar keimanan tertancap kuat dalam diri rakyat serta penguatan ‘aqliyah agar rakyat dapat berpikir cerdas. Bagi para aktivis dan massa pengemban Komunisme yang melakukan pemberontakan tentu akan diperangi hingga mereka kembali taat kepada Allah SWT.
WalLâhu ‘alam bi ash-shawâb. [Mia Yunita, Pemerhati Sosial, Tinggal di Banjarmasin.]