HTI

Opini (Al Waie)

‘Devide et Impera’


Devide et impera (politik adu domba) adalah cara usang yang digunakan Belanda untuk menjajah Indonesia pada Abad 17.

Saat ini Belanda memang sudah lama hengkang dari Indonesia. Akan tetapi, warisan Belanda ini masih “dijaga” kelestariannya oleh para antek-antek penjajah. Politik devide et impera saat ini memang sudah berpindah tuan. Amerikalah tuan baru pemilik politik licik pemecah belah umat saat ini.

Sebagai tuan besar gembong kapitalis, AS melakukan sedikit revisi terhadap politik belah bambu ini sehingga tampilannya lebih manis dan memikat para antek penjajah pemuja Kapitalisme. Saat ini di tangan AS devide et impera memiliki dua tujuan besar yaitu: memecah umat Islam dan memisahkan umat dari Islam.

Strategi devide et impera dengan tujuan memecah umat Islam dilaksanakan dengan cara politik belah bambu. Umat Islam dipecah dengan jalan menjelek-jelekkan satu kelompok dan memuji-muji kelompok yang lain. Tujuannya agar ikatan internal umat Islam kacau-balau. Persatuan umat menjadi barang mahal yang sulit terwujud. Cara-cara yang digunakan sebenarnya adalah cara kuno, yaitu dengan melancarkan fitnah terhadap suatu kelompok. Yang canggih dan membedakan dengan pendahulunya hanyalah media yang dipakai.

Keampuhan dunia maya untuk membentuk opini sudah tidak perlu diragukan lagi. Maka bergeraklah “prajurit-prajurit” bayaran mereka di dunia maya, bergerilya menyerang dan menguasai jagad dunia maya. Di dunia nyata, “centeng-centeng” bayaran suruhan penjajah masih menjadi media yang efektif. Mereka bergerilya dari satu kampung ke kampung yang lain, dari satu majelis pengajian ke majelis pengajian yang lain, dari satu mimbar ke mimbar yang lain. Mulut-mulut busuk mereka dengan setia melontarkan kata-kata keji pesanan tuan besar, menghasut dan menyulut iri-dengki di tengah umat. Sebagai langkah akhir, antek penjajah yang ada di jajaran penguasa kemudian melahirkan aturan-aturan zalim dan represif. Ini strategi yang pertama.

Strategi devide et impera yang kedua adalah memisahkan Islam dari umat Islam. Tujuannya adalah agar umat Islam kehilangan keyakinannya terhadap Islam sebagai sistem hidup dan solusi bagi setiap masalah mereka. Caranya adalah dengan mendompleng falsafah ideology kapitalis, yaitu memisahkan agama dari kehidupan. Dalam pandangan AS, Islam memang tidak mungkin untuk dilenyapkan, tetapi Islam bisa dilemahkan. Hal ini akan terjadi jika umat Islam hanya memakai Islam ketika mereka melaksanakan ibadah ritual mereka saja, sementara untuk aktivitas kehidupan lain umat Islam tanpa perasaan bersalah menggunakan aturan buatan manusia dan mencampakkan Islam. Media yang mereka pakai untuk melancarkan strategi ini pun masih sama, yaitu teknologi dunia maya dan antek-antek penjajah. Untuk memuluskan rencana ini, mereka tidak segan-segan menggelontorkan uang berapapun banyaknya untuk mencetak ulama-ulama gadungan, ustadz-ustadz bayaran, cendekiawan-cendekiawan koplo. Mereka-mereka inilah yang kemudian melalui kekuatan media yang dimiliki penjajah di-setting untuk menjadi tokoh-tokoh di tengah masyarakat.

Untuk menghadapi strategi neo ‘devide et impera ini kita perlu melakukan beberapa hal. Pertama: jalinan ukhuwah antar kelompok Islam harus dijaga. Caranya adalah dengan melakukan silaturahmi yang intens. Dari pertemuan-pertemuan inilah komunikasi antarkelompok akan terjalin dengan baik sehingga setiap fitnah yang dihembuskan akan bisa segera terdeteksi dan dicegah.

Kedua: perlu ada penguatan-penguatan internal dalam kelompok-kelompok dakwah yang ada. Penguatan internal ini bisa dilakukan dengan metode pembinaan Islam yang intensif dan menyeluruh bagi setiap anggota kelompok. Hal ini untuk memastikan keikhlasan para anggota kelompok dalam berdakwah, memastikan “ter-install-nya” pemahaman Islam yang sahih dan menyeluruh, terbinanya akhlak para pendakwah.

Ketiga: perlu ada strategi penguasaan dunia maya untuk membentuk opini dakwah yang massif dan membangun citra Islam yang benar. WalLâhu a’lam. [Muhammad Ja’far Abdullah, S.Sos; Praktisi Bekam, Ruqyah dan Kiropraksi Tinggal di Sorong Papua]

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*