Revolusi di Suriah sedang melewati waktunya yang paling sulit. Pengepungan terhadap mereka makin ketat. Amerika dengan semua konspirasi dan kejahatannya berusaha untuk mempertahankan rezim di Suriah tetap di bawah pengaruhnya. Namun, ketika menemukan bahwa umat Islam di Suriah pada umumnya menolak agen-agen Amerika di pemerintahan dan mereka menginginkan pemerintahan dengan Islam, Amerika menggunakan politik menghancurkan kehendak mereka secara umum, dan memberikan lampu hijau kepada rezim Suriah untuk menindas rakyat dan revolusi mereka. Akan tetapi, penindasan itu justru membuat revolusi Suriah makin menyala. Intervensi Iran secara terbuka dalam Revolusi Suriah juga tidak berguna untuk membunuh bayi revolusi. Rezim telah limbung menuju kejatuhan. Amerika pun telah sepakat dengan Rusia agar Rusia menyelesaikan pekerjaan kotor ini. Rusia, di bawah slogan “perang melawan teror”, telah mencoba 160 senjata baru dalam pembunuhan rakyat Suriah. Rusia pun membunuh, menggusur dan menghancurkan dengan cara yang tidak bisa disaingi oleh kejahatan-kejahatan dari penjahat sebelumnya. Rusia menjalankan teror paling bengis di bawah slogan “perang melawan teror”. Andai Rusia memiliki pilar-pilar pemikiran politik internasional yang paling rendah sekalipun, niscaya tidak membiarkan dirinya terlibat dalam memicu permusuhan dengan lebih dari satu setengah miliar Muslim melalui agresi sengit semacam ini demi rezim yang sedang dalam sengketa, atau bahkan sekadar untuk menemukan pijakan di perairan hangat. Namun, para penguasa Rusia terkenal dengan pandangan cekak dalam politik internasional. Mereka tidak belajar dari kekalahan mereka di Afganistan.
Di atas semua itu, kejahatan-kejahatan dan konspirasi terhadap rakyat Muslim Suriah yang tak bersenjata telah sampai ke situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Adapun peran Iran, meski sebagian berusaha menganggap sepele bahayanya, tetap paling berbahaya dalam permainan kotor Amerika. Sebab, peran Iran itu melampaui pelayanan kepada Amerika di Suriah, yakni melayani Amerika dalam memaksakan proyek barunya di Timur Tengah secara keseluruhan.
Bahaya peran Iran itu datang dari dua sisi: Pertama, Iran menjadi ujung tombak dalam politik imperialisme Amerika di kawasan. Kedua, Iran menggunakan provokasi dan mobilisasi sektarian serta menjerumuskan kaum Muslim ke dalam pertikaian yang menyakitkan dalam rangka memecah-belah kesatuan kaum Muslim dan negeri mereka. Semua itu Iran lakukan demi keberhasilan proyek imperialisme AS di Timur Tengah.
Peran Iran ini sekarang bergantung pada hembusan sektarian tak menyenangkan yang berdasarkan hal itu Iran mengumpulkan berbagai milisi. Mereka dipasok dan diprovokasi dengan madzhabiyah mematikan dan menjijikkan. Mereka dibuat menyerang seperti sekawanan srigala terhadap saudara mereka dalam agama, memunculkan fitnah yang sudah mati yang ingin dihidupkan lagi, berkedok kezaliman dan kebohongan melindungi peninggalan ahlul bait (yang merupakan ahlul bait bagi seluruh kaum Muslim), berlebihan membunuh darah Muslim yang suci, mencampakkan sabda Nabi saw.:
«لَهَدْمُ الْكَعْبَةِ أَهْوَنٌ عَلَى اللهِ مِنْ قَتْلِ مُسْلِمٍ»
Sungguh kehancuran Ka’bah lebih remeh bagi Allah dari pembunuhan seorang Muslim.
Sungguh ironis, mereka yang melakukan kejahatan tercela ini mengklaim diri sebagai tentara al-Mahdi. Yang lebih aneh lagi, ketika al-Mahdi akan datang berdasarkan anggapan mereka, ia mendapati bahwa orang-orang Amerika justru memperalat mereka dalam menghalangi kelahiran kembali Islam. Padahal, sesuai dengan keyakinan mereka, al-Mahdi itu datang dalam rangka memenuhi dunia dengan keadilan dan cahaya setelah dipenuhi oleh kezaliman dan kejahatan. Al-Mahdi akan datang dan menemukan mereka justru menjadi bagian dari kezaliman ini, bersekutu dengan musuh-musuh Islam dari Rusia dan Cina, terutama Amerika dalam perang mereka terhadap Islam atas nama “perang melawan teror”. Mereka bersama musuh-musuh Islam itu memerangi kaum Muslim. Semua itu dalam rangka mendukung rezim kriminal paling keji yang dikenal sejarah modern, mendukung sistem sekular kafir. Sungguh itu merupakan kebencian historis yang membutakan mata dari melihat kebenaran. Mereka adalah pendukung kebatilan yang paling buruk.
Kejahatan yang dilakukan oleh penguasa Iran saat ini merupakan kejahatan yag berlipat ganda. Itu merupakan kejahatan membela rezim Ba’ats kafir sekular. Penguasa Iran dengan bangga membual bahwa rezim Ba’ats itu merupakan “benteng terakhir sekularisme”. Itu merupakan kejahatan pembunuhan terhadap kaum Muslim dengan cara yang hanya dilakukan oleh musuh yang dengki. Mereka mengusir kaum Muslim dari rumah-rumah dan kota-kota mereka; mendukung musuh-musuh Islam melawan kaum Muslim; menghalangi kaum Muslim kembali ke pemerintahan Islam; memicu perang di antara kaum Muslim; membuat bencana di antara mereka dan melemahkan mereka; juga memanfaatkan semua sumberdaya negara di Iran dengan mengorbankan kehidupan warga sipil yang membuat sepertiga rakyat Iran yang Muslim hidup di bawah bahaya kemiskinan.
Peran kotor dan berbahaya ini diambil Iran dan dijalankan di setiap daerah untuk kepentingan Amerika, dari Suriah ke Irak ke Yaman ke Libanon sampai Teluk. Peran itu pada tingkat pertama ditujukan melawan agama mereka dan melawan siapa saja yang mereka asumsikan sebagai saudara mereka dalam agama. Ketika kita membahas bahwa Iran melakukan intervensi di Yaman, Bahrain atau di Teluk, tidak berarti kita membela kebijakan negara-negara itu; atau membela rezim-rezim yang berkhianat kepada Allah, Rasul-Nya, agama-Nya dan kaum Muslim dan menjadi agen dari kafir Barat. Rezim-rezim itu sama seperti rezim Iran. Namun, kami membahasnya dari sudut pandang penyimpangannya dari agama, dari sudut pandang loyalitas para penguasanya kepada Barat, dan dari sudut pandang sikap mereka melawan bangsa-bangsanya kaum Muslim.
Sungguh, bukan rahasia lagi bagi setiap orang yang memonitor politik Amerika di kawasan tersebut, bahwa peran ini dipercayakan oleh Amerika kepada Iran. Amerikalah yang merancang dan mendukung untuk Iran peran ini. Amerika tidak menentang Iran dengan dalih Iran merupakan negara teroris. Padahal semua yang Iran lakukan dalam bentuk semua jenis pembunuhan yang dilakukan oleh kawanan penjahat sektariannya di Suriah, Irak, Yaman melampaui norma-norma internasional yang diklaim AS. AS tidak menghitung Iran dengan dalih Iran mendukung terorisme. AS pun mencabut boikot dan sanksi serta mencairkan saldo rekening Iran yang telah dibekukan karena digunakan dalam kebijakan agresif Iran. Bahkan Amerika mengekang Israel agar tidak menjadi halangan bagi upaya Iran dan partainya di Libanon untuk kepentingan Amerika di Suriah.
Ringkasnya, apa yang dilakukan Iran, jika itu merupakan tindakan tulus, niscaya tidak akan dibirakan oleh Amerika; niscaya pula Israel tidak terhalangi sedikitpun untuk bertindak terhadap Iran dan partainya di Suriah. Sebaliknya, Amerika diam terhadap intervensi Iran.
Ketika tujuannya belum tercapai, Amerika menambahkan intervensi militer langsung Rusia. Intervensi Rusia ini dianggap pelanggaran lebih serius dalam konflik internasional dan persaingan serta kompetisi memperebutkan pusat negara di dunia. Andai hal itu belum dihitung dan dikendalikan oleh Amerika Serikat, niscaya Amerika Serikat tidak akan mengizinkannya. Amerika melakukan tindakan yang bisa dianggap sebagai guillotine yang bertujuan untuk memotong kepala revolusi, yaitu untuk mencegah suatu negara atau suatu pihak memasok para pejuang dengan senjata mematikan untuk memerangi rezim dengan dalih kekhawatiran senjata itu jatuh ke tangan teroris. Semua pihak patuh kepada perintah Amerika.
Benar, rezim Iran menyedihkan ini tidak berbeda dari rezim-rezim lainnya di negeri kaum Muslim. Dia adalah rezim yang diperalat Amerika dalam menjalankan politiknya dalam membentuk kawasan sesuai rencananya untuk Timur Tengah baru. Rezim ini berambisi menjadi negara regional pertama yang dijadikan sandaran oleh Amerika di kawasan. Telah ada berbagai pernyataan dari para pejabat senior Iran yang membuat penguasanya dituduh bekerja untuk mengembalikan kejayaan kekaisaran dulu. Lalu Iran menempuh jalan menjadi agen Amerika untuk mencapai tujuan ini sekaligus merealisasi politik Amerika di kawasan tersebut. Artinya, Amerika merealisasi ambisinya di kawasan tersebut dengan memanfaatkan Iran, sementara Iran berusaha mencapai mimpi imperiumnya dengan memimpin kawasan.
Penting disebutkan di sini, Iran telah berpaling ke Syiah yang tersebar di beberapa negara Arab. Iran telah bekerja untuk menggunakan mereka dalam rencananya ini. Mobilisasi mereka secara sektarian membuat mereka berkumpul di sekeliling Iran. Sebaliknya, negara-negara yang menjadi pengikut Eropa, terutama Inggris, mengekspos peran Iran dan mengungkap rencana ‘Bulan Sabit Syiah’ Iran. Sejak saat itu, provokasi sektarian makin intensif, yang akhirnya memiliki milisi dan saluran televisi satelitnya, dan memiliki pertempuran dan korbannya. Yang memikul seruan sektarian dan menutrisinya adalah dua pihak: Iran dan negara-negara Teluk, terutama Arab Saudi. Seruan sektarian itu merupakan seruan yang sangat dibenci oleh Islam. Rasul kita yang mulia menyifatinya sebagai seruan menjijikkan. Seruan masing-masing pihak ini menggunakan kedok Islam, padahal Islam berlepas diri darinya. Akhirnya, satu sama lain saling bunuh atas nama Islam. Inilah yang dilakukan oleh rezim Iran. Tidak lain itu direncanakan Amerika untuk Iran. Hal ini muncul sejak pendudukan Irak dan pemaksaan pembagian kekuasaan di Irak atas dasar kelompok etnis dan sektarian, kemudian diikuti oleh pernyataan yang keluar dari bibir para pejabat Amerika seperti Joe Biden, Wakil Presiden AS Obama, yang mengatakan pembagian Irak berdasarkan asas sektarian dan etnis. Dalam hal ini, Iran hadir di Irak, Suriah dan Yaman melakukan peran yang telah digariskan oleh Amerika secara jelas. Iran berambisi agar Amerika meridhai Iran agar meluaskan perannya di kawasan secara keseluruhan sekaligus demi mewujudkan mimpi imperiumnya.
Karena itu jangan sampai Anda tertipu oleh klaim bahwa para penguasa Iran adalah para mullah. Apa yang mereka lakukan menempatkan mereka pada tingkat yang sama dari pengkhianatan kepada Allah, Rasul-Nya, agama-Nya dan kaum Muslim. Rezim Iran adalah rezim yang wajib ditindak di diubah oleh kaum Muslim, khususnya di Iran. Para ulama mukhlis dan paham dari kalangan para pengikut Mazhab Ja’fari wajib meneriakkan dengan lantang kriminalitas rezim Iran dan keterlibatan mereka dalam menumpahkan darah kaum Muslim. Mereka wajib mengungkapkan kesalahan dan bahaya seruan sektarian yang diserukan rezim Ini. mereka pun harus mengekspos peran khianat yang dimainkan oleh rezim Iran untuk menerapkan rencana-rencana AS di kawasan dengan mengorbankan darah kaum Muslim dan menghancurkan masa depan mereka dalam menegakkan agama. Ini jelas bertentangan dengan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT (Lihat: TQS asy-Syura [42]: 13).
Tentu harus ada tindakan kolektif yang mukhlis dan sadar untuk mengubah situasi abnormal yang dijalani oleh kaum Muslim. Ini tidak akan terwujud kecuali dengan tegaknya Khilafah ar-Rasyidah yang menghimpun seluruh kaum Muslimdi wilayah ketaatan kepada Rabb mereka, menegakkan agama mereka dan memenangkan agama mereka di atas semua agama meski Amerika, Rusia, Cina serta semua kaum kafir dan kaum musyrik membencinya. Hal itu pasti akan terjadi dengan izin dan pertolongan, taufik dan dukungan Allah SWT.
Wahai kaum Muslim di Iran, khususnya para ulama mereka yang mukhlis:
Jangan terpedaya oleh para penguasa Iran dari para mullah. Sungguh mereka tidak suci dari dosa. Yang dituntut secara syar’i adalah Anda menentang mereka ketika mereka menyalahi agama dan ketika mereka menyuruh Anda membunuh kaum Muslim. Para penguasa itu ingin menjerumuskan Anda ke Neraka Jahanam. Karena itu jangan taati mereka.