Washington, Rabu – Pentagon pekan ini mengatakan, Singapura berminat membeli hingga 100 pesawat tempur F-35 produksi Lockheed Martin Corp AS. Pesawat canggih yang bisa digunakan untuk pertempuran udara (dogfight) dan serangan ke permukaan ini mampu mengelak dari radar lawan.
Kepala Program Pengembangan Pentagon Mayjen Charles Davis, Senin (7/7), menegaskan, Singapura akan membeli pesawat tempur F-35 Lightning II dalam dekade mendatang. Selain Singapura, Israel juga punya rencana sementara untuk membeli pesawat tempur canggih dengan kemampuan ganda (joint strike fighter) ini.
“Singapura sudah mengatakan berminat pada pesawat (F-35) ini,” ujar Davis dalam sebuah wawancara. Israel juga dilaporkan berminat untuk membeli hingga 100 unit F-35. Belum ada komentar dari pihak Singapura dan Israel berkenaan dengan ucapan Mayjen Davis ini.
Sejauh ini delapan negara, yakni Inggris, Italia, Belanda, Turki, Kanada, Australia, Norwegia, dan Denmark, telah bersedia bersama AS untuk membiayai pembangunan pesawat tempur F-35 ini. Kedelapan negara ini sekaligus juga memastikan membeli sekitar 730 unit F-35.
AS sendiri berniat membeli 2.443 pesawat F-35, termasuk 1.763 unit yang diperuntukkan bagi AU dan 680 unit untuk AL dan Marinir. Proyek pengadaan F-35 bagi militer AS ini termasuk cukup mahal, mencapai 299 miliar dollar AS atau sekitar Rp 2.750 triliun.
Pengganti F-16 dan F-18
Ratusan unit F-35 yang terbang perdana pada 15 Desember 2006 ini juga bakal dipesan negara-negara lainnya. Pesawat tempur jet bermesin tunggal ini bakal menggantikan sejumlah pesawat tempur usang, seperti F-16 buatan Lockheed dan F-18 keluaran Boeing Co.
Mayjen Davis memperkirakan, Jepang secara resmi akan meminta harga dan informasi soal F-35 pada akhir tahun ini. Hal ini merupakan bagian dari proses seleksi pembelian pesawat tempur Jepang mendatang.
Spanyol juga mempertimbangkan pembelian F-35 guna menggantikan pesawat Harrier yang bisa lepas landas secara vertikal atau pada landasan pendek. F-35 dibuat dalam tiga versi, F-35A yang lepas landas secara konvensional, F-35B yang bisa terbang dari landasan pendek atau lepas landas secara vertikal, serta F-35C yang khusus dibuat untuk AL AS dan berpangkalan di kapal induk.
Tom Jurkowsky, juru bicara Lockheed Martin, mengatakan, program F-35 mencatat kemajuan teknis yang luar biasa, terutama dalam konteks pembuatan pesawat paling rumit yang pernah ada. Ini memungkinkan usia terbang F-35 cukup panjang.
Sekalipun F-35 termasuk canggih, sejumlah pesawat tempur tetap menjadi saingan utamanya. JAS 39 Gripen keluaran SAAB, Swedia, Rafale keluaran Dassault, Perancis, MiG-35 dan Sukhoi Su-35 keluaran Rusia, serta pesawat tempur Eropa, Typhoon, yang dibuat konsorsium perusahaan Inggris, Jerman, Italia, dan Spanyol, merupakan saingan kuatnya.
Kemampuan F-35 sejauh ini hanya kalah dari F-22 Raptor yang diproduksi bersama Lockheed Martin dan Boeing Co.
Harga per unit Rp 598 miliar
Mayjen Davis mengakui, belum adanya keputusan dari Kongres untuk segera memungkinkan produksi F-35 di negara mitra membuat penjualan pesawat ini bakal menghadapi kendala.
Pesawat F-35 yang siap beroperasi hingga tahun 2040 kini hanya 12 unit per tahun. Diharapkan pesawat ini bisa diproduksi jadi 12 unit per bulan tahun 2014 setelah jalur produksi siap.
Canggih dengan kemampuan mengelak dari radar lawan membuat harga jual F-35 per unit melebihi 68 juta dollar AS atau sekitar Rp 598 miliar.
Adapun tipe F-35B yang bisa lepas landas dan mendarat secara vertikal atau pada landasan pendek dan didesain untuk Marinir dijual seharga 85 juta hingga 88 juta dollar AS.
Tipe F-35C untuk AL AS dan berpangkalan di kapal induk harganya mencapai 90 juta-92 juta dollar AS. Tipe F-35C baru akan terbang perdana pada Oktober 2009. (Reuters/AFP/*/ppg)
sumber : kompas.com