Hizbut Tahrir adalah partai politik yang berlandaskan Islam. Politik merupakan kegiatannya. Islam adalah mabda’ (ideologi)-nya. Politik yang dimaksud tentu adalah politik Islam, yakni mengurusi berbagai urusan umat Islam dengan akidah dan syariah Islam. Hizbut Tahrir melakukan aktivitas politiknya di tengah-tengah umat dan bekerjasama dengan mereka.
Sebagai gerakan dawah, Hizbut Tahrir memiliki tujuan: (1) melangsungkan kehidupan Islam; (2) mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia; (3) menyampaikan hidayah (petunjuk syariah) bagi umat manusia. Dengan tujuan ini berarti Hizbut Tahrir mengajak umat Islam agar kembali hidup dalam naungan Islam; agar seluruh kehidupan mereka diatur dengan aturan Islam hingga terwujud masyarakat Islam. Masyarakat Islam inilah yang pernah hadir berabad lamanya, meliputi sebagian besar belahan dunia, menerapkan hukum-hukum Islam, menyebarluaskan dakwah Islam ke seluruh penjuru alam, sehingga menghasilkan peradaban gemilang. Itulah peradaban yang lahir dari akidah Islam di bawah naungan Khilafah Islam.
Hizbut Tahrir Memperjuangkan Islam
Sebagai partai politik Islam, tentu yang diperjuangkan Hizbut Tahrir adalah Islam. Hizbut Tahrir memandang bahwa berbagai kerusakan dan permasalahan yang terjadi di dunia, termasuk di Indonesia, karena pelanggaran dan penyimpangan manusia terhadap ketentuan syariah-Nya, yakni karena syariah Islam tidak diterapkan. Karena itu satu-satunya jalan agar berbagai persoalan umat Islam dapat diselesaikan adalah dengan menerapkan syariah Islam secara total (kâffah). Penerapan syariah Islam pasti akan mewujudkan rahmat bagi semesta alam. Ini sesuai dengan misi pengutusan Rasulullah saw. dengan membawa syariah dan hukum-hukum-Nya.
Rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil ‘âlamîn) merupakan konsekuensi logis dari penerapan Islam secara kâffah dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Rahmat tidak akan terwujud jika Islam hanya diambil sebagai simbol, slogan, asesoris dan pelengkap “penderita” yang lain. Rahmat tidak akan ada jika Islam hanya diambil ajaran spiritual dan ritualnya saja, sementara ajaran politiknya ditinggalkan, dan yang diambil malah paham politik dari Kapitalisme maupun Sosialisme, yang notabene bertentangan dengan Islam.
Dalam konteks Indonesia, perjuangan penegakan syariah Islam adalah bukti kecintaan Hizbut Tahrir terhadap negeri ini. Hizbut Tahrir menginginkan Indonesia menjadi negeri yang lebih baik; negeri yang makmur sejahtera, bukan hanya untuk umat Islam tetapi seluruh warga Negara; negeri yang penuh dengan kebaikan dan keberkahan, negeri yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.
Hizbut Tahrir Membangkitkan Umat
Sejak keruntuhan Khilafah dan sekularisasi Dunia Islam terjadi secara massif, taraf berpikir umat berada pada posisi yang sangat rendah. Mereka diasingkan dengan ajaran Islam. Kalaupun mereka mengetahui ajaran Islam, tak lebih hanya ajaran yang sifatnya ibadah mahdhah semata. Sebaliknya, ajaran Islam dalam perkara siyâsah (politik), semisal ajaran Khilafah, disembunyikan, tidak boleh diajarkan bahkan dikriminalisasi. Akibatnya, umat Islam bukan hanya asing dengan ajaran agamanya melainkan menjadi takut dengan konsep dan ajaran Islam. Umat Islam pun sengaja dicekoki dengan pemikiran Barat yang merusak, semisal demokrasi, liberalisme, hedonisme, dan lainnya.
Hizbut Tahrir hadir untuk membangkitkan umat dengan kebangkitan yang hakiki, yakni kebangkitan yang lahir dari ideologi (mabda) Islam. Adapun yang dimaksud dengan kebangkitan (an-nahdhah) yang sahih adalah ketinggian taraf berpikir (ar-raqi al-fikr) yang memiliki karakter mendalam (‘umûq) dan menyeluruh (syumûl).
Karena itu Hizbut Tahrir senantiasa menanamkan dan mengajarkan ideologi Islam kepada umat. Hizbut Tahrir mengajari mereka bahwa Islam bukan sekadar agama ritual dan spiritual, tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan. Hizbut Tahrir juga mengajarkan bagaimana cara mewujudkan ideologi Islam, yakni dengan merealisasikan ajaran Khilafah Islam dalam kehidupan.
Hizbut Tahrir Menentang Penjajahan
Siapapun tidak bisa membantah fakta bahwa negeri ini sungguh dikaruniai oleh Allah SWT kekayaan alam yang berlimpah-ruah. Namun sayang, limpahan kekayaan alam itu sampai kini belum dapat dinikmati oleh mayoritas rakyat Indonesia. Meski diliputi oleh limpahan kekayaan alam, puluhan juta rakyat negeri ini tergolong miskin. Mayoritas rakyat di negeri ini justru hidup dalam kondisi yang tertindas dan sengsara. Negeri ini juga dilanda aneka masalah di segala bidang; ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan, keamanan, dsb.
Apa yang menyebabkan itu semua? Tidak lain karena penjajahan Kapitalisme yang diimplementasikan dalam dua strategi penjajahan, yakni neoliberalisme dan neoimperialisme. Neoliberalisme adalah paham yang menghendaki pengurangan peran negara dalam bidang ekonomi. Dalam pandangan neoliberalisme, negara dianggap sebagai penghambat utama penguasaan ekonomi oleh individu/korporat. Negara neoliberal adalah negara yang dikendalikan oleh persekongkolan jahat antara elit politik dan pengusaha. Akibatnya, keputusan-keputusan politik tidak dibuat untuk kepentingan rakyat, tetapi untuk kepentingan korporat baik domestik maupun asing.
Selain neoliberalisme, Indonesia juga dijerat oleh jeratan neoimperialisme. Neoimperialisme adalah penjajahan gaya baru. Kalau dulu Indonesia dijajah secara fisik dan militer, kini Indonesia dijajah dengan intervensi mereka di bidang politik, yakni demokratisasi. Sistem politik demokrasi inilah yang menjadi pintu masuk penjajahan Barat. Mereka, para kapitalis, memanfaatkan Pilkada, Pemilu dan Pilpres untuk menempatkan antek-antek mereka di Eksekutif dan Legislatif. Kini telah terbukti, ada puluhan UU yang draft-nya dibuat oleh pihak asing seperti UU Migas, UU PMA, UU Kelistrikan, UU SDA, UU Perbankan dan sejenisnya yang jelas-jelas telah meliberalisasi sektor-sektor vital di Indonesia.
Hizbut Tahrir dengan tegas mengkritik dan menentang segala bentuk penjajahan, terutama penjajahan yang terus berlangsung hingga saat ini di Indonesia dan di berbagai negara, yakni penjajahan ideologi Kapitalisme. Ruh menentang penjajahan sesungguhnya sudah tercermin ketika pendiri Hizbut Tahrir, Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, memberi nama gerakannya dengan sebutan “Hizbut Tahrir”, yakni Partai Pembebasan (Liberation Party). Seolah beliau hendak mengatakan, bahwa kehadiran Hizbut Tahrir adalah untuk membebaskan dunia Islam dari berbagai macam penjajahan, baik penjajahan militer, politik, ekonomi hingga budaya.
Dalam melakukan penentangan terhadap ideologi Kapitalisme, Hizbut Tahrir tak segan-segan membongkar berbagai konspirasi jahat yang dilakukan para kapitalis asing dan para kompradornya, mengungkap makar busuk dan menjelaskan bahaya bahayanya. Tujuannya agar publik mengetahui dan mewaspadai, bahwa mereka sedang ada dalam bahaya besar, bahaya penjajahan.
Sepak terjang Hizbut Tahrir inilah yang sering membuat para kapitalis dan antek anteknya berang karena kedok jahat mereka dalam menguasai Indonesia terbuka di hadapan rakyat.
Hizbut Tahrir Membela Kepentingan Umat
Hizbut Tahrir berasal dari umat, berada di tengah-tengah umat dan berjuang bersama dengan umat. Karena itu hal yang sangat diperhatikan oleh Hizbut Tahrir adalah kepentingan umat. Aktivitas pendidikan politik yang dilakukan oleh Hizbut Tahrir, di antaranya dalam rangka memastikan, bahwa masyarakat, terutama penguasa, memahami hak dan kewajibannya. Di antara kewajiban penting penguasa adalah memastikan bahwa seluruh anggota masyarakat terpenuhi berbagai kebutuhan mereka, terutama kebutuhan dasar, serta diharamkan membuat kebijakan yang membebani urusan masyarakat.
Karena itu Hizbut Tahrir akan selalu mengingatkan dan mengkritik penguasa yang melepaskan tanggung jawab mereka dalam mengurusi berbagai urusan umat. Hizbut Tahrir juga akan menentang kebijakan penguasa yang menzalimi rakyat. Hizbut Tahrir pun akan memberikan masukan dan solusi sesuai dengan pandangan syariah Islam.
Dalam kasus BBM (Bahan Bakar Minyak), misalnya, Hizbut Tahrir menentang kebijakan Pemerintah yang mencabut subsidi BBM sehingga berakibat kenaikan harga BBM. Hizbut Tahrir menyoal kenaikan harga BBM karena selalu diikuti dengan berbagai kenaikan barang dan jasa, yang pasti membebani rakyat. Hizbut Tahrir pun menentang kebijakan pencabutan subsidi BBM karena sejatinya kebijakan tersebut bukan untuk kepentingan rakyat, melainkan untuk kepentingan korporasi asing. Hizbut Tahrir memandang bahwa dengan penghapusan subsidi BBM akan memuluskan jalan perusahaan asing menguasai bisnis migas di sektor hilir. Sebelumnya, mereka telah berhasil menguasai migas Indonesia di sektor hulu. Hizbut Tahrir memandang bahwa akar permasalahan migas di Indonesia karena liberalisasi sektor migas yang dilegalisasi melalui UU Migas. Dalam hal ini, Hizbut Tahrir memberikan solusi fundamental, yakni bahwa minyak dan gas termasuk dalam kategori kepemilikan umum yang harus dikuasai dan dikelola oleh negara, dan tidak boleh dikuasai pihak swasta atau asing.
Dalam kasus BPJS, misalnya, Hizbut Tahrir menolak keras BPJS bahkan sejak awal RUU SJSN disosialisasikan ke tengah publik. Hizbut Tahrir memandang bahwa program BPJS adalah bentuk pengalihan tanggung jawab negara kepada rakyat. Dengan kata lain, Hizbut Tahrir menilai Pemerintah berlepas tangan dalam mengurusi urusan kesehatan masyarakatnya. Padahal masalah kesehatan merupakan permasalahan yang sangat mendasar. Hizbut Tahrir memandang bahwa program BPJS ini akan semakin menambah beban masyarakat di tengah berbagai himpitan ekonomi. Hizbut Tahrir menuntut Pemerintah harus bertanggung jawab terhadap kesehatan rakyatnya, dengan menanggung biaya kesehatan, dan tidak menyerahkannya kepada rakyat.
Masih banyak lagi pembelaan Hizbut Tahrir terhadap berbagai kepentingan umat.
Hizbut Tahrir Mempersatukan Umat
Hizbut Tahrir memahami betul konsep ukhuwwah islamiyyah. Hizbut Tahrir memandang bahwa umat Islam di seluruh dunia adalah bersaudara, karena diikat oleh ikatan yang sama, yakni akidah Islam. Saat ini ukhuwwah islamiyyah seolah hanya menjadi jargon semata; hanya enak didengar tetapi tak pernah bisa diwujudkan dalam kenyataan. Setelah keruntuhan Khilafah, negeri kaum Muslim dikerat oleh Barat. Saat ini saja wilayah kaum Muslim yang dulunya satu, kini terpecah menjadi lebih dari 50 negara bangsa. Sekat Negara-bangsa inilah yang sejatinya menjadi penghalang abadi ukhuwwah islamiyyah.
Sebagai contoh, puluhan tahun permasalahan Palestina tak kunjung selesai. Hizbut Tahrir senantiasa menyeru penguasa negeri Muslim, bahwa permasalahan Palestina hanya akan selesai jika umat Islam bersatu untuk mengusir penjajah Israel yang menjajah wilayah negeri kaum Muslim. Permasalahan Palestina seolah bukan permasalahan kita, karena mereka berada di negara dan bangsa yang berbeda. Begitupun halnya dengan permasalahan Muslim Rohignya yang terusir dari negerinya. Karena alasan bahwa mereka berbeda bangsa, tidak ada satu pun negeri muslim yang mau menerima kehadiran mereka. Padahal mereka adalah saudara kita.
Hizbut Tahrir juga memandang bahwa ukhuwwah islamiyyah akan terwujud dalam kenyataan jika umat Islam bukan hanya disatukan oleh ikatan akidah, melainkan juga oleh ikatan negara, yakni Khilafah dan dipimpin oleh satu orang imam, yakni khalifah. Di sinilah urgensinya seruan Hizbut Tahrir agar umat Islam bersatu dalam naungan Khilafah Islamiyah, karena hanya dengan Khilafahlah umat Islam dapat bersatu, menyelesaikan berbagai permasalahan Dunia Islam dan merasakan secara nyata manisnya ukhuwwah islamiyyah.
Penutup
Demikianlah sekilas gambaran sepak terjang Hizbut Tahrir, khususnya Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Perlu dipahami bahwa berbagai aktivitas yang dilakukan oleh HTI adalah karena kecintaan HTI pada negeri ini. HTI tidak rela negeri yang begitu indah dan kaya ini malah dinikmati oleh penjajah asing, bukan oleh penduduknya sendiri. HTI tidak rela negeri yang berlimpah kekayaan ini dikelola dengan cara yang salah, cara yang menyalahi syariah. HTI pun senantiasa konsisten menapaki jalan Rasulullah saw. dalam dakwahnya. Itulah jalan dakwah yang berupaya mengubah pemikiran dan menggugah perasaan umatnya, secara damai dan menjauhi sejauh-jauhnya jalan kekerasan. WalLâhu a’lam. [Luthfi Afandi]