Maling teriak maling. Presiden negara teroris Amerika menyerukan pemimpin negara-negara Muslim untuk memerangi radikalisme. Seolah pahlawan dunia, Presiden AS Donald Trump menyerukan negara-negara di Dunia Islam untuk memerangi ekstremisme dan terorisme. Donald Trump pun kembali mengkampanyekan visa Amerika: perdamaian, keamanan dan kemakmuran. Hal itu disampaikan Trump dalam pidato di hadapan para pemimpin dari 55 negara Muslim dalam pertemuan di Riyadh, Arab Saudi, pada Minggu (21/05), sebagai bagian dari lawatan perdananya ke luar negeri.
Sebagaimana yang dilaporkan BBC online 21/5, Trump dengan arogan mengatakan, “Usir mereka dari muka bumi ini,” kata Presiden AS ketika merujuk pada kalangan ekstrem.
“Ini adalah pertempuran antara penjahat barbar yang berusaha membinasakan kehidupan manusia dan orang-orang layak dari semua agama yang berusaha melindunginya,” jelas Trump dalam pidato di KTT Amerika Islam Arab di Riyadh.
“Artinya, secara jujur langkah ini adalah mengkonfrontir krisis ekstremisme berhaluan Islam dan kelompok-kelompok teror berhaluan Islam yang menginspirasinya.”
Ditambahkan oleh Presiden AS bahwa perang melawan radikalisme bukan “perang antar kepercayaan” tetapi “perang antara kebaikan dan keburukan”.
Pernyataan Donald Trump ini sungguh memalukan dan kehilangan legitimasi yang parah. Pasalnya, AS-lah yang selama ini menjadi biang kerok berbagai peperangan dan kejahatan yang ada di dunia. Bisa disebut, hampir di setiap konflik terjadi, di sana ada permainan Amerika.
Bukankah Amerika yang paling bertanggungjawab dengan pecahnya konflik di Irak, yang telah menyebabkan lebih dari 1 juta Muslim Irak terbunuh? Itu terjadi, sejak pendudukan Amerika. Kejahatan Amerika masih berlangsung hingga kini. Meskipun secara formal menyatakan menarik pasukannya dari Irak, Amerika tetap menjadi pengendali negara Irak melalui penguasa boneka mereka di kawasan itu.
AS juga bertanggung jawab atas pembantaian terhadap rakyat sipil di Afganistan dan Pakistan. AS telah membunuh ribuan rakyat sipil dengan pesawat tanpa awak. Negara ini juga terlibat dalam berbagai konflik berdarah di dunia seperti di Yaman, Suriah, Libya, Sudan dan kawasan lainya.
Klaim Donald Trump untuk menghentikan ekstremisme dan memberikan masa depan yang penuh harapan kepada anak-anak kita yang menghormati Tuhan jelas suatu kebohongan. Perang-perang yang dilakoni Amerika telah membunuh banyak anak-anak, membunuh masa depan dan harapan mereka tanpa mempedulikan penghormatan terhadap Tuhan sekalipun. Lihatlah yang menjadi korban-korban Amerika di Suriah, Irak dan Afghanistan. Bukankah banyak di antaranya adalah anak-anak?
Dari penelitian yang diterbitkan bulan Juli di kota Irak Fallujah yang dibom oleh AS pada tahun 2004, dilaporkan adanya peningkatan drastis angka kematian bayi yang cacat serius sejak lahir. Selain itu penduduk yang menderita kanker dalam 10 tahun terakhir melebihi jumlah korban yang selamat dari pengeboman di Hiroshima dan Nagasaki. AS tentu tidak berarti satu-satunya negara yang telah menargetkan penduduk sipil untuk kepentingan politik atau militer. Pengeboman oleh Inggris atas Kota Jerman Dresden selama Perang Dunia Kedua juga menewaskan puluhan ribu orang.
Yang lebih memalukan, Amerika menjadi pendukung utama rezim-rezim represif di negeri-negeri Islam seperti Mesir, Suriah, Irak dan Afghansitan. Rezim-rezim itu membantai rakyatnya sendiri tidak lain untuk mengamankan kepentingan Amerika di kawasan negeri-negeri Islam. Sejak masa Gamal Abdul Nasser, Anwar Sadat, Husni Mubarak, hingga as-Sisi sekarang, Amerika menjadi donatur terbesar rezim Mesir yang dikenal sadis. Apalagi alasannya kalau bukan memerangi umat Islam yang mereka tuding teroris, ekstremis dan radikal hanya karena ingin memperjuangkan Islam?
Perdamaian seperti apa yang dimaksudkan Amerika sebagai misi negara mereka saat negara imperialis ini mendukung habis-habisan penjajah Zionis Israel yang membantai umat Islam di Palestina?
Ideologi Pembunuh
Apa yang dilakukan Amerika Serikat sekarang ini tidak lain merupakan penyesatan politik (tadhlîl as-siyâsi) untuk menutupi kejahatan sekaligus kegagalan ideologi mereka. Kejahatan Amerika yang berpangkal dari ideologi merusak dan rakus Kapitalisme ini berusaha ditudingkan pada ideologi Islam. Seolah-olah Islamlah yang paling bertanggung jawab atas kerusakan di dunia saat ini. Ini tentu klaim yang konyol. Pasalnya, justru ideologi dunia yang dominan saat ini adalah Kapitalisme global. Ideologi inilah yang digunakan untuk mengatur dunia saat ini di bawah pimpinan Amerika. Lalu mengapa kesalahan ditimpakan pada ideologi Islam, yang saat ini tidak diterapkan oleh satu negara Muslim pun?
Kita kembali menegaskan bahwa ideologi Kapitalisme yang diusung oleh negara-negara Baratlah yang menjadi pangkal berbagai kerusakan dan kekacauan di dunia saat ini. Negara-negara Baratlah teroris sesungguhnya.
Kapitalisme merupakan ideologi yang lahir dari pengabaian manusia terhadap agama dan kerakusan manusia akan materi. Menyebarluas-kan ideologi Kapitalisme menjadi tujuan politik luar negeri negara-negara Barat dengan satu metode yang baku, yaitu penjajahan. Ideologi inilah yang mendorong Barat untuk melakukan penjajahan di seluruh dunia, merampok kekayaan alam negara-negara lain untuk kepentingan mereka. Tidak peduli apakah harus membunuh puluhan jutaan orang. Sejarah mencatat bagaimana kolonialisme Barat telah membunuh puluhan jutaan orang.
Lihatlah jejak berdarah Prancis yang mengklaim sebagai pembela demokrasi dan HAM. Negara ini pernah mengumpulkan 400 ulama Muslim pada saat menjajah Chad tahun 1917 dan memenggal kepala mereka yang mulia ini. Penjajah Prancis pada tahun 1852 membakar sepertiga kota dalam satu malam saat memasuki kota Aghwat di Aljazair tahun 1852. Diperkirakan lebih dari 10 juta Muslim Aljazair dibunuh Prancis saat menjajah negeri Islam sejak tahun 1830 hingga keluar pada tahun 1962.
Dalam catatan Jamil Salmi, dalam bukunya, Violence and Democatic Society, Amerika telah melakukan intervensi ke negara lain antara 1798-1895 M sebanyak 103 kali, antara tahun 1896-1945 sebanyak 57 kali dan dalam rentang tahun 1945-2001 sebanyak 218 kali. Amerika juga menjadi Otak Kudeta Berdarah di: Iran (1953), Guatemala (1954), Kuba (1961 dan 1971), Brazil (1964), Indonesia (1965), Yunani (1967), Chili (1973), Angola (1974-1975), Jamaika (1975), Grenada (1983), Nikaragua (sejak 1984).
Amerika memang dikenal sebagai sosok negara yang haus perang. Moris Berman, dalam buku Dark Ages America: The Final Phase of Empire (2006), menggambarkan Amerika sebagai sebuah kultur dan emosional yang rusak oleh peperangan; menderita karena kematian spiritual dan dengan intensif mengeskpor nilai-nilai palsunya ke seluruh dunia dengan menggunakan senjata.
Pengkhianatan Para Penguasa Negeri Islam
Kedatangan para penguasa negeri Islam dalam KTT Amerika Islam Arab di Riyadh kemarin jelas merupakan bentuk pengkhianatan. Alih-alih menjadikan Amerika sebagai musuh utama karena telah merampok negeri-negeri Islam, merampas kekayaan alamnya dan membunuhi umat Islam, mereka malah bekerjasama dan menjadikan Amerika Serikat menjadi pemimpin utama mereka.
Semuanya paham, perang melawan terorisme , termasuk radikalisme dan ekstremisme di bawah pimpinan Amerika, tidak lain adalah perang melawan Islam dan umat Islam. Faktanya, yang mereka tuding teroris adalah para pejuang Islam Palestina yang hendak membebaskan negeri mereka dari penjajahan Zionis Israel. Siapa yang mereka tuding sebagai kelompok radikal dan ekstremis adalah umat Islam yang menginginkan penerapan syariah Islam secara totalis, bersatu dibawah naungan Khilafah.
Mereka pun memanfaatkan para penguasa negeri Islam untuk memerangi rakyatnya sendiri. Para penguasa itu menjadi boneka-boneka negara imperialis. Lihatlah, bagaimana para penguasa negeri Islam, termasuk di Indonesia, sibuk memerangi umat Islam yang menginginkan tegaknya syariah dan Khilafah. Bekerjasama dengan para penguasa negeri Islam, mereka menggunakan berbagai strategi seperti memberikan stigma negatif terhadap syariah Islam, mengkriminalisasi ajaran Islam yang mulia seperti Khilafah, mengadu-domba antar kelompok umat Islam hingga bertindak represif seperti menangkap, menyiksa hingga membunuh para pejuang Islam di berbagai negeri Islam.
Kejahatan para penguasa itu juga dibongkar dalam Laporan Open Society Foundation (OSF) yang terbit Selasa, 5 Februari 2013. Dalam laporan yang berjudul, ”Globalizing Torture: CIA Extraordinary Rendition and Secret Detention”, disebutkan secara nyata keterlibatan penguasa negeri-negeri Muslim seperti Afghanistan, Aljazair, Azerbaijan, Bosnia-Herzegovina, Mesir, Libya, Malaysia, Moroko, Pakistan, Arab Saudi, Somalia, Suriah, Turki, Uni Emirat Arab, Uzbekistan, Yaman dan Indonesia dalam kejahatan global yang dilakukan oleh CIA. Studi ini menyoroti program rendition (pemindahan seseorang ke negara lain tanpa melalui proses hukum) dan penahanan rahasia yang dilakukan dinas rahasia Amerika Serikat, CIA, paska serangan teroris 11 September 2001 ke negara itu.
Jadi, apa yang dilakukan Donald Trump, tidak berbeda dengan para pemimpin Amerika lainnya, termasuk Obama. Semuanya memusuhi umat Islam dan menghentikan keinginan umat Islam untuk bersatu di bawah naungan Khilafah. Pasalnya, Barat tahu persis, tegaknya Khilafah yang akan menerapkan syariah Islam secara totalitas dan menyatukan negeri Islam, menjadi ancaman nyata bagi penjajahan mereka di negeri-negeri Islam. [Farid Wadjdi]