Pemuda adalah pemegang estafet peradaban bangsa. Namun, apa jadinya jika generasi muda itu hancur oleh pemikiran sekular seperti liberalisme. Virus liberalisme saat ini telah mampu memecah-belah kehidupan kaum Muslim. Bagaimana tidak, umat Islam bahkan generasi muda pun makin ‘elastis’ terhadap keyakinannya sendiri.
Dari sekulerisme inilah virus liberalisme itu lahir. Liberalisme atau paham kebebasan ini mempercayai bahwa semua agama itu relatif. Menurut paham ini, setiap orang bebas memilih keyakinan mereka, bebas menghina agama lain dengan dalih kebebasan. Bisa dibayangkan bagaimana jika ternyata virus ini sudah menjangkiti generasi muda yang pada akhirnya akan membuat generasi muda jauh dari keyakinan Islam yang benar.
Dengan makin rusaknya kondisi generasi muda saat ini, tentu yang kita butuhkan adalah pilar yang mampu membentengi generasi muda agar tidak makin jauh dari syariah Islam, yakni negara. Dalam Islam, negara wajib menjaga akidah atau pemikiran rakyatnya, termasuk generasi muda, dari pemikiran menyimpang yang pada akhirnya menolak penerapan syariah Islam dalam kehidupan sehari-hari. Inilah pentingnya peran negara disamping peran keluarga dan masyarakat.
Tanpa adanya negara yang menerapkan syariah Islam, mustahil mewujudkan generasi estafet peradaban. Tanpa Islam, akan sulit mencetak generasi sekualitas dengan Ali bin Abi Thalib ra., Muhammad al-Fatih sang Penakluk Konstatinopel, Saad bin Abi Waqqash serta generasi muda lainnya pada zaman kegemilangan Islam.
Oleh karena itu, sudah seharusnya bagi generasi muda makin meningkatkan diri dalam mempelajari Islam dan syariahnya agar tidak mudah terjerumus ke dalam pemikiran liberalism. Liberalisme merupakan virus penghancur meski disampaikan oleh orang yang memiliki gelar. Sudah saatnya generasi muda bangun dari tidur panjangnya, bangun untuk membangun dunia ini dengan Islam serta jauh dari pemikiran sesat yang akan mengelincirkan kaki ke jurang Jahanam. Generasi muda, mari terapkan Islam, tegakkan Khilafah dan “Say No to Liberalisme”. WalLâhu a‘lam bish shawâb. [Ima Susiati; Anggota HT di Hay ‘Asyir Mesir]