HTI

Opini (Al Waie)

Membentengi Pemuda dari Liberalisme


Dewasa ini salah satu virus berbahaya dan mematikan bagi umat Islam adalah liberalisme dalam agama.  Dalam “dosis rendah”, virus ini dapat membuat umat Islam ragu dengan ajaran Islam yang mereka anut. Dalam “dosis sedang” bisa menjadikan seorang Muslim menolak syariah Islam. Dalam “dosis tinggi” bahkan dapat membuat seorang Muslim membenci ajaran Islam dan pada saat yang bersamaan mengagumi dan memuja peradaban Barat.

Di antara jargon dan ajaran yang dipropagandakan paham liberalisme yakni “semua agama sama”, “umat Islam jangan merasa paling benar”, “Alquran itu produk budaya”, “Muhammad hanya tokoh historis”, “jangan bawa agama dalam politik”, “hukum Islam sudah ketinggalan zaman”, dan berbagai propaganda sesat lainnya.

Paham liberalisme agama sesungguhnya muncul dari Barat karena menyoal problematika agama Kristen yang menjadi agama terbesar di Barat. Mereka berupaya membebaskan diri dari agama (Kristen) dan doktrin-doktrinnya melalui liberalisasi pemikiran. Di antara problematika Kristen yang menjadi sebab munculnya liberalisasi pemikiran keagamaan adalah karena: pertama, karena sejarah Kristen yang penuh dengan konflik; kedua, teks Bibel yang banyak mengandung kontradiksi dan ketiga teologi Kristen yang tidak rasional.

Berkembangnya paham liberalisme di Barat inilah yang secara sengaja diekspor ke negeri-negeri kaum Muslimin, termasuk ke Indonesia, melalui berbagai jalur dengan menyasar kaum muda dan intelektual, diantaranya dengan beasiswa pendidikan, desain kurikulum, bantuan penelitian, penerbitan jurnal dan buku hingga dukungan finansial kepada berbagai lembaga swadaya masyarakat (LSM) komprador penyokong gagasan liberal. Bahkan belakangan, kalangan liberal juga aktif menyusup di berbagai ormas Islam hingga partai politik.

Tentu virus liberalisme ini harus dicegah bahkan harus dihentikan. Di antara cara yang efektif adalah: Pertama, menanamkan akidah yang lurus kepada generasi muda melalui proses berpikir dan memahami bukan doktrinal apalagi sekadar hapalan rukun iman. Proses berpikir dalam keimanan inilah yang akan menjadikan akidah seseorang menjadi kokoh tak mudah goyah. Kedua, menanamkan pemahaman Islam yang ideologis, yakni Islam yang mengatur seluruh aspek kehidupan, bukan sekedar ritual dan individual tetapi juga politik. Kaum liberal dengan sekularismenya berupaya mengebiri ajaran Islam hanya sebagai agama ritual dan individual. Ketiga, memberikan gambaran yang utuh tentang sejarah gemilang penerapan Islam dalam naungan Khilafah Islamiyah. Karena kaum liberal berupaya menanamkan keraguan bahkan kebencian terhadap peradaban Islam. Keempat, melakukan pembinaan yang kontinu, terstruktur serta sistematis kepada generasi muda sehingga terbentuk kepribadian Islam yang kokoh.

Dengan cara ini, insya Allah generasi muda kita akan terbentengi dari berbagai virus yang melemahkan akidah, termasuk virus liberalisme. [Luthfi Afandi; Humas HTI Jawa Barat]

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*