Sebentar lagi kita akan memasuki tahun baru 2017. Tentu hal ini selalu dinantikan oleh banyak orang utamanya kalangan remaja. Kebanyakan mereka melakukan perayaan tahun baru dengan berbagai kegiatan semisal konvoi keliling di jalan, meniup terompet, pesta kembang api. Bahkan pesta kemaksiatan pun kerap terjadi di perayaan tahun baru. Lebih mirisnya lagi, mereka yang melakukan perayaan tersebut adalah sebagian besar kalangan umat Islam. Mereka tidak sadar bahwa meniru dan mengikuti budaya perayaan tahun baru bisa mengikis akidah Islam karena jelas bahwa hal itu bertentangan dengan syariat islam. Padahal Rasulullah saw. telah bersabda, “Sungguh kalian akan mengikuti perilaku orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Bahkan jika mereka masuk ke dalam lubang biawak gurun tentu kalian akan mengikutinya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Tahun baru Masehi sejatinya adalah bagian dari hari suci umat Nasrani. Bagi orang Nasrani yang mayoritas menghuni belahan benua eropa, tahun baru Masehi dikaitkan dengan kelahiran Yesus Kristus.
Inilah cara Barat dan kaum kafir agar pemuda Islam jauh dari identitas mereka sebagai seorang Muslim. Menjejali pemuda Islam dengan tradisi dan budaya mereka. Dengan dukungan sumber informasi dunia yang mereka kuasai, mereka menyerukan dan mempublikasikan hari-hari besarnya ke seluruh lapisan masyarakat serta dibuat seolah-olah itu merupakan hari besar yang bersifat umum, populer, tren, dan bisa diperingati dan dirayakan oleh siapa saja.
Rasul saw. dengan tegas telah melarang kita untuk meniru budaya atau tradisi agama lain, sebagaimana sabdanya, “Siapa saja yang menyerupai suatu kaum, ia termasuk salah seorang dari mereka.” (HR Abu Dawud dan Ahmad).
Untuk itulah, kita sebagai Muslim harus senantiasa menenaati Allah SWT dan meneladani Rasul-Nya dalam menjalani kehidupan ini. Kita harus kembali ke jatidiri kita sebagai seorang Muslim, yaitu terikat dengan syariah Islam. Back to the Real Muslim Style, bukan western Style.
Yuk, kita kembali pada Islam agar kemuliaannya segera terwujud dengan tegaknya hukum Islam untuk mengembalikan tatanan kehidupan yang dirusak oleh budaya dan pemikiran Barat. WalLâhu a’lam.[Chusnatul Jannah, S.Pd.; Pembina Komunitas Mahasiswi Islam Intelektual Pasuruan]