Siti Lailatus Sholehah; (Pengurus Wilayah Wanita Sarekat Islam Provinsi Kepulauan Bangka Belitung):“Acara ini adalah sesuatu yang sangat patut diancungi jempol karena akan memberikan motivasi dan semangat kepada saudara-saudara kita Muslim lainnya yang ingin menegakkan syariah Islam. Sarekat Islam insya Allah akan terus, selama nyawa masih dikandung badan, selama bumi ini belum kiamat, memperjuangkan penegakan syariah Islam. Ini kan upaya yang diperjuangkan Hizbut Tahrir. Sarekat Islam sendiri Insya Allah akan terus mendukung. Kita harapkan semua Muslimah dimana pun saja berada, khususnya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, khususnya lagi di Pangkalpinang ini, mari kita bersama-sama berjuang membantu apa yang diperjuangkan Hizbut Tahrir dalam rangka menegakkan Khilafah di Bumi Allah ini.”
Nurmala Dewi ; (Lembaga Perlindungan Anak Provinsi Kepulauan Bangka Belitung):
“Ayo berlomba-lomba menguatkan agama kita. Sekarang ini kita sedang difitnah. Orang Islam dikatakan teroris, padahal bukan! Itu fitnah agar agama Islam terpuruk. Saya sangat setuju dan mendukung kampanye yang terus diperjuangkan Hizbut Tahrir tentang Khilafah dan Panji Rasulullah karena agama saya dan yang juga saya ajarkan kepada anak-anak saya adalah agama sebagaimana yang disampaikan Nabi Muhammad saw. Kami berharap juga untuk kedepan supaya al-Quran dapat di-booming-kan. Jangan disembunyikan di tengah-tengah masyarakat. Jangan hanya membaca saja, tetapi tidak paham isinya. Ayo kita rangkul semua masyarakat muslim, termasuk anak-anak remaja untuk memperjuangkan agama Islam agar ke depan kita bisa makmur dan selamat dunia akhirat!”
Dra. Siti Badrah, M.Kes; (Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman):
“Acara yang diadakan HTI ini bagus sekali, lebih menambah motivasi kami. Kami juga bisa membantu Hizbut Tahrir berdakwah di kampus karena kami adalah akademisi. Kami menyeru kepada seluruh kaum Muslim hendaknya mendukung perjuangan penegakan Khilafah ini supaya kepemimpinan umat islam berada di tangan seorang khalifah. Pesan kami kepada Hizbut Tahrir agar bisa menggunakan berbagai macam cara dakwah agar tidak monoton sehingga dakwah HT bisa diterimah di tengah masyarakat. Sebenarnya masyarakat sangat menginginkan dan sangat mengharapkan Khilafah, tetapi mereka belum tau persis apa sebenarnya Khilafah. Saya lihat di mahasiswa ketika saya ngomong Khilafah sepertinya ada resistensi karena mereka belum paham. Saya kira, kalau mereka sudah paham insya Allah, semua umat Islam pasti tujuannya memang adalah Khilafah.”
Siti Halimah, S.Ag ; (Ketua FORHATI Kaltim)
“Saya punya kesan yang luar biasa terhadap HTI karena teman-teman HTI punya misi besar untuk tegaknya Khilafah di muka bumi. Saya selaku pendidik dan juga aktif dalam sebuah pergerakan tentunya ingin aktif bersama-sama HTI untuk mewujudkan kehidupan sebagaimana yang pernah Rasulullah contohkan. Kami hadir di sini tentunya ingin menyatukan langkah dan menyatukan visi yang sama untuk mencapai cita-cita yang sudah dimotori oleh teman-teman HTI. Jadi PR besar bagi kita semua bahwa satu kenyataan umat Islam sekarang telah ter-setting pola pikirnya bahwa kesannya gerakan yang dilakukan oleh teman-teman HTI sebagai radikalisme. Padahal apa yang dilakukan oleh teman-teman HTI bukanlah sesuatu yang baru. Ini adalah sesuatu yang terlupakan oleh umat Muslim sekarang. Oleh karena itu kami mengajak seluruh umat Islam di Indonesia untuk sama-sama mendukung perjuangan HTI untuk menegakkan Khilafah.”
Ibu Hj. Mariah Lubis; (Ketua Muslimah Al-Washliah Provinsi Riau):
“Sangat besar harapan kami semuanya untuk tegaknya panji-panji Rasulullah saw. hingga setiap anak-anak di dalam rumah mengenalnya; lebih mengenalnya dari pada kami yang tua ini yang betul-betul tidak mengenalnya sama sekali. Jujur saya bilang kalau melihat saudara-saudara kita kemarin demo dengan membawa bendera ini kami melihatnya agak-agak menjauh dan takut. Itulah berhasilnya orang mengelabuhi pikiran kita selama ini (sambil meneteskan air mata). Mudah-mudahan setelah acara ini kita bisa melek mata, buka hati dan bersama-bersama memperjuangkan Islam itu kembali untuk anak cucu kita kedepannya.
Sebagai ketua Muslimah Al-Washliyah Prov. Riau, saya akan mencoba untuk membawa ibu-ibu di jamaah saya untuk lebih menggalakkan, memeriahkan dan mensosiali-sasikan yang telah Anda buat pada hari ini.”
Ibu Wa Ode Sanariyah, S.Pd., M.Pd, ; (Guru Kabupaten Bombana):
“Saya termotivasi ikut kegiatan ini karena tergerak dari hati nurani dan berasal dari keimanan. Kegiatan ini sangat bermanfaat karena menambah ilmu ajaran Islam dan bagaimana perjuangan Rasulullah saw. pada masa lalu. Saya berharap kegiatan ini akan berlangsung kemudian hari lagi.”
Ibu Hj. Nuraeni Kemala Raden, S.E. ; (Pengasuh Rumah Qur’an):
“Pertama, bersyukur kepada Allah. Dengan ridha-Nya, saya mampu menghadiri acara ini. Kedua, cinta saya terhadap gerakan Hizbut Tahrir, walaupun saya sendiri adalah simpatisan, dan baru mengikuti pengajian, hal ini sudah menjadikan satu kekuatan buat saya untuk turut mendakwahkan bersama gerakan Hizbut Tahrir sendiri.
Acara ini menurut saya spektakuler, Alhamdulillah. Allahu Akbar. HT mampu memberikan gerakan besar pada masyarakat.”
Ibu Etika Rosita, S.Sos.; (Praktisi Pendidikan)
“Motivasi saya sangat besar sekali, baik di acara tadi pagi dan acara pada malam hari ini. Saya ingin melihat dan mendengarkan seruan semangat dari HTI yang mempunyai cita-cita untuk mendirikan syariah dan Khilafah. Sangat positif sekali. HTI tidak pernah libur dalam cita-cita mendirikan Khilafah. Menegakkan Khilfah adalah kewajiban syar’i,
Semakin gencar Hizbut tahrir memberikan penyadaran kepada masyarakat terutama umat Islam di Indoensia, kewajiban itu pun makin bisa diterima oleh masyarakat. Saya sering mengikuti acara Hizbut Tahrir sehingga semakin paham bahwa itu merupakan suatu kewajiban.”
Kania Ardissetiawati, S.Ag. ; (Sekretaris Pokja Kesos CSR Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat).
“Mapara merupakan alat dan momentum untuk mendongkrak bangkitnya energi besar umat Islam dunia, terkhusus bagi Indonesia di tengah keterpurukan di berbagai sendi kehidupan ipoleksosbudhankam (ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan) di tengah kehidupan yang kini berdasarkan kapitalisme-sekularisme. Kita perlu menghimpun energi besar itu untuk mempertahankan kejayaan dan kemuliaan Islam yang dianut oleh sebagian besar umat manusia di dunia ini. Mapara pun akan menjadi energi bola salju bila dilakukan dengan istiqamah, sustainable dan menggunakan kekuatan follow up kepada seluruh tokoh dan seluruh lapisan masyarakat untuk mengenalkan informasi Islam yang kâffah dan bagaimana risiko dan kemaslahatan penerapan syariah dan Khilafah yang sesungguhnya bagi seluruh alam ini.
Alhamdulillah, selamat dan apresiasi setingginya untuk HTI yang telah melaksanakan Mapara. Mari kita tetap bergandengan tangan dan mempererat persatuan umat Islam dalam kesatuan Islam yang kâffah untuk melayani dan melindungi seluruh umat melalui pemahaman dan pengetahuan kepada umat Islam secara detail dan menyeluruh sehingga terbentuk mindset yang menyeluruh dan sempurna sesuai tuntunan al-Quran dan al-Hadis.”
Hj. Siti Bayu, M.Si.; (Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Medan):
“Saya percaya bahwa kaum Muslim pasti menginginkan syariah Islam yang dapat memberi kesejahteraan pada masyarakat. Itulah urgennya mengapa kita harus menerapkan sistem Khilafah.”
Prof. Dr. Rosdanelli, M.T. ; (LPPOM MUI Medan/Dosen USU):
“Tepat sekali tema hari ini, “Khilafah: Kewajiban Syar’I, Jalan Kebangkitan Umat”. Saya sangat apresiasi adanya agenda ini karena dapat membuka mata hati dan telinga kita, kaum intelektual dan berbagai kalangan lainnya yang hadir hari ini.”
Mualimah Fatimah Hasyim ; (Mubalighah Kota Medan):
“Yang kita harapkan Islam berdiri, syariahnya dapat kita terapkan di tengah-tengah masyarakat. Mudah-mudahan lambat laun pemerintah kita mau menerapkan sistem Islam. Kita mesti semangat, janji Allah pasti, tidak akan meleset. Islam akan bangkit, insya Allah.”
Puti Eva Rosneni ; (Guru SMPN 4 Painan, Pesisir Selatan, Sumatra Barat):
“Meski kami dari Pesisir Selatan ada kendala dan halangan selama perjalanan menuju kota Padang tempat penyelenggaraan acara tablig akbar Masirah Panji Rasulullah, Alhamdulillah kami bisa hadir di acara ini. Walaupun tidak jadi konvoi mengibaran Panji Rasulullah, acara ini dapat memberikan pemahaman ke tengah-tengah umat bahwa panji yang menyatukan kaum Muslim di seluruh dunia adalah panji tauhid yang bertuliskan kalimat Lâ ilâha illalLâh Muhammad RasûlulLâh, yaitu Al-Liwa’ dan Ar-Rayah.”
Ibu Apiaty Amin Syam; (Rektor Universitas Pepabri Makassar, Ketua AMTI SulSel, Sekretaris DPD Gerindra SulSel).
“Ini merupakan simbol dan syiar tauhid Rasulullah kepada umat Islam.”
Ustadzah Khaeriah; (Muballighah Kota Makassar, Pembina Pesantren Darul Aman Makassar, Pengurus Aisyiah Wilayah SulSel):
“Pengendalian diri yang dimiliki warga/umat HTI adalah modal dan kekuatan besar yang tidak tertandingi oleh kekuatan apapun. In tansurulLâh yansurkum.”
Drs. H.M Husein Dahlan ; (MUI Kota Jogja):
“HTI punya tujuan yang sangat mulia, ingin mempersatukan umat Islam seluruh dunia. Perjuangan ini butuh kesabaran tinggi. Khilafah sudah hampir satu abad tidak ada. Banyak umat yang sudah lupa atau memang tidak tahu. Termasuk terkait panji Rasulullah, memang banyak orang tidak kenal, merasa asing sehingga merasa takut. Yang menentang itu salah paham, dikira ingin merusak atau membubarkan NKRI, justru di sini poin pentingnya sosialisasi dan edukasi yang dilakukan HTI. Harus sabar dan terus. Islam itu perlu ciri, Al-Liwa’ dan Ar-Rayah ini adalah ciri Islam, bukan ciri HTI.
MUI akan mendukung siapapun yang membela Islam. Indonesia sudah 70 tahun lebih merdeka tidak berhasil mewujudkan syariah, bahkan kondisi sekarang dibanding awal kemerdekaan bisa jadi malah mundur. Jadi, konsep syariah ini untuk bisa diterima memang harus ada perubahan pola pikir terlebih dulu; tanpa ada perubahan pola pikir, syariah akan ditolak. Karena itu untuk perjuangan yang jangka panjang seperti ini masing-masing kita harus berharap supaya punya peran. Beruntung yang masih muda-muda, saya yang sudah sepuh ini kadang ‘menyesal’ mengapa baru mengenal perjuangan ini.”
Drs. H. Aten Podomi Hasanudin ; (Syarikat Islam):
“Al-Liwa’ dan Ar-Rayah bertuliskan kalimat tauhid yang menjadi dasar utama perjuangan Rasulullah saw. Kalimat inilah yang harus selalu kita bawa kemana-mana. Menjadi landasan, sekaligus penyemangat dakwah. Syarikat Islam lambangnya juga kalimat tauhid. Karena itu SI akan selalu berada di tengah-tengah kaum Muslim di mana ada perjuangan menegakkan Islam di sana, SI akan membersamai mereka. Artinya, SI sejalan dengan Hizbut Tahrir.
Terkait Khilafah, yang menjadi contoh adalah Khulafaur Rasyidin dengan segala dinamikanya. Ada upaya menyatukan kembali kaum Muslim dan menyebarluaskan Islam. Ini adalah perjuangan yang besar dan berat. Ini adalah perjuangan umat Islam (bukan hanya HT) untuk kembali pada kepemimpinan Islam. Jika ada kekhawatiran yang muncul dari sebagian kalangan itu karena akidahnya belum berfungsi sebagaimana mestinya, karena masih dibayang-bayangi ketakutan tergeser posisinya dan alasan lainnya. Secara sejarah, sebenarnya Indonesia dalam proses menjadi negara yang tegas berdasar Islam, tetapi ini belum selesai. Perlu kepemimpinan global yang menaungi umat di seluruh dunia termasuk Indonesia.
Kami selalu menyambut baik dan mendukung HT. Kami memperhatikan HT tidak pernah berbuat onar dan selalu sesuai prosedur. Kaderisasi sangat penting. Banyak organisasi yang tinggal orang-orang tuanya saja. Saya senang melihat banyak anggota HT yang muda-muda.”
Syukri Fadholi, S.H., M.H. ; (Ketua Partai Persatuan Pembangunan):
“Muslim wajib menegakkan Islam hingga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kegiatan Rajab yang rutin dilakukan HTI merupakan kegiatan yang wajar dan diperlukan sebagai sarana edukasi. Perjuangan syariah-Khilafah memang perlu edukasi yang panjang, harus dilakukan secara rutin dan terukur. Juga perlu langkah-langkah kecil untuk menjalin komunikasi dan ukhuwah kepada elemen umat yang lain meski belum sependapat. Yang penting, hubungannya baik dulu. Perjuangan ini wajib berjamaah. Jika tidak bersama-sama kita akan jadi pecundang.
Pandangan bahwa Khilafah adalah ancaman itu salah. Pandangan itu muncul karena belum teredukasi. Sungguh disayangkan melihat mereka yang reaksinya berlebihan, arogan dan itu sangat merusak konstruksi kebersamaan.”
Drs. H. Zaini Munir Fadholi, M.Ag ; (PP Muhammadiyah):
“Upaya menegakkan Syariah dan Khilafah merupakan upaya mulia yang seharusnya didukung oleh semua pihak yang rindu hidup di bawah naungan Islam. Masirah itu bukan tujuan, tetapi cara. Selama dilakukan dengan tertib dan baik-baik, hal itu sebenarnya wajar dan ada di semua kelompok yang punya kepentingan untuk memperkenalkan visi misinya kepada ummat. Jadi sama sekali tidak ada yang aneh.
Tidak ada alasan sama sekali untuk tidak setuju pada perjuangan ini. Justru heran kalau ada yang tidak setuju. Apa alasannya? Dalilnya jelas. Contohnya ada. Secara rasional pun, sungguh ideal jika umat hidup di bawah satu kepemimpinan. Umat Katholik saja punya satu kepemimpinan. Mengapa umat Islam tidak? Saya trenyuh melihat anak-anak muda yang semangat sekali berjuang, tapi lebih trenyuh lagi melihat mereka yang menentang. Negara sebenarnya membuka diri pada semua ide. Dilihat dari kacamata demokrasi sebenarnya ini konsekuensi logis, tetapi demokrasi memang tidak adil. Jadi negara harus membuka diri, apalagi ide syariah-Khilafah ini pendekatannya bagus, baik, tidak memaksa, tidak melanggar hukum, tidak dengan jalan kekerasan.
Tantangan itu pasti. Tantangan yang paling sulit memang tantangan dari dalam umat Islam sendiri. Karena itu perlu menunjukkan kekuatan supaya yang macam-macam ini tidak keterusan. Meraih simpati umat itu perlu, tetapi tidak kalah penting untuk mencegah hambatan ini berulang. Jadi kita perlu bekerjasama, jangan bekerja sendiri-sendiri sambil saling mengkritik. Muhammadiyah jelas menyatakan bahwa syariah Islam itu adalah satu-satunya, bukan salah satu. Saya yakin, semua organisasi Islam secara normatif pasti sama. Jadi perjuangan ini perlu dipikul semua meski kadang dengan gayanya sendiri-sendiri, tetapi tetap cita-cita itu harus dijalin bersama.
Paling penting adalah jaga keikhlasan. Tandanya dua, tidak sedih ketika dicela belum berhasil, dan tidak bangga diri ketika berhasil. Tujuannya Allah. Allah menilai proses, bukan hasil. Dalam konteks ini, sebenarnya hambatan yang dialami HT ini harus dilihat sebagai ujian keikhlasan. Namun, melawan tantangan itu bukan berarti tidak ikhlas. Dalam perjuangan memang perlu menunjukkan kekuatan untuk menggentarkan musuh.”
Harun Nyak Itam Abuh ; (Ketua Tim Pengacara Muslim Sulawesi Tengah):
“Kegiatan ini sungguh luar biasa, kegiatan semacam ini penting dilakukan untuk menjelaskan kepada umat tentang simbol dan ajaran mereka sehingga tidak lagi salah paham dengan simbolnya sendiri.
Apa yang diperjuangkan HTI saya sangat setuju, saya sering sampaikan bahwa Islam harus kita laksanakan secara keseluruhan dalam semua aspek kehidupan kita. Itu tidak akan mungkin bisa terealisasi tanpa adanya negara yang mnelaksanakan semua hukum-hukum Islam itu. Negara yang mampu melaksanakan semua hukum-hukum itu hanyalah Khilafah.”
Afhdal Zainal ; (Ketua Forum Komunikasi Pengajar Islam Sulawesi Tengah):
“Apa yang diperjuangkan Hizbut Tahrir, yakni syariah dan Khilafah, sesuai dengan Pancasila, karena HTI mengajak umat untuk menghukumi segala sesuatu kembali ke sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Mahaesa.
Saya adalah orang yang pertama mendukung siapa saja yang memperjuangkan tegaknya kehidupan Islam. Kepada saudara-saudaraku di HTI, teruslah maju; teruslah berjuang jangan pernah menyerah sampai kemenangan itu datang. Tetap istiqamah dalam perjuangan ini. Ingat firman Allah SWT (yang artinya): “Siapa saja yang menolong agama Allah, Allah akan menolong dia.” Terus berjuang. Jangan pernah mundur barang selangkah pun.
Ustad Azhar Sholih; (Pimpinan Ponpes Pesantren Ulul Albab, Desa Ngarak, Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak, Kalimanan Barat):
Kegiatan seperti ini harus sering dilakukan. Umat harus disadarkan bahwa penegakan syariah secara kâffah adalah satu-satunya solusi dari berbagai macam permasalahan yang melanda negeri ini. Nah, mengkampanyekan bendera Rasulullah, adalah bagian dari dakwah itu. Ini harus kita dukung secara penuh.
Saya setuju dengan Khilafah. Khilafah ini sudah merupakan janji Allah, kabar gembira dari Rasulullah. Tugas kita sebagai umat adalah memperjuangkan agar ini bisa tegak.
Meskipun di kampung (Desa Ngarak, red.) teman-teman Hizbut Tahrir belum sampai sana. Namun, saya tak henti-hentinya bercerita kepada para jamaah tentang wajibnya kita menjalankan syariat secara menyeluruh dan berjuang agar Khilafah bisa tegak.
Syariah dan Khilafah adalah hal yang jika tegak kelak akan mampu menyatukan seluruh umat Islam. Siapapun yang hidup di dalam sistemnya akan sejahtera. Bagaimana mungkin ini disebut ancaman? Ancaman dari mana? Malah sebaliknya. Kalau Khilafah tidak tegak, negeri ini malah banyak dapat ancaman. Ancaman kelaparan, kemiskinan, ketidakadilan, kriminal, dan ancaman perpecahan yang nyata.
Saya secara pribadi mendukung perjuangan teman-teman Hizbut Tahrir dimana pun berada, khususnya yang berada di Kalimantan Barat. Kita harus terus bersatu. Kita harus terus berjuang. Dengan itu umat semakin sadar dan mau ikut berjuang bersama sehingga Khilafah yang sudah sejak lama kita rindukan benar-benar bisa kita rasakan. Amin.”
Ustad Taha Kotu ; (Mubaligh di Kota Ternate, Pembina Qari’ Maluku Utara):
“Saya mendukung kegiatan tersebut karena kaum Muslim sekarang banyak yang tak mengenal simbol Islam yang oleh banyak orang dianggap simbol teroris. Perjuangan penegakan syariah dan Khilafah adalah wajib walau tiap organisasi punya cara tersendiri untuk mewujudkannya. Saya sangat heran terhadap upaya pihak tertentu yang selalu menghalangi aktivitas dakwah kelompok lain. Di sisi lain mereka sangat toleran dengan kaum kafir seperti menjaga gereja saat natal, dan sebagainya.”
Ustadz R Ade Hasibuan; (Ketua DPD FPI Provinsi Riau):
“Saya kira kegiatannya harus didukung dengan semangat penegakan Khilafah dan harus dilihat secara positif. Jadi ini harus didukung oleh seluruh komponen umat Islam.
Ini harus kita dukung karena solusi saat ini adalah bagaimana penegakan Khilafah atau kepemimpinan Islam itu sesuai dengan aturan dalam syariah Islam.
Khilafah adalah sesuatu yang wajib dan Khilafah bertujuan baik, yaitu untuk mempersatukan. Sama halnya juga dengan apa yang diperjuangkan oleh FPI. Caranya saja sedikit berbeda, namun tetap tujuan sama yaitu penerapan syariah Islam di bawah naungan Khilafah Islamiyah. Jadi apa yang dicita-citakan Hizbut Tahrir juga sama yang diinginkan kelompok-kelompok Islam yang lain.
Walaupun ini perlu waktu dan proses. Inilah tugas kita dan Hizbut Tahrir untuk terus melakukan syiar, memberikan pemahaman dan penjelasan terhadap penegakan Khilafah Islamiyah. Pasalnya, bisa jadi sebagian umat Islam yang menilai upaya penegakan Khilafah ini sebagai sesuatu yang membahayakan tatanan berbangsa dan bernegara. Kita anggap saja itu karena mereka belum memahami konsep ini. Jadi teman-teman Hizbut Tahrir tetap semangat saja. Tidak perlu ada keraguan dalam berjuang karena kita meyakini bahwa solusi saat ini dalam hal kepemimpinan Islam itu adalah cita-cita bagaimana menegakan Khilafah Islamiyah.
Istiqamah itulah yang paling penting yang akan menguatkan perjuangan Hizbut Tahrir walaupun tantangan itu tetap ada.”
Abdul Djalil Thahir; (Pimpinan Pondok Pesantren Darul Aman Sulawesi Selatan):
“Kalau membawa panji ini berarti memang mau dikenalkan, mau di perjuangkan. Buat apa disimpan kalau memang mau dikenalkan. Bahkan bendera ini juga di pakai perang di dalam Islam. Bendera putih menandakan bahwa yang membawanya adalah pemegang komando. Kalau bendera ini masih ada berarti pimpinan masih utuh. Jadi membawa bendera ini memang sah.
Saya setuju dengan tema Agenda Mapara ini. Penegakkan syariah dan Khilafah, ada dan tidak adanya Hizbut Tahrir, saya setuju.
Tanpa Hizbut Tahrir saya memang setuju. Apalagi kalau sudah ada Hizbut Tahrir. Artinya saya punya teman. Saya tahu Hizbut Tahrir memang seperti itu. Artinya saya juga ingin mengikuti jejak Rasulullah.”
NKRI ini ada karena perjuangan umat Islam. Bahkan awal-awalnya, Panji Tauhid itu sudah berkibar dan diteriakkan pada masa-masa itu. NKRI ini berdiri karena andil besar umat Islam. Yang mengkhianatinya adalah mereka yang tidak punya andil.
Siapapun yang memperjuangkan Islam, insya Allah mengokohkan NKRI karena NKRI ini milik umat Islam. Tanpa Islam NKRI ini lemah. Karena Hizbut Tahrir memperjuangkan Islam, maka saya setuju.
Seharusnya kita yakin, kalau perjuangan itu banyak tantangan, maka sejarah membuktikan bahwa para nabi juga menghadapi banyak tantangan. Kita, umat Islam, telah mewarisi bagaimana menyelesaikan tantangan itu.”
Lumasri, ASN ; (Kementerian Agama RI, Lubuk Pinang Kabupaten Mukomuko Prov. Bengkulu):
“Kalau tidak kita, siapa lagi yang memperkenalkan Panji Rasulullah itu. Panji itu adalah panji umat Islam. Memang kita orang Islam belum banyak tahu bahwa bendera al-Liwa’ dan ar-Rayah itu bendera Islam. Ada yang beraggapan bahwa yang memiliki bendera itu adalah aliran garis keras atau radikal. Namun, mudah-mudahan dengan dakwah teman teman HTI, saudara-saudara kita mengetahuinya berdasarkan dalil-dalil yang disampaikan.”
Tentunya perjuangan menegak syariah itu saya setuju. Tidak mungkinlah saya sebagai orang Mukmin tidak setuju dengan syariah. Syariah itu adalah peraturan hidup orang Islam.
Namun, masalah tegaknya Khilafah ini yang membingungkan saya dari segi logika. Mukinkah itu tegak dengan kondisi dunia saat ini yang terdiri dari keragamaan agama? Kapankah itu terwujud? Namun, kita yakini sajalah kalaulah Allah berkehendak tidak ada yang tidak mungkin.
Drs. H. Munir Abdullah ; (Tokoh/Ulama Kota Bontang, Kepala sekolah SD Islam Al-Amin Loktuan, Pengurus MUI Kota Bontang):
Alhamdulillah adanya kegiatan HTI di Samarinda (Mapara) memberikan nuansa baru bagi umat Islam. Acara ini mengangkat harkat kaum Muslim, membuktikan umat ini masih peduli dan sadar terhadap perjuang Islam. Umat Islam mulai mengenal bendera Islam. Umat Islam dari berbagai daerah hadir hanya untuk menyatukan tujuan untuk penerapan hukum Allah, yaitu syariah Islam. Bagi yang hadir khususnya saya mendoakan agar istiqamah dalam berjuang. Niat saja yang kita lakukan akan dinilai pahala di sisi Allah SWT, apalagi turut memperjuangkan syariah Islam bersama kawan-kawan HTI. Sudah seharusnya perjuangan itu ada pada didri kita. Jangan diam, karena diam tidak menyelesaikan masalah di negeri ini.
Saya sangat setuju apa yang di perjuangkan HTI. Terus terang saya salut terhadap para aktivisnya. Sekitar 10 tahun yang lalu saya mengenal HTI di Bontang lewat silaturahmi yang dilakukan syabab HTI. Mulailah saya diundang temu tokoh yang saat itu mengundang Ustadz Harri Mukti. Seruan dan ajakannya khas, yakni untuk menerapkan syariah Islam dan menegakan Khilafah. Saya beranggapan ini bukan sembarang tujuan. Ini perlu perjuangan berat dan dukungan. Apalagi halangan ke depannya juga semakin besar.
Ini hal yang aneh, memperjuangkan Islam kok dibilang mengancam. Satu kata pun saya tidak pernah dapatkan kalau perjuangan HTI mengancam negeri ini. Malah yang saya cermati bahwa HTI membawa solusi bagi negeri ini. Solusi yang ditawarkan adalah Islam yang jarang kami temui dari tokoh/ulama yang saya kenal.
Anggapan bahwa HTI itu ancaman adalah wajar dalam sebuah perjuangan. Yang penting HTI terus istiqomah memperjuangkan Islam dan Khilafah. Selama perjuangannya sesuai dengan al-Quran dan as-Sunnah, itulah perjuangan yang sebenarnya, dan harus dibela. Mereka hanya belum paham apa yang diperjuangkan HTI.
Ini adalah persoalan kita bersama, bukan hanya persoalan HTI. Sebagai tokoh, kami siap membantu memahamkan terkait perjuangan dakwah HTI. Dakwah yang dilakukan HTI belum sepenuhnya diterima masyarakat, yang jelas butuh kami para mubaligh, tokoh umat, ulama.”
Buya HM Yun Zainuddin ; (Ulama, Tomas Bengkulu Utara):
“Walaupun kemarin saya berhalangan hadir di IKF (Indonesia Khilafah Forum). saya mengamati di media daerah, dakwah HTI unik, tepat dan bagus. Saya mendukung dakwah HTI. Mengkampanyekan syariah dan Khilafah. Islam memang tidak bisa di pisahkan dengan politik. Jadi dakwah HTI memiliki pijakan dalil. Apa yang disampaikan oleh HTI adalah konsep Islam, dakwah Islam, kebaikan. Rasul itu di utus untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. Sama sekali HTI bukanlah ancaman bagi bangsa ini. Justru yang disampaikan adalah untuk kebaikan bangsa ini. Saya mendukung dakwah HTI, khusunya di Bengkulu Utara.”
Kiai Djoko Santoso ; (Pengasuh PP Al Mukhlisin Gempol, Ds Wonoploso, Kec. Gondang Kab. Mojokerto – Jatim):
Agendanya direncanakan luar biasa, Insya Allah dengan Masirah Panji Rasulullah masyarakat akan lebih paham tentang Panji Rasulullah/Panji Umat Islam. Semoga ke depan kegiatan mengenalkan identitas umat islam semakin rutin. Ini sangat penting bagi perjuangan menegakkan syariah. Saya Sangat setuju sekali. Ini merupakan tujuan mulia. Dengan syariah dan Khilafah umat bisa bangkit dan ini jalan satu-satunya.
Khilafah adalah ancaman untuk negeri. Anggapan itu ada karena mereka belum paham. Padahal justru dengan syariah dan Khilafah negeri ini makin kuat dan menjadi negeri yang baldatun thayyibatun wa rabbun gafur.
Saya sangat mendukung Hizbut Tahrir. Saya akan mendukung semampu saya. Semoga perjuangan Hizbut Tahrir senantiasa mendapat ridha Allah. Amin.”
Moh. Mashudi ; (Pengasuh PP As Shomadiyah Peterongan, Kec. Bangsal, Kab. Mojokerto – Jatim):
“Masirah Panji Rasulullah merupakan acara yang bagus supaya masyarakat lebih mengenal Panji Rasulullah. Saya sangat setuju. Ini merupakan solusi terbaik supaya sukses dunia dan akhirat.
Setiap perjuangan pasti ada ujian. Ujian Hizbut Tahrir adalah membina umat dan menghadapi fitnah, termasuk fitnah bahwa Khilafah adalah ancaman. Padahal Khilafah adalah sebuah solusi atas semua permasalahan yang mendera di negeri ini.
Pertama, jangan pernah putus asa dalam memberi pemahaman agama kepada masyarakat. Kedua, sibukkan diri dengan beribadah kepada Allah. Ketiga, kita harus resah jika agama kita kurang. Teruslah belajar dan membina umat. Jangan resah perkara rezeki karena rezeki sudah diatur Allah. Keempat, mari kita gunakan diri, harta, waktu dan pikiran kita untuk fokus menegakkan syariah dan Khilafah. Insya Allah Hizbut Tahrir akan mendapatkan pertolongan Allah. Amin.”
Drs. M. Sirajuddin; (Sekjen FUI Sulsel):
“Adanya pengibaran Panji Rasulullah itu kita sangat dukung. Saya selaku Sekretaris Jenderal Forum Umat Islam Indonesia Sulawesi Selatan (Sekjen FUI Sulsel) mendukung acara itu dan turut berpatisipasi. Bagaimanapun Panji Rasulullah itu adalah sebagai satu simbol dari bagaimana perjuangan kita umat Islam di dalam memperjuangkan penegakan syariah Islam. Syariah Islam itu wajib diperjuangkan oleh umat Islam. Hal itu disimbolisasi dalam suatu kalimat tauhid Lâ ilâha illalLâh Muhammad RasûlulLâh yang kemudian digambarkan dalam suatu panji seperti yang diperlihatkan oleh Hizbut Tahrir Indonesia.”
Ir. Alfa Talanipa, M.Si. ; (Tokoh Masyarakat Kabupaten Kolaka):
“Saya melihat bahwa apa yang dibutuhkan oleh umat sekarang ini terjawab dengan agenda Rajab lalu. Dengan agenda Rajab tersebut, respon masyarakat yang begitu besar sekali. Begitu banyak yang hadir. Begitu tertib. Begitu khusyuk dalam mengikuti setiap agenda itu. Itu menunjukkan bahwa mereka datang dengan penuh keikhlasan dan bersungguh-sungguh.
Saya sangat setuju. Saya katakan tidak ada ancaman. Justru HT selama ini memberikan contoh tentang bagaimana mengemukakan pendapat di muka umum. Pernahkah HT melakukan keonaran dalam setiap menjalankan perjuangannya? Saya pikir tidak pernah. Justru yang tampak adalah kesejukan. Oleh karena itu dengan berbagai tantangan yang ada tersebut saya mengajak kepada teman-teman saya untuk tidak takut dan tidak ragu masuk ke dalam HT. Mari kita berjuang bersama-sama untuk menegakkan Khilafah menuju penyatuan umat. SubhanalLâh. AlLâhu Akbar!
Dra. Umi Saroh ; (Ketua Forum Komunikasi Pendidikan Inklusi Kota Banjarbaru):
“Khilafah sudah diisyaratkan dan diperintahkan oleh Rasulullah saw. Oleh sebab itu, setiap Muslim harus meyakini dan memperjuangkan Khilafah. Untuk itu ada tiga hal penting yang harus dilakukan. Pertama: Perwujudan Khilafah. Kedua: Implementasi hukum syar’i. Ketiga: Kewajiban berdakwah. Gerakan HTI yang semakin berkembang telah membuat musuh-musuh Islam bergeming sehingga muncul usaha-usaha untuk membubarkan, mengadu domba dan memutarbalikkan makna perjuangannya. Tujuannya supaya HTI dianggap sebagai gerakan yang membahayakan stabilitas bernegara.”
Ustadzah Nursalmi ; (Da’iyah Kota Banda Aceh):
Saya semakin yakin bahwa HTI telah menjalankan dakwah yang benar. Umat perlu dicerdaskan. Umat harus tahu bahwa Khilafah adalah kewajiban syar’i. Umat harus bangkit untuk menegakkan kembali Khilafah yang sudah runtuh hampir 100 tahun. Kita harus mencerdaskan umat melalui halaqah-halaqah. Umat juga harus diperkenalkan dengan Al-Liwa’ dan Ar-Rayah, agar umat tidak ikut-ikutan salah paham terhadap bendera Islam. Umat harus tahu bahwa itu bukan bendera sesat dan bukan pula bendera teroris.
Saya semakin yakin bahwa Khilafah sudah semakin dekat. Semakin banyak tantangan yang kita hadapi semakin kita semangat. Semakin banyak yang menantang HTI semakin banyak umat yang penasaran terhadap HTI. Akan semakin banyak umat yang terbuka pikirannya untuk mencari tahu lebih banyak lagi tentang HTI, Islam dan Khilafah. Akhirnya, umat akan semakin tau kebenaran langkah HTI dalam berdakwah.
Saya sangat yakin bahwa hasil tidak pernah mengkhianati proses. Teruslah berproses untuk mencapai hasil yang kita harapkan, yaitu Khilafah ‘ala minhâj an-nubuwah yang sudah sangat kita rindukan.”
Syafrida Syafruddin, S.H. ; (Mubalighah Palembang):
“Sudah saatnya para tokoh, yang menjadi rujukan umat, mengkaji dan memahami konsepsi khilafah ini secara intensif dan mendalam. Dengan begitu mereka dapat berperan penting menghela perubahan masyarakat ke arah Islam secara kâffah sehingga rahmatan lil ‘alamin benar-benar terwujud.”