Substansi Khilafah adalah persatuan umat di seluruh dunia dan penerapan syariah Islam secara kâffah dalam seluruh aspek kehidupan. Dengan substansi seperti itu, sebetulnya tak mungkin umat menolak Khilafah. Umat pasti merindukan persatuan dan keadilan melalui penerapan syariah secara kâffah dalam institusi Khilafah.
Jika ada yang menolak, hanya ada dua kemungkinan: mereka belum paham Khilafah atau memiliki ambisi pribadi yang tidak baik. Ketidakpahaman tentang Khilafah sangat wajar. Sebab, saat ini kita hidup pada era ating-bangsa (nation-state) pasca keruntuhan Khilafah. Akibatnya, tak tergambar dalam benak ating Khilafah yang pernah ada, yang menembus batas-batas nation. Apalagi banyak isu atingt tentang Khilafah dari pihak-pihak yang dianggap cukup credible. Akibatnya, orang yang tidak melakukan penelitian dan perenungan mendalam pasti tidak mampu menggambarkan substansi Khilafah dan cenderung termakan opini atingt.
Mereka yang termakan opini atingt itu ati jadi adalah orang yang dianggap ulama, kaum intelektual, tokoh masyarakat, termasuk tentu orang awam.
Sekadar untuk perbandingan, Rasulullah saw. Diutus Allah SWT sebagai rahmat bagi sekalian alam, mengajarkan hakikat kehidupan, dan membawa petunjuk yang akan membawa kebahagiaan dunia-akhirat. Namun, dengan visi dan misi yang sangat mulia tersebut, tidak lantas masyarakat menerima dakwah Rasulullah saw. Begitu saja. Ada tiga jenis kelompok orang pada zaman Rasulullah saw.: Pertama, orang-orang yang memahami dakwah Rasulullah saw.. Mereka bersegera masuk Islam dan bergabung dengan dakwah beliau serta siap menanggung segala risiko perjuangan. Mereka ini seperti Sayidina Abu Bakar, Sayidina Ali, dan lain-lain. Kedua, orang-orang yang awalnya salah paham terhadap dakwah Rasulullah saw. Mereka mengira dengan dakwahnya Rasulullah saw. Adalah pemecah-belah, penyebar kedustaan; hanya mencari sensasi, popularitas dan ambisi pribadi. Namun, setelah seiring waktu berjalan, sedikit demi sedikit mereka mulai melihat fakta yang sebenarnya. Pada saat itulah mereka memutuskan untuk masuk Islam dan bergabung dalam dakwah beliau. Mereka ini seperti Sayidina Umar, Sayidina Hamzah, dan lain sebagainya. Ketiga, mereka yang memiliki ambisi pribadi dan merasa terancam dengan dakwah Nabi saw. Mereka hanya atin mengejar dunia dengan menghalalkan segala cara. Mereka memahami bahwa jika dakwah semakin besar, semua sepak terjang mereka akan terhambat. Karena itulah mereka mati-matian menghalangi dakwah. Mereka ini seperti Abu Jahal, Abu Lahab dan lain sebagainya. Dengan semua potensi yang mereka miliki—seperti: dana, fasilitas, kekuatan, opini dan jaringan yang luas—mereka mengerahkan semua upaya untuk membungkam gerakan dakwah. Namun, alih-alih menghentikan dakwah, apa yang mereka lakukan justru mempercepat keberhasilan dakwah.
Pada setiap zaman selalu ada tiga kelompok orang seperti itu. Namun, apapun yang terjadi, kebenaran tak akan pernah ati dihalangi. Islam, syariah dan Khilafah tak mungkin ati dibendung. Realitanya, mendakwahkan Islam, syariah dan Khilafah itu jauh lebih mudah daripada menghalanginya. Bicara jujur itu jauh lebih mudah dari mempropagandakan kebohongan. Mendakwahkan ajaran yang dalilnya jelas dari al-Quran, as-Sunnah dan Ijmak Sahabat jauh lebih mudah daripada menentangnya.
Meski demikian dakwah pada zaman apapun tak pernah berjalan tanpa tantangan, rintangan dan hambatan. Dua kunci yang diperlukan dalam dakwah yang akan membawa keberhasilan: kesabaran dan keistiqamahan. Dengan kesabaran dan keistiqomahan dalam dakwah, saat ini syariah dan Khilafah menjadi sesuatu yang dirindukan. Berbagai tanda kemunculan fajar shadiq Khilafah semakin terhampar dengan sangat jelas. Berikut ini di antaranya:
- Opini Khilafah meningkat.
Saat ini opini tentang Khilafah telah tersebar ating di seluruh dunia. Di belahan dunia manapun, bahkan di negeri-negeri yang memusuhi Islam seperti Amerika, Australia dan lain sebagainya, umat tengah bergerak menuju pada unifikasi di bawah naungan Khilafah. Di Indonesia, ating semua orang telah mengenal Khilafah. Khilafah bukan hanya dibicarakan di kampus atau di masjid, tetapi dibicarakan di warung kopi, di pasar, di acara walimahan, dan lain sebagainya. Khilafah bukan hanya dibicarakan oleh ustadz, kiai, politikus dan kaum intelektual; tetapi sudah dibicarakan oleh pedagang kaki lima, tukang ojek, buruh, nelayan, petani dan lain sebagainya. Fenomena ini nyaris tak terbayangkan terjadi pada 10 tahun lalu.
Memang, belum semua mendukung Khilafah. Bahkan mengharap semua orang mendukung adalah mustahil. Di dunia ini, ating konsep apapun yang didukung oleh semua orang. Namun, saat masyarakat mulai membicarakan Khilafah, terlepas mereka setuju atau tidak, itu merupakan tanda tak terbantahkan bahwa Khilafah telah menjadi opini umum.
Tahap berikutnya adalah mengupayakan peningkatan jumlah dukungan masyarakat. Namun, di bidang politik, di manapun dan kapanpun, opini dan dukungan itu tidak mengikuti pola linier. Misalnya, pada tahun tertentu pendukungnya hanya 1%, tahun berikutnya 1,1%, tahun berikutnya belum tentu 1,2%. Bisa jadi pada tahun berikutnya mencapai 70%. Dinamika politik dunia tidak mesti bergerak secara linier.
Dakwah Rasulullah saw. Sendiri, misalnya, selama beberapa tahun di Makkah hanya didukung oleh sedikit masyarakat. Jumlah itu kemudian mengalami stagnasi, nyaris tidak bertambah pada saat menjelang berdirinya Daulah Madinah. Namun, di tengah kejumudan masyarakat, ternyata Allah SWT menyiapkan masyarakat di daerah lain, yaitu Yatsrib (Madinah). Nyaris seperti sebuah ledakan, dalam waktu kurang dari 2 tahun, mayoritas masyarakat Madinah mendukung Rasulullah saw. Dan menyambut berdirinya Daulah Islam di sana.
Contoh lain, di Indonesia, pada tahun 1996 kekuatan Orde Baru nyaris sempurna. Semua lini kehidupan dikuasai sepenuhnya. Semua lawan dibungkam dengan sistematis. Nyaris tak mungkin akan terjadi perubahan, apalagi dalam waktu dekat. Namun, tiba-tiba benih krisis mulai terjadi pada tahun 1997. Saat itu mulai ada wacana dari satu atau dua orang tentang pergantian kepemimpinan nasional. Sudah pasti, langsung dibantah oleh semua pihak, bahwa perubahan harus terjadi secara konstitusional dan mungkin baru terjadi paling cepat sepuluh tahun lagi. Bantahan demi bantahan begitu kuatnya menggema ke suluruh antero Nusantara lewat berbagai mesin propaganda yang mereka kendalikan dengan sepenuhnya. Namun, krisis semakin parah. Ketidakpuasan masyarakat semakin membuncah. Tokoh-tokoh perubahan yang kritis menemukan momentum. Perubahan tidak terjadi 10 tahun berikutnya. Perubahan juga tidak terjadi lewat wakil rakyat di Senayan. Perubahan itu terjadi pada tahun 1998 dan oleh mereka yang ada di luar rumah wakil rakyat.
- Survey tentang Khilafah.
Untuk mendeteksi dukungan tentang syariah dan Khilafah, perlu dilakukan survey secara obyektif. Survey ini ati jadi dilakukan oleh lembaga independen atau oleh lembaga yang menghalangi atau memperjuangkan Khilafah. Bagi lembaga independen jelas, motifnya hanya sains dan ilmu. Lalu apa gunanya survey dilakukan oleh lembaga yang menghalangi atau berjuang untuk Khilafah? Tujuannya adalah untuk menyusun strategi yang tepat sesuai dengan visi-misinya. Sungguh sangat banyak survey tentang syariah dan Khilafah dilakukan akhir-akhir ini.
Setara Institut, misalnya, melakukan survey tentang tentang Khilafah pada tahun 2010. Hasil survey menunjukkan bahwa masyarakat yang mengingingkan syariah Islam dijadikan sebagai dasar ating sebesar 35,3% dan penegakan Khilafah sebesar 34,6%.1 Pew Research Center, sebuah lembaga survey rujukan pemerintah Amerika, melakukan survey tentang penerapan syariah. Survey yang dirilis pada 2013 itu menunjukkan bahwa 72% Muslim Indonesia menginginkan syariah sebagai landasan atin dalam bernegara. Di negeri-negeri Muslim yang lain juga atingt sama; di Mesir 74%, di Negeria 71%, di Palestina 89%, dan lain sebagainya.2 Tentu, angka-angka itu berubah secara dinamis mengikuti dinamika masyarakat.
Hasil-hasil survey tersebut, meskipun akurasinya dapat diperdebatkan, menunjukkan bahwa umat semakin paham dan merindukan Khilafah.
- Barat semakin serius membendung Khilafah.
Salah satu atingt tentang perkembangan dukungan terhadap Khilafah adalah sikap tokoh-tokoh politik dunia yang semakin serius dalam membendung Khilafah. Semakin mereka serius, itu artinya Khilafah semakin dekat. Tokoh-tokoh politik internasional tidak akan mengomentari fenomena politik dunia yang tidak penting. Sekadar contoh, Vladimir Putin, Presiden Rusia, pernah mengatakan, “Pendirian Khilafah di Federasi Rusia hanyalah bagian dari rencana mereka. Kenyataannya, kaum radikal menginginkan tujuan yang lebih besar dari itu: Mereka menginginkan pendirian Khilafah di seluruh dunia dan berencana menghancurkan Amerika dan sekutunya.”3
Henry Kissinger mengatakan, “Musuh utama sejatinya adalah kelompok ekstrem fundamentalis yang aktif dalam Islam, yang pada saat yang sama ingin mengubah masyarakat Islam moderat dan masyarakat lain yang dianggap sebagai penghalang penegakan Khilafah.”4
Berbagai penyataan itu mengindikasikan bahwa Khilafah adalah ancaman sangat serius bagi mereka. Mereka tidak pernah menganggap Khilafah itu utopia. Bahkan Khilafah itu ating yang sangat mungkin tegak dalam waktu dekat ini. Dalam laporannya yang berjudul Mapping The Global Future, National Intelligence Council (NIC) memprediksi bahwa Khilafah sangat mungkin tegak pada tahun 2020.5 Pernyataan dan pemahaman mereka persis seperti Penguasa Romawi (Heraklius) pada Zaman Rasulullah saw. Mereka meyakini bahwa Islam akan sampai di tempat kakinya berpijak. Hal ini sebagaimana diceritakan oleh Abu Sufyan ra. Saat diundang oleh Heraklius. Setelah semua pertanyaan tentang Rasulullah saw. Dijawab dengan jujur oleh Abu Sufyan ra. (sebelum beliau masuk Islam), Heraklius berkata, “Andai semua apa yang kamu atingt ini benar, pasti dia akan menguasai kerajaan yang ada di bawah kakiku ini.” (HR al-Bukhari).
Namun, apakah keyakinan mereka bahwa Islam akan sampai di telapak kakinya membuat dia menerima Islam? Tidak. Sekali-kali tidak. Dengan segala kekuatan, mereka berusaha menumpas dakwah Nabi saw. Perang Mu’tah adalah salah satu contohnya. Perang ini paling ating dan dahsyat yang dialami umat Islam pada zaman Rasulullah saw. Pasalnya, umat Islam yang hanya berkekuatan 3000 orang harus melawan Pasukan Romawi dengan total pasukan sebanyak 200.000. Perang terjadi di daerah Mu’tah (sekitar Yordania sekarang), pada tahun 629 M.6 Prediksi Heraklius memang benar, Islam akhirnya menguasai kerajaan yang ada di bawah telapak kakinya.
- Rezim represif semakin tak rasional
Semakin represif dan brutalnya rezim-rezim yang ada di dunia Islam—seperti Suriah, Saudi, Turki, Mesir, Irak, Uzbekistan, Tajikistan, dan lain sebagainya, termasuk Indonesia—hanya menunjukkan satu hal, yaitu bahwa mereka tak mampu lagi beradu argumentasi. Itu artinya, mereka telah menggunakan senjata terakhir, yaitu kekerasan dan brutalisme. Namun, tampaknya mereka lupa bahwa yang dihadapi bukan orang yang mengejar sensasi ragawi. Para pejuang Islam yang memperjuangkan tegaknya syariah dan Khilafah adalah orang-orang yang telah berjanji kepada Allah untuk selalu berjuang di jalan-Nya. Bagi mereka sama saja sanjungan atau perlakuan represif dari penguasa tiran tersebut. Bahkan saat mereka ditahan dan disiksa, mereka justru semakin merasa dekat dengan Allah SWT (Lihat: QS al-Ahzab [33]: 23).
- Kecenderungan umat untuk membela Islam menguat.
Tidak seperti beberapa puluh tahun lalu, saat ini kecintaan umat Islam kepada al-Quran, Rasulullah dan ajaran Islam begitu mendalam. Pembelaan umat Islam terhadap berbagai penghinaan terhadap Rasulullah saw. Di seluruh dunia tampak seperti di film-film kolosal. Ribuan bahkan ratusan ribu orang turun ke jalan untuk membela Islam.
Di Indonesia sendiri, fenomena Aksi Bela Islam (411 dan 212) merupakan fenomena yang belum pernah tercatat dalam sejarah sebelumnya. Jutaan orang ating berbondong-bondong dari berbagai wilayah di Nusantara dengan biaya dan pengorbanan yang tidak ringan, untuk membela Islam. Dunia dibuat kaget luar biasa! Mungkin sebagian pengamat, itu hanya terkesan buang-buang ating. Tidak! Itu hanyalah awal dalam proses menuju unifikasi umat Islam di bawah Khilafah.
- Kepercayaan terhadap Kapitalisme menipis.
Saat ini ating Kapitalisme yang sedang eksis di dunia sedang berupaya sekuat tenaga untuk mempertahankan hegemoninya. Sistem ini dengan sangat culas dan arogan merendahkan harkat dan martabat manusia, bahkan menempatkan manusia lebih rendah dari mesin-mesin ating produksi. Memang ating ini berhasil menciptakan aspek-aspek fisik yang gemerlap dan kemilau. Namun, dehumanisasi, demoralisasi dan kerusakan alam yang parah menjadi saksi tak terbantahkan atas kerapuhan ating ini.
Krisis terjadi secara berulang dengan intensitas dan frekuensi yang terus meningkat. Kesenjangan antara si kaya dan si miskin semakin lebar. Janji para politisi hanya sekadar janji untuk meraup suara, tetapi mereka bekerja hanya kepada pemilik modal. Akibatnya, kepercayaan terhadap ating ini semakin turun secara terus-menerus, hingga titik yang sangat rendah.
Seandainya dibiarkan sendiri, Kapitalisme akan hancur dengan sendirinya. Apalagi saat ini, dengan semakin cemerlangnya gagasan Khilafah, peta dunia tampaknya akan segera berubah dalam waktu yang tidak lama.
Penutup
Dunia merupakan tempat di mana segala kemungkinan ati terjadi, apalagi dalam urusan politik. Suka tak suka, dihalangi atau dibiarkan, perubahan menuju tegaknya Khilafah akan terjadi. Dengan melihat fenomena yang ada, yakni dukungan umat yang terus meningkat, ating Kapitalisme dan Sosialisme yang semakin mengalami demoralisasi, kepanikan Barat dan rezim yang semakin represif, dan perjuangan penegakan Khilafah yang semakin menggelora, maka fajar shadiq Khilafah tampaknya tidak lama lagi.
Datangnya fajar itu sesuatu yang tidak ati dihalangi. Dibiarkan atau dihalangi sama saja, fajar Khilafah itu akan tetap ating pada waktunya. Jika gerakan Khilafah dibiarkan, maka gerakan itu akan semakin besar dan dalam waktu dekat akan mencapai titik ambang (threshold) untuk berdirinya Khilafah. Namun, jika gerakan penegakan Khilafah dihalang-halangi, maka para aktivisnya akan semakin atingt dan semakin menghayati perjuangan Rasulullah saw.. Umat juga akan semakin simpati. Artinya, fajar Khilafah juga tetap akan terbit tepat pada waktunya. Allah SWT berfirman:
وَقُلۡ جَآءَ ٱلۡحَقُّ وَزَهَقَ ٱلۡبَٰطِلُۚ إِنَّ ٱلۡبَٰطِلَ كَانَ زَهُوقٗا ٨١
Katakanlah, “Kebenaran telah ating dan kebatilan telah lenyap. Sungguh kebathilan itu (pasti) akan lenyap (QS al-Isra’ [17]: 81).
WalLâhu a’lam. [Muhammad Choirul Anam]
Catatan kaki:
- http://metro.news.viva.co.id/news/read/195291-49-warga-jabodetabek-tak-setuju-syariat
- http://www.pewforum.org/2013/04/30/the-worlds-muslims-religion-politics-society-exec/
- http://www.eurasianet.org/departments/insight/articles/eav111202b.shtml
- http://www.henryakissinger.com/articles/nw110404.html
- http://www.futurebrief.com/project2020.pdf
- Syafiyyur Rahman Al-Mubarokfury, Sirah Nabawiyah, Pustaka Al-Kautsar, 1999