HTI

Opini (Al Waie)

Wujud Bela Negara


Baca-baca sebuah artikel tentang bela negara, ternyata berjumpa dengan artikel berita yang sudah setahun yang lalu tertulis. Dalam artikel tersebut tertulis, “Semua anak bangsa harus tergerak dan bergerak untuk bela negara sesuai dengan ladang pengabdiannya masing-masing. Panggilan bela negara bisa dilakukan oleh seorang guru, seorang bidan, tenaga kesehatan, petani, buruh, professional, pegawai negeri sipil, pedagang, serta profesi lainnya,” kata Jokowi seperti yang disampaikan tim komunikasi Presiden dalam keterangan tertulis yang diterima Detik.com (19/12/2015).

Jadi bertanya-tanya, bagaimana dengan profesi kita sebagai seorang Muslim? Seorang Muslim sejatinya menjadi pengemban risalah atau dakwah. Ia harus menyerukan Islam agar bisa diterapkan di seluruh aspek kehidupan.

Terkait bela negara, tentu ini juga menjadi ladang amal bagi seorang Muslim. Ia membela negaranya dari penjajahan negara kafir, mengoreksi para pemimpin dengan kebijakannya yang menzalimi rakyat, menyampaikan pandangan bagaimana Islam dalam menyelesaikan persoalan

Lantas mana bentuk bela negara yang dilakukan oleh para pemimpin kita saat ini, apalagi yang ada di negeri kita.

Inilah yang tentu sangat kita rindukan, yakni para pemimpin yang menunjukan bela negara yang sesungguhnya; yang benar-benar serius menjadi pembela bagi rakyatnya. Demikian seperti yang dilakukan oleh para khalifah sepanjang Kekhilafahan Islam. Kita rindu dengan sosok Khalifah al-Mu’tashim Billah yang mengerahkan ratusan ribu pasukannya hanya untuk membela warganya, seorang Muslimah yang dilecehkan oleh orang Romawi saat itu. Saat ini banyak sekali pelecehan yang dilakukan terhadap Muslimah, seperti yang terjadi pada Muslimah asal Skotlandia yang jilbabnya dibakar, wanita India yang diperkosa karena dituduh makan daging sapi. Lantas di manakah bentuk nyata bela negara yang dilakukan oleh para pemimpin kita saat ini.

Bela negara dalam Islam tidak sebatas bela negara dalam mensejahterahkan rakyat. Pemimpin harus mampu menjaga persatuan negaranya dari campur tangan asing, mengelola sumberdaya alam agar tidak menjadi jarahan kafir penjajah, juga menjauhkan ide atau paham yang merusak negeri dan rakyat. Setiap Muslim dan para pemimpin mesti memahami siapa musuh sebenarnya sehingga bisa menempatkan bela negara pada tempatnya. Tidak justru menjadikan Islam sebagai musuh. Islam bukan musuh. Ideologi Kapitalisme dan kafir penjajahlah yang sebenarnya menjadi musuh nyata bagi Negara dan peradaban saat ini. Inilah ladang pengabdian seorang Muslim dalam membela negara yang sesungguhnya. WalLâhu ‘alam bi ash-shawâb. [Ima Susiati; Anggota HT, Sedang Menuntut Ilmu di Negeri Kinanah]

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*