HTI

Opini (Al Waie)

Ukhuwah Umah, Lawan Penjajah


Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Semboyan bangsa tersebut sepertinya layak untuk kembali digelorakan kembali. Pasalnya, kondisi bangsa saat ini begitu darurat, terutama karena cengkeraman asing dalam menjajah dan menjarah negeri pertiwi. Anehnya, birahi asing dalam mendekap zamrud khatulistiwa sangat minim tersentuh media. Sebaliknya, umat Islam yang sejatinya tidak bermasalah justru dilagakan melalui stigmasisasi negatif antargerakan. Umat dikesankan ribut dan membawa kegaduhan hingga ulama dikriminalkan dan ormas Islam terancam dibubarkan.

Adu-domba. Pecah-belah. Itu adalah strategi politik para penjajah sejak dulu. Hingga kini ketiadaan Khilafah tidak juga membuat hati para penjajah merasa puas. Mereka berambisi untuk terus mencabik-cabik negeri kaum Muslim hingga menjadi lemah untuk kemudian dikuasai. Cara jitu adalah dengan membuat kegaduhan antar internal bangsa untuk kemudian memancing di air keruh. Hal ini wajar, karena tabiat dari penjajah adalah serakah. Karena itu bermacam cara akan mereka halalkan demi mencapai kepuasan.

Indonesia yang merupakan negeri berpenduduk Muslim terbesar dengan kekayaan alam yang melimpah, juga tidak luput dari cengkraman para penjajah. Kapitalisme yang bercokol di bangsa ini menjadi alat penjajahan gaya baru. Melalui undang-undang yang diproduksi untuk kepentingan mereka. jadilah penjajahan elit, legal dengan adanya perundang-undangan. Melalui penerapan ideologi ini pula, rakyat pada umumnya tidak sadar bahwa mereka berada pada gelanggang penjajahan. Tiba-tiba rakyat mati perlahan karena kelaparan, narkobaan, pelacuran, mabuk-mabukan, penyakitan akibat pergaulan bebas, dan sederet permasalahan lainnya. Perlahan tapi pasti, rakyat berjatuhan tak berdaya di negeri zamrud khatulistiwa. Ini semua akibat dari ideologi penjajah: Kapitalisme.

Tatkala umat hendak bersatu dan bangkit, berbagai fitnah justru dilontarkan oleh para pemegang tampuk kekuasaan. Labelisasi disematkan pada gerakan yang berakhir keresahan. Akibatnya, sesama Muslim saling curiga dan bermusuhan. Umat tersibukkan dengan pertikaian. Pada saat yang sama, penjajah beserta para antek-antek keji segera beraksi sesuka hati menjarah negeri ini.

Saatnya umat Islam bersatu menjadi benteng terkokoh untuk menyelamatkan negeri ini dari penjajahan. Sejalan agaknya, bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh jika disandingkan dengan ukhuwah ummah, lawan penjajah; menuju Islam kâffah di bawah naungan Khilafah. Allahu Akbar! [Wulan Citra Dewi, S.Pd.; Ibu Rumah Tangga]

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*