Cintailah produk dalam negeri” sering kita mendengar ungkapan ini; slogan yang mengarahkan agar cinta terhadap tanah air. Layak kita ungkap bahwa di era sekarang opini tersebut seolah hanya ‘pemanis’ belaka? Bagaimana tidak. Indonesia sudah masuk ‘jebakan’ ‘perdagangan bebas’ ala MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) yang kelak menjadi batu loncatan menuju pasar bebas dunia (tidak hanya skala Asean). Aneh, di satu sisi Pemerintah menghimbau untuk mencintai produk dalam negeri. Namun di lain sisi, penguasa justru memuluskan agenda pasar bebas yang mengajak negeri ini jelas ‘kalah saing’ dengan produk dari luar negeri.
Kita perlu menyoroti kembali, ketika negara ini tidak mengenal ‘mana kawan, mana lawan’, akhirnya negeri ini tidak menyadari di mana posisinya. Relitanya negeri ini menjalin hubungan dengan negara-negara maju yang sarat dengan kepentingannya, baik dari kubu Kapitalisme barat (Amerika Serikat) maupun timur (Cina). Apakah mereka adalah kawan? Bagaimana bisa disebut kawan jika buah kerjasamanya saja justru menyeret Indonesia ‘bunuh diri’ karena mereka mengambil potensi besar sumberdaya alam dan sumberdaya manusianya. Perkara yang menyayat hati adalah ketika banyak yang mengaku dirinya cinta tanah air namun justru yang dilakukan adalah ‘mendiamkan’ wilayah di negeri ini dikompori untuk separatisme dan ‘mendiamkan’ kekayaan alam negeri ini tetap dijarah dan dikuasai asing. Parahnya, menterinya sendiri yang memperpanjang kontrak perusahaan asing untuk mengeruk tambang emas negeri ini. Semakin mengerikan ketika bahaya neoimperialisme (penjajahan gaya baru) justru dibukakan gerbang oleh Pemerintah sendiri yang menggiring rakyat semakin menderita.
Sungguh cinta tanah air itu bukan cinta semu yang teralihkan dengan slogan membeli produk dalam negeri, melainkan mencintai negeri ini harus dilandasi karena keimanan. Mencintai tanah air itu karena Allah SWT dengan memperjuangkan Islam, artinya berjuang untuk mengkondisikan tanah air ini agar terterapkan aturan Allah SWT vyang akan menghentikan segala bentuk penjajahan baik penjajahan secara hard (fisik) maupun penjajahan soft (pemikiran). Allah SWT berfirman (yang artinya): Andai penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Kami pasti akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi (TQS al A’raf [7]: 96).
Jalan mencintai tanah air adalah dengan ketakwaan sekaligus berjuang menerapkan hukum Allah secara kâffah dalam naungan Khilafah. Mari kaum Muslim, rapatkan barisan! WalLâhu’alam bi shawwâb. [Hernani Sulistyaningsih, S.Pd.I.; Admin Komunitas Intelektual Muslimah Rindu Khilafah]