Hizbut Tahrir sebagai sebuah gerakan dakwah merintis jalan perjuangannya dengan berliku. Berbagai onak dan duri mewarnai perjalanan dakwahnya. Lebih dari setengah abad sejak berdirinya, kini Hizbut Tahrir mencapai wilayah-wilayah di hampir semua benua. Tidak hanya di negara-negara yang mayoritas penduduknya Muslim, Hizbut Tahrir juga berhasil menembus negara dengan mayoritas non-Muslim.
Dakwah Hizbut Tahrir bermula di Al-Quds, Palestina. Menjelang kelahirannya, pergolakan politik mewarnai kawasan Timur Tengah. Kaum zionis Yahudi berhasil mendirikan negara Israel pada Mei 1948. Saat itu bangsa Arab tidak berdaya menghadapi para gangster Yahudi dan sekutu-sekutu Inggris yang berkuasa di Yordania, Mesir dan Irak. Kelemahan umat Islam ini tak bisa dilepaskan dari keruntuhan Kekhilafahan terakhir di Turki 1924.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh banyak organisasi Islam dan gerakan nasionalisme untuk membangkitkan kaum Muslim. Mereka berupaya meningkatkan taraf pendidikan, pemikiran, keagamaan dan sosial dalam rangka mengembalikan Khilafah. Namun, semuanya gagal.
Beranjak dari sana, pendiri Hizbut Tahrir Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani menggunakan segala kemampuannya untuk mengkaji secara mendalam dan penuh perhatian berbagai kelompok (partai), gerakan dan organisasi yang telah berdiri sejak abad ke-4 Hijrah. Ia kemudian sampai pada kesimpulan bahwa penyebab kemunduran kaum Muslim adalah hilangnya aspek pemikiran dari diri mereka. Karena itu kebangkitan yang benar mustahil terwujud kecuali dengan membangun taraf intelektual yang tinggi berdasakan pondasi ruhiah.
Merintis Jalan Perjuangan
Tahun 1948, Syaikh Taqiyuddin membangun pondasi bagi sebuah partai politik. Sebelumnya ia telah melakukan pertemuan dengan para ulama dan pemikir baik aktivis organisasi Islam, partai politik nasionalis dan kebangsaan. Syaikh Taqiyuddin menawarkan ide mendirikan partai politik berasaskan Islam dengan tujuan untuk membangkitkan kaum Muslim dan mengembalikan kemuliaan dan kekuataannya. Ia pun melontarkan berbagai problem politik dan solusinya dalam berbagai orasinya di setiap acara keagamaan di Masjid al-Aqsha, Masjid Ibrahim al-Khalil, dan masjid lainnya. Ia menyerang sistem politik yang dijalankan bangsa Arab, membongkar rencana politik negara-negara Barat, serta mengungkap tujuan jahat mereka terhadap Islam dan kaum Muslim. Dengan sabar Syaikh Taqiyudin membuka mata kaum Muslim agar mereka menyadari kewajiban mereka dan mengajak mereka untuk mendirikan partai politik berasaskan Islam.
Langkah Syaikh Taqiyuddin ini berhasil meyakinkan sekelompok ulama terpandang, para hakim terkemuka serta tokoh politik dan pemikiran terkenal untuk mendirikan sebuah partai politik berasaskan Islam. Sebelumnya ia telah menyiapkan kerangka organisasi partai dan pemikiran-pemikiran yang digunakan sebagai bekal tsaqâfah-nya.
Hizbut Tahrir terbentuk secara resmi mulai Sabtu, 28 Jumadil Tsani 1372H/14 Maret 1953 M. Untuk memperlancar kegiatan kepartaian, Hizbut Tahrir menyewa tempat di Kota al-Quds di depan pintu al-Amud dan memasang papan namanya.
Tak begitu lama, berselang delapan hari setelah pengumuman legalitas Hizbut Tahrir, tepatnya 22 Maret 1953 M, Pemerintah Yordania mengeluarkan penjelasan bahwa partai ini ilegal dan para pendirinya dilarang mengadakan kegiatan apapun. Tepat 1 April 1953 M, Pemerintah memerintahkan pencabutan papan nama Hizbut Tahrir. Para pendiri Hizbut Tahrir ditangkap dengan alas an: (1) metode yang ditempuh Hizbut Tahrir tidak sesuai undang-undang; (2) ideologi yang diemban Hizbut Tahrir bertentangan dengan UUD. Namun, para anggota Hizbut Tahrir berhasil meyakinkan sejumlah wakil rakyat dan pejabat kabinet di Amman untuk membebaskan Syaikh Taqiyuddin dan koleganya pada 9 April 1953. Pada 1 Juni 1953 Hizbut Tahrir mengeluarkan penjelasan bahwa tindakan Pemerintah itu bertentangan dengan keadilan dan hak dasar warga negara serta membantah alasan Pemerintah.
Menyebar ke Seluruh Dunia
Hizbut Tahrir tidak ambil pusing dengan sikap permusuhan Pemerintah Yordania. Gerakan dakwah ini terus bergerak maju dalam berdakwah. Kampanye penyadaran masyarakat akan pentingnya mengembalikan kehidupan Islam terus dilakukan. Langkah ini berhasil. Ide-ide Hizbut Tahrir menyebar di wilayah Yordania. Kenyataan ini membuat Pemerintah marah dan kemudian mengambil tindakan represif guna mencegah perkembangan Hizbut Tahrir dan organisasinya. Puncaknya adalah pendeportasian pendiri Hizbut Tahrir Syaikh Taqiyuddin ke ke luar negeri pada November 1953.
Syaikh Taqiyuddin pergi ke Damaskus. Namun, di sana ia tidak lama. Ia dibuang oleh intelijen Suriah di perbatasan Suriah dan Libanon. Penguasa Lebanon pun melarang Syaikh Taqiyuddin memasuki wilayah negara tersebut. Namun, berkat intervensi Syaikh Hasan al-Ulaya—Mufti Libanon waktu itu—Syaikh Taqiyuddin bisa masuk.
Dakwah Hizb di Yordania dan Palestina sendiri terus berkembang meski tidak ada Syaikh Taqiyuddin. Perkembangan Hizb di sana seperti digambarkan orang “seperti api membakar rumput kering”. Partai ini memperlihatkan berbagai kegiatan yang mengagumkan dan publikasi-publikasinya senantiasa ada di tangan masyarakat.
Tidak berhenti di wilayah tersebut, sekelompok syabab Hizb kemudian masuk ke Irak dan memperkenalkan pemikiran-pemikiran Hizbut Tahrir. Dalam waktu singkat, terbentuklah kelompok berkualitas yang terdiri dari sejumlah tokoh ternama. Kemajuan Hizb ini membuat Partai Baats—partai berkuasa—mengambil tindakan represif terhadap para pimpinan Hizb Irak. Salah satu tokoh Hizbut Tahrir Irak, Abdul Ghani al-Malah, syahid di tangan algojo.
Dakwah Hizb terus menembus berbagai barikade pada periode 1970-an. Syabab harus menghadapi penangkapan dan penyiksaan. Salah satu yang disiksa adalah pendiri Hizbut Tahrir Syaikh Taqiyuddin. Namun berkat intervensi penanggung jawab Libanon dan Suriah, Syaikh Taqiyuddin akhirnya dibebaskan.
Dakwah Hizbut Tahrir terus tumbuh di berbagai negara melalui perantaraan para pelajar dan mahasiswa serta komunitas Arab asal Palestina, Suriah, Yordania dan Libanon. Pengaruh Hizb dapat dirasakan di Timur Tengah seperti Kuwait, Irak, Mesir, Tunisia dan Libya. Awalnya gerak dakwah Hizb sangat menonjol di negeri-negeri Islam, kemudian sampai pula ke negeri di luar Dunia Islam hingga ke Amerika Serikat dan Rusia. Semua dilalui dengan tidak mudah, bahkan menghadapi risiko kezaliman.
HTI dan Kiprahnya
Pada awal 1980-an, pemikiran Hizbut Tahrir masuk ke Indonesia melalui seorang asal Libanon, Syaikh Abdurrahman Al-Baghdady. Ia dibawa ke Indonesia oleh ulama terkenal Mamak Abdullah bin Nuh. Pemikiran-pemikiran Hizb yang diperkenalkan Al-Baghdadi mampu menarik perhatian aktivis masjid kampus ini. Mulailah dibuat halaqah–halaqah kecil untuk mengeksplorasi gagasan-gagasan HT. Buku-buku HT, seperti Asy-Syakshiyah Islâmiyyah, Al-Fikr al-Islâmi, Nizhâm al-Islâm pun dikaji serius. Melalui Jaringan Lembaga Dakwah Kampus, pemikiran Hizb menyebar ke kampus-kampus; dari Bogor kemudian meluas ke Bandung, Malang, Surabaya hingga Makassar.
Dakwah waktu itu berlangsung secara tertutup. Tak heran, perkembangannya lambat, apatah lagi menghadapi rezim Orde Baru waktu itu yang sangat alergi terhadap Islam. Kendati begitu, dakwah tak pernah surut dan terus menembus barikade penghalang hingga ke seluruh lapisan masyarakat. Akhirnya, Hizbut Tahrir di Indonesia mendeklarasikan diri sebagai Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) pada awal abad 21 dan secara resmi diakui sebagai Badan Hukum Perkumpulan pada 2014.
Lebih dari 20 tahun HTI berkiprah di tengah masyarakat Indonesia. Selama itu HTI tidak pernah merugikan negara dan rakyat apatah lagi memberikan ancaman kepada negeri ini. Sebaliknya, HTI terus-menerus menentang apa yang telah dan terus menjadi ancaman sesungguhnya bagi negeri ini. Itulah neoliberalisme dan neoimperialisme. HTI terus-menerus menyerukan perbaikan dan kebaikan bagi negeri ini sebagai bagian dari anak bangsa yang cinta kepada negerinya.
Melalui kegiatan dakwah yang dilakukan secara intensif di seluruh wilayah Indonesia, HTI telah memberikan kontribusi penting bagi pembangunan SDM negeri ini yang bertakwa dan berkarakter mulia. Ini jelas sangat diperlukan di tengah berbagai krisis yang tengah dialami oleh negara ini seperti korupsi yang berpangkal pada lemahnya integritas SDM yang ada.
Salah satu masalah utama negeri ini adalah masalah SDM. Kualitas SDM sangat menentukan. Melalui edukasi dan pembinaan masyarakat yang terus dilakukan, HTI sangat peduli untuk membentuk SDM negeri ini yang bertakwa dan berintegritas. SDM yang bertakwa dan berintegritas akan melahirkan insan-insan yang amanah, bertanggung jawab dan profesional. Masih maraknya korupsi, kriminalitas, seks dan pergaulan bebas dan seabrek masalah sosial lainnya, semuanya berujung pada masalah kualitas SDM. Justru di sinilah salah satu core aktivitas HTI, yaitu mewujudkan SDM yang bertakwa dan berintegritas. Semua itu jelas merupakan kontribusi yang besar sekali bagi perbaikan negeri ini.
HTI juga terlibat dalam usaha mengkritisi berbagai peraturan perundangan liberal yang bakal merugikan bangsa dan negara seperti UU Migas, UU SDA, UU Penanaman Modal, juga UU Sisdiknas dan lainnya. Ada puluhan (ada yang mengatakan lebih dari 76) UU yang bercorak liberal. UU liberal itu telah menimbulkan banyak problem dan kerugian bagi negeri dan bangsa ini. Liberalisasi migas, liberalisasi sektor keuangan, liberalisasi pendidikan, liberalisasi budaya dan lainnya telah membuat hidup rakyat negeri ini dirundung banyak masalah. Melalui UU Minerba dan UU Migas, barang tambang dan migas makin banyak dikuasai oleh swasta dan sebagian besarnya swasta asing. Tentu hasilnya banyak mengalir untuk kesejahteraan mereka. Rakyat justru harus menanggung kesulitan sebagai dampaknya, seperti kenaikan harga BBM, larinya sebagian dari sumber pemasukan negara yang berakibat rakyat harus makin besar menanggung beban pembiayaan negara melalui pajak yang terus bertambah baik dari sisi jumlah maupun ragamnya. Liberaliasi pendidikan membuat pendidikan makin mahal dan hanya orang mampu saja yang bisa mendapatkan pendidikan berkualitas. Langkah HTI mengkritisi berbagai UU liberal itu pada dasarnya merupakan upaya untuk menyelamatkan dan menghindarkan rakyat negeri ini dari dampak buruk berbagai UU liberal itu. Hal itu merupakan sebagian kontribusi nyata untuk mencapai tujuan nasional mewujudkan kemakmuran bagi seluruh rakyat negeri ini.
HTI juga punya perhatian besar terhadap nasib generasi muda. HTI melakukan beragam aktivitas dalam rangka membina para pemuda dan remaja menjadi pemuda dan remaja yang bertakwa dan berintegritas. Di samping itu, HTI juga turut terlibat secara aktif menyelamatkan generasi muda dari ancaman narkoba dan seks bebas. Di antaranya HTI terlibat aktif dalam sosialisasi anti narkoba, yang di sebagian daerah bekerjasama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN).
HTI juga memberikan perhatian yang sangat besar terhadap keutuhan negeri ini. Hal itu ditunjukkan dengan langkah HTI yang secara konsisten menentang gerakan separatisme dan upaya disintegrasi. Hal itu tampak ketika banyak pihak tidak bersuara menentang separatisme seperti OPM dan RMS, HTI tetap bersuara kritis memperingatkan dan menentang upaya separatisme itu. Begitu pula pada saat referendum Timor Timur yang berujung pada lepasnya Timot Timur dari kesatuan negeri ini, HTI menentang keras referendum dan memperingatkan semua pihak khususnya Pemerintah kala itu bahwa referendum adalah upaya konspirasi internasional untuk memisahkan Timor Timur dari Indonesia. HTI bahkan mengirimkan surat terbuka kepada Presiden kala itu untuk memperingatkan hal itu. Terbukti, apa yang diperingatkan oleh HTI benar-benar terjadi. Referendum berujung lepasnya Timor Timur dari negeri ini.
HTI juga terlibat dalam usaha membantu para korban bencana alam di berbagai tempat, seperti tsunami Aceh (2004). Sehari setelah terjadi tsunami, HTI sudah hadir memberikan bantuan di Aceh. Beragam aktivitas yang dilakukan oleh relawan HTI di sana kala itu, mulai dari evakuasi korban baik korban selamat ataupu korban meninggal, menyalurkan bantuan yang digalang secara nasional, melakukan program pemulihan (recovery) mental dan banyak lainnya. Begitu juga ketika terjadi musibah gempa Jogjakarta tahun 2006, gempa Pangandaran, letusan gunung Merapi, letusan gunung Kelud, bencana banjir yang terjadi di berbagai daerah termasuk di Jakarta dan bencana banjir paling akhir di Bima dan Sulawesi Tenggara, HTI segera mengirim relawan dan turun tangan memberikan bantuan dalam berbagai ragam aktivitas untuk membantu korban baik secara fisik, materi maupun mental. [MJ]