HTI

Analisis (Al Waie)

Upaya Menghadang Tegaknya Khilafah


Saat ini kesadaran umat Islam akan kewajiban menegakkan syariah dan khilafah makin membesar. Di sisi lain, kehidupan masyarakat makin bobrok akibat penerapan sistem demokrasi-sekuler-liberal. Keadaan ini telah mendorong umat untuk sesegera mungkin mengakhiri sistem kufur demokrasi-sekular dan menegakkan syariah dan Khilafah. Apalagi rakyat melihat dengan mata kepala sendiri kebodohan, pengkhianatan dan ketidakbecusan para penguasa sekular-liberal dalam mengatur urusan mereka.  Umat Islam makin merindukan hadirnya seorang khalifah yang menerapkan syariah secara kâffah, melindungi hak-hak mereka dan memerangi musuh-musuh Islam dan kaum Muslim dari kalangan orang kafir dan munafik. Kerinduan ini  telah menguasai hati dan pikiran mereka.

Keadaan ini tentu merupakan kabar buruk bagi musuh-musuh Islam dan kaum Muslim.  Mereka pun tidak tinggal diam. Mereka berusaha menghadang perjuangan penegakkan syariah dan Khilafah dengan segenap tenaga dan cara.  Di antara upaya menghadang perjuangan untuk menegakkan syariah dan Khilafah adalah sebagai berikut:

 

  1. Tawaran kekuasaan dan iming-iming dunia.

 
Pada masa Nabi saw. di antara upaya kaum kafir Quraisy menghadang dakwah Nabi saw. adalah menawari beliau dengan kekuasaan, harta dan kehormatan.  Muhammad bin Kaab al-Qurzhi, sebagaimana diriwayatkan Ibn Hisyam, bertutur sebagai berikut:

Suatu ketika datang ‘Utbah menghadap kepada Rasulullah saw. Ia berkata, “Wahai anak saudaraku, kamu adalah bagian dari keluarga kami. Kamu telah mengetahui pengaruh dalam keluarga dan kedudukan dalam nasab. Sungguh  kamu telah mendatangi kaummu dengan membawa urusan yang besar (dakwah Islam) ini, yang dengan itu kamu memecah-belah kerukunan mereka, merendahkan pikiran mereka, mengecam tuhan-tuhan dan agama-agama mereka, serta mengkafirkan nenek moyang mereka. Karena itu dengarkanlah kata-kataku. Aku akan mengemukakan sejumlah perkara kepadamu. Mudah-mudahan, sebagiannya bisa kamu terima.”

Rasulullah saw. menjawab, “Katakanlah, wahai Abu al-Walid, aku akan mendengar-kannya.”

Utbah berkata lagi, “Wahai anak saudaraku, jika kedatanganmu dengan membawa urusan ini (dakwah Islam) hanya karena kamu menginginkan harta, kami pasti akan mengumpulkan harta-harta kami untukmu sehingga kamu menjadi orang yang paling kaya di antara kami. Jika dengan dakwahmu itu kamu menghendaki kehormatan, kami pasti akan selalu memperhatikanmu hingga tidak ada satu perkara pun yang kami putuskan kecuali kami pasti melibatkanmu di dalamnya. Jika dengan dakwahmu itu kamu menghendaki kekuasaan, kami pasti akan mengangkatmu menjadi penguasa kami. Apabila yang datang kepadamu adalah jin yang tidak mampu kamu usir, kami akan mencari tabib untukmu dan membayarnya dengan harta-harta kami agar kamu terbebas darinya.”

Setelah ‘Utbah berbusa-busa dengan kata-katanya, Rasulullah saw. kemudian bertanya kepada dia, “Sudah selesaikah kamu berkata-kata, wahai Abu al-Walid?”

‘Utbah menjawab, “Sudah.”

Rasulullah saw. lalu berkata, “Kini, dengarkanlah kata-kataku.”

“Lakukanlah,” kata ‘Utbah.

Rasulullah saw. kemudian membaca ayat berikut:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (تَنْزِيلٌ مِنَ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ * كِتَابٌ فُصِّلَتْ ءَايَاتُهُ قُرْءَانًا عَرَبِيًّا لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ * بَشيرًا وَنَذِيرًا فَأَعْرَضَ أَكْثَرُهُمْ فَهمْ لاَ يَسْمَعُونَ * وَقَالُوا قُلُوبُنَا فِي أَكِنَّةٍ مِمَّا تَدْعُونَا إِلَيْهِ وَفِي آذَانِنَا وَقْرٌ وَمِنْ بَيْنِنَا وَبَيْنِكَ حِجَابٌ فَاعْمَلْ إِنَّنَا عَامِلُونَ)


Dengan menyebut Asma Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui, yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan. Akan tetapi, kebanyakan mereka berpaling darinya sehingga mereka tidak (mau) mendengarkan. Mereka berkata, “Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu serukan kepada kami. Di telinga kami ada sumbatan serta antara kami dan kamu ada dinding. Karena itu bekerjalah kamu, sungguh kami pun bekerja (QS Fushshilat [41]: 2-5).

Rasulullah saw. terus membacakan ayat itu di hadapan dia. Ketika ‘Utbah mende-ngarnya, ia menyimaknya sambil menyilang-kan kedua tangannya di balik punggungnya. Rasulullah saw, kemudian berhenti membaca hingga pada ayat sajdah yang terdapat pada surat Fushshilat tersebut. Beliau lalu bersujud. Setelah itu beliau bersabda, “Abu al-Walid, sungguh, aku telah mendengar kata-katamu itu, dan engkau pun telah mendengar ayat-ayat yang kubacakan itu.”

 

Demikianlah. Rasulullah saw. tidak pernah bergeming dari iming-iming pembesar Quraisy yang terus berusaha menghadang dakwah beliau. Beliau tetap istiqamah dan fokus pada agenda dakwah beliau tanpa terpengaruh sedikit pun oleh gangguan orang-orang kafir.

Begitu pula saat ini, para pengemban dakwah syariah dan Khilafah juga tidak pernah sepi dari tawaran kekuasaan dan iming-iming dunia.  Sebagaimana Rasulullah saw., para pejuang Islam tidak boleh terpedaya dengan godaaan ini, dan harus tetap istiqâmah dan fokus dengan agenda mereka tanpa sedikit pun terpengaruh oleh agenda-agenda orang-orang kafir dan penguasa antek.

 

  1. Siksaan fisik.

 
Saat tawaran kekuasaan dan iming-iming dunia tidak mempan, kaum kafir Quraisy tidak segan menggunakan kekerasan untuk menghadang dakwah Nabi saw. Di dalam sirah diceritakan gangguan fisik yang dilakukan kaum kafir terhadap Nabi saw. dan para Sahabat, mulai dari penyiksaan hingga upaya  pembunuhan.

Begitu kerasnya siksaan orang kafir hingga para Sahabat pernah memohon kepada Nabi saw. agar berdoa kepada Allah SWT memohon agar disegerakan kemenangan. Di dalam sebuah riwayat yang dituturkan Khubab bin al-Art disebutkan, “Kami pernah mengadu kepada Nabi saw. Saat itu beliau sedang mengenakan sehelai kain burdah di bawah Ka’bah. Kami berkata kepada beliau, “Tidakkah engkau memintakan pertolongan untuk kita? Tidakkah engkau berdoa kepada Allah untuk kita?” Nabi saw. bersabda, “Sungguh pernah ada seseorang dari generasi sebelum kalian yang dibuatkan untuk dia lubang di atas tanah. Dia kemudian ditempatkan di dalamnya. Lalu dibawalah sebuah gergaji yang kemudian digergajikan ke kepalanya. Kemudian kepala orang itu dibelah menjadi dua bagian. Akan tetapi, hal itu tidak sampai memalingkan dia dari agamanya. Orang itu kemudian disisir dengan sisir yang terbuat dari besi sampai tidak ada daging pada tulang dan urat syarafnya. Akan tetapi, hal itu pun tidak sampai memalingkan dia dari agamanya. Demi Allah, Allah pasti akan memenangkan perkara (agama) ini sampai seorang yang berkendaraan dari Shan’a menuju Hadramaut tidak merasa takut kecuali kepada Allah atau sampai serigala takut pada domba buruannya. Akan tetapi, kalian itu bersikap tergesa-gesa.” (HR al-Bukhari, Ahmad, an-Nasa’i dan Abu Dawud).

Demikianlah, meskipun harus menghadapi siksaan fisik orang-orang kafir, Nabi saw. dan para Sahabat tetap bergeming. Mereka terus berdakwah hingga Allah SWT memenangkan mereka dengan tegaknya Daulah Islamiyah di Madinah.

Begitu pula saat ini, para pejuang dakwah terus diintimidasi dengan siksaan dan pembunuhan agar mereka menghentikan dakwah dan tunduk kepada orang-orang kafir.  Sebagian mereka ada yang gugur dan cacat fisik.  Namun, semua itu tidak akan pernah menyurutkan langkah dan perjuangan mereka.  Sebabnya, mereka menyakini bahwa kesabaran dalam menghadapi cobaan merupakan ketetapan Allah yang harus dijalani oleh siapa saja yang menceburkan diri dalam dakwah.  Allah SWT berfirman:

وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوا عَلَى مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا حَتَّى أَتَاهُمْ نَصْرُنَا وَلاَ مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِ اللهِ وَلَقَدْ جَاءَكَ مِنْ نَبَإِ الْمُرْسَلِينَ

Sungguh telah didustakan pula rasul-rasul sebelum kamu. Akan tetapi, mereka sabar atas pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka sampai datang pertolongan Kami kepada mereka. Tidak ada seorang pun yang dapat mengubah kalimat-kalimat Allah. Sungguh telah datang kepadamu sebagian dari berita para rasul itu (QS al-An‘am [6]: 34).

Ayat di atas menunjukkan dengan jelas bahwa sikap sabar atas penyiksaan dan penganiayaan merupakan sunnatullah yang tidak akan berubah sepanjang masa dan sepanjang waktu bagi setiap orang yang mengemban dakwah; baik dari kalangan nabi, rasul maupun para pengikut mereka. Tidak pernah mereka, saat dihadapkan pada penyiksaan dan penganiayaan, meninggalkan dakwah dan memenuhi keinginan kaum mereka yang menentang dakwah mereka. Sebab, jika itu terjadi, jelas merupakan penyimpangan dari sunnatullah dan perubahan terhadap kalimat Allah SWT.

 

  1. Propaganda jahat terhadap dakwah dan pengembannya.

 
Upaya lain yang tidak kalah jahat dan busuknya dalam menghadang dakwah Islam adalah menyebarkan opini buruk kepada dakwah Islam dan para pengembannya. Di dalam kitab-kitab sirah bisa ditemukan dengan mudah upaya-upaya orang kafir untuk mengerdilkan dakwah dan para pengembannya, di antaranya adalah propaganda bahwa al-Quran adalah dongeng orang-orang terdahulu, jiplakan dari orang-orang Nasrani, sihir; stigma Nabi saw. dan para Sahabat sebagai orang gila, pemecah-belah persatuan, tukang sihir, orang-orang sesat dan stigma negatif lainnya.  Semua ini ditujukan  agar masyarakat memusuhi dan menjauhi Islam dan pejuangnya (Lihat: QS al-Muthaffifiin [82]: 13, 29-32).

Upaya ini pun tidak berpengaruh sedikitpun terhadap Nabi saw. dan para Saha-batnya.  Mereka terus berdakwah. Mereka terus menyerang keyakinan dan sistem kufur serta menyingkap kebodohan dan kejahatan pembe-sar Quraisy dengan lisan mereka yang tajam.

 

  1. Pemboikotan.

 
Cara lain yang dilakukan kafir Quraisy untuk menghadang dakwah Islam adalah memboikot Nabi saw. dan para Sahabat.   Mereka menutup akses makanan dan minuman kepada Nabi saw. dan para Sahabat. Mereka pun melarang melarang  anak-anak mereka menikah dengan kaum Muslim.  Hanya saja, siksaan ini juga tidak pernah menggoyahkan perjuangan Nabi saw. dan para Sahabat.

Begitu pula para pengemban dakwah sekarang; acapkali mereka harus menghadapi pemboikotan, baik dari keluarga, masyarakat, maupun penguasa.  Sikap yang harus diambil mesti sama seperti yang dilakukan Nabi saw. dan para Sahabat, yakni tetap teguh dalam kebenaran dan sabar dalam menghadapi setiap ujian. Pasalnya, Nabi saw. bersabda:

«إِنَّ الصَّالِحِينَ يُشَدَّدُ عَلَيْهِمْ وَإِنَّهُ لاَ يُصِيبُ مُؤْمِنًا نَكْبَةٌ مِنْ شَوْكَةٍ فَمَا فَوْقَ ذَلِكَ إِلاَّ حُطَّتْ بِهِ عَنْهُ خَطِيئَةٌ وَرُفِعَ بِهَا دَرَجَةً»

Sungguh orang-orang shalih itu akan mengalami cobaan berat. Sungguh  tidak satu duri pun mengenai seorang Mukmin atau yang lebih besar dari itu, kecuali dengan itu dihapuskan satu dosa/kesalahan dari dirinya dan ia diangkat satu derajat (HR Ahmad, Ibn Hibban, al-Baihaqi dan adz-Dzahabi).

Belajar dari Kemenangan Rasulullah saw

Keteguhan Nabi saw. dan para Sahabat dalam berdakwah serta kesabaran mereka dalam menanggung semua cobaan berakhir dengan kemenangan. Semakin kuat penentangan orang kafir, semakin bertambah pula kekuatan Nabi saw. dan para Sahabat. Semakin kuat penghadangan orang kafir terhadap dakwah Nabi saw., semakin dekat pula pertolongan Allah SWT. Semakin orang-orang kafir mempersulit dakwah, semakin mudah bagi Nabi saw. dan para Sahabat meraih kemenangan.

Atas dasar itu, para pejuang syariah dan Khilafah harus selalu meneladani Rasulullah saw. dan para Sahabat dalam mengemban dakwah Islam. Di antara perkara-perkara yang harus diperhatikan oleh para pengemban dakwah adalah:

  1. Memelihara keikhlasan, konsistensi, keteguhan dan kesabaran. Dalam keadaan sesulit apapun, juga sekeras apapun orang-orang kafir dan antek-anteknya memusuhi dakwah dan pengembannya, pejuang sejati tidak akan pernah surut ke belakang.  Sekuat apapun penentangan masyarakat terhadap dirinya tidak pernah sanggup menghentikan perjuangan mereka menegakkan syariah dan Khilafah.
  2. Percaya kepada janji Allah SWT. Sungguh tegaknya Khilafah Islamiyyah merupakan salah satu janji Allah SWT kepada kaum Mukmin.  Iman terhadap janji Allah, tanpa disusupi keraguan sedikit pun akan membajakan tekad, menguatkan visi dan mengokohkan hati. Percaya pada janji Allah bagaikan bahan bakar yang mampu menyalakan api tanpa henti.
  3. Membina kesabaran, istiqâmah dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan kewajiban yang telah dibebankan Allah SWT kepada dirinya. Pasalnya, perjuangan menegakkan Khilafah Islamiyah hanya akan tetap berlangsung tatkala di dalam diri pengemban dakwah telah terpatri sifat sabar, istiqâmah dan jaddiyah fi al-‘amal.
  4. Menyakini sepenuhnya bahwa tatkala ia menolong agama Allah SWT dengan tulus ikhlas, niscaya Allah SWT akan menolong mereka dan memantapkan kedudukan mereka.

 

Inilah beberapa aspek yang harus diperhatikan para pengemban dakwah dalam menapaki perjalanan dakwah.

Sungguh Khilafah Islamiyah pasti berdiri atas ijin Allah SWT meskipun orang-orang kafir, munafik dan fasik berusaha menghalang-halangi.  Tidak ada satu pun makhluk Allah yang sanggup menghalangi datangnya janji Allah SWT.  Allah SWT berfirman:

كَانَ وَعْدُهُ مَفْعُولًا

Janji-Nya pastilah akan dilaksanakan (QS Al-Muzammil [73]: 18). [Syamsuddin Ramadhan an-Nawiy]

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*