Muslimah Dilarang Berkerudung di 80 Persen Sekolah Kazakhstan
Meski mayoritas penduduknya Muslim, Rezim Nazarbayev melarang keras Muslimah berkerudung di sekolah-sekolah. “Kemarin terdapat laporan seorang anak kelas satu yang memakai hijab. Sedang dilakukan pengecekan lengkap. Karena kenyataan bahwa kita hidup di sebuah negara sekular, kita tidak bisa membiarkan hal itu,” ujar Wakil Menteri Kebudayaan dan Olahraga Republik Kazakhstan Marat Azilhanov, Sabtu (10/12/2016) di Astana.
Hal itu dia sampaikan saat mengunjungi Komite Urusan Agama Departemen Kebudayaan dan Informasi Republik Kazakhstan, Komite Urusan Luar Negeri, Pertahanan dan Keamanan dan Pembangunan Sosial-Budaya Komite Mazhilis Parlemen Republik Kazakhtan ketika membahas Isu-isu Kunci Atas Penguatan Toleransi Beragama dan Kerukunan Antaragama.
Menurut dia, hal itu didasarkan pada peraturan yang berlaku. “Karena fakta bahwa negara kita adalah negara sekular dan peraturan sekolah menyatakan simbol-simbol agama tidak boleh digunakan, sehingga pada 80% sekolah, menurut undang-undang itu, siswanya tidak memakai kerudung,” bebernya.
Pada kesempatan berbeda, Jaksa Kepala Kota Aktau Marat Toyzhan menyatakan hal senada. “Saat ini, ada 17 siswi yang terdaftar. Para siswi itu mengenakan hijab sebelum Departemen Pendidikan mengeluarkan perintah larangan berhijab di sekolah-sekolah. Sekarang tidak ada siswi yang mengenakan hijab di sekolah-sekolah, karena hal itu dilarang,” katanya.
Adapun Wakil Menteri Kehakiman Republik Kazakhtan Zauresh Baymoldina secara tersurat menjadikan ayat konstitusi di atas ayat suci. “Tidak ada yang berhak berdasarkan keyakinan agama mereka untuk menolak melakukan tugas-tugas yang ditentukan oleh konstitusi dan undang-undang Republik Kazakhstan,” tegasnya.
Menurut Anggota Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir Eldar Khamzin, inilah bukti bahwa rezim tiran Nazarbayev tidak akan mengizinkan kaum wanita Muslim Kazakhstan untuk mempraktikkan agama mereka dengan tenang. “Satu-satunya solusi atas masalah ini adalah berjuang berusaha mendirikan Khilafah. Dengan itu setiap wanita Muslim akan dengan tenang mempraktikkan agamanya dan akan dilindungi oleh seorang penguasa yang adil, yang akan memerintah berdasarkan Wahyu Ilahi dari Sang Pencipta Dunia,” pungkasnya.
Inilah Ketakutan Putin Terhadap Berdirinya Kembali Khilafah
Rusia terus melakukan berbagai kejahatan terhadap kaum Muslim, tidak hanya di luar, namun juga di dalam negerinya. Sejumlah headline media massa Rusia pada tanggal 7 Desember 2016 menyebutkan, “Para ekstremis yang ditangkap di Moskow itu mungkin tengah mempersiapkan serangan teroris selama liburan Tahun Baru.” Hal itu dikeluarkan sehari setelah penangkapan kaum muslimin di Moskow atas tuduhan bergabung dengan Hizbut Tahrir.
Selama operasi khusus yang berlangsung di Ibukota Rusia pada tanggal 6 Desember, 25 orang ditangkap, disusul 12 orang lagi yang ditangkap secara resmi pada hari berikutnya. Semua yang ditangkap dituduh terlibat dalam “organisasi teroris” Hizbut Tahrir.
Hizbut Tahrir dianggap sebagai organisasi teroris di Rusia sejak tahun 2003. Sejumlah media mempublikasikan video misi operasi, yang memperlihatkan tentara pasukan khusus dengan bersenjata lengkap masuk ke apartemen ketika orang-orang yang tidak bersenjata itu sedang tidur, kemudian mereka menyita berbagai buku Islam.
Menariknya, dalam video itu tidak ada satupun atau kasus pidana apapun yang mengindikasikan adanya “serangan teroris”, juga tidak ditemukan bahan peledak apapun selama penggeledahan. “Hal ini menjadi jelas bahwa pernyataan sejumlah wartawan tentang ‘persiapan serangan teroris selama liburan Tahun Baru’, hanya segelintir informasi palsu dari intelijen, dan hal ini bukan sesuatu yang aneh di Rusia,” ungkap aktivis Hizbut Tahrir Muhammad Manshur kepada alraiah.net, Rabu (21/12/2016).
Seorang penyiar Channel Propaganda “al-hayah” milik Kremlin membuat laporan dengan judul, “Markas Hizbut Tahrir di Moskow!” di mana “Sebagian besar dari mereka yang ditangkap tidak menyembunyikan bahwa mereka adalah anggota dari organisasi teroris ini, meski mereka menyebutnya sebagai “partai politik, tetapi dilarang di Rusia sejak 13 tahun yang lalu.”
Channel itu tidak sendirian. Ocehannya itu diamini oleh opini seorang ahli “Alexei Grishin”, yang dikenal permusuhannya terhadap Islam, serta Ketua Pusat Analisis Informasi untuk Agama dan Masyarakat, bahwa “Hizbut Tahrir adalah ruang ganti bagi organisasi teroris. Hizbut Tahrir merupakan sebuah organisasi untuk pendidikan ekstremis dan para teroris masa depan”.
Menurut Manshur, sejauh ini di Rusia telah merampas kebebasan 150 warganya karena dituduh bergabung dengan Hizbut Tahrir. Sebagian besar dari mereka ada yang telah dijatuhi hukuman penjara selama lebih dari 10 tahun atau putusan yang kalah kejinya.
“Apa alasan sikap tidak manusiawi Pemerintah Rusia terhadap umat Islam pada umumnya, dan terhadap anggota Hizbut Tahrir khususnya? Jawabannya sederhana: Ini adalah ketakutan. Ya, ketakutan. Jadi, pada kenyataannya bukan syabab Hizbut Tahrir yang takut pada Rusia, meskipun semua pasukan keamanan dan alatnya terus bertindak represif, namun Kremlin yang takut kepada Islam dan kaum Muslim. Kebanyakan dari mereka semua—garda depan umat—Hizbut Tahrir,” beber Manshur.
Putin mengatakan pada tahun 2004 dalam sebuah wawancara dengan salah satu Channel televisi pusat Rusia tentang kebangkitan Islam global yang terjadi dengan cepat, “Mereka menempatkan tujuan mengembalikan negara Khilafah dalam pikiran, dan itu merupakan tujuan global yang tidak sederhana. Ini akan menyeret kami dan kalian atas hal-hal yang besar dan negatif yang tidak dapat diterima dalam hal apapun. Ini akan merampas sebagian besar wilayah kami, khususnya daerah perbatasan di selatan, hal itu berarti restrukturisasi dan pengorganisasian kembali negara dengan buruk. Untuk itu, kita harus melawan kenyataan ini. Kita harus memeranginya secara efektif, dan siap untuk mengahadapinya.”
Jadi, lanjut Manshur, ketakutan itulah yang menjadi dorongan utama Rusia untuk perang melawan kaum Muslim, baik di wilayahnya, begitu juga di Suriah. Seperti halnya rakyat Suriah yang tidak takut pada Putin, Putinlah yang takut pada rakyat Suriah. Untuk itu, Putin membombandir sekolah-sekolah, rumah sakit dan fasilitas publik lainnya. [Riza Aulia/Joy]