HTI Press. Kinerja pemerintah melayani rakyatnya seperti topik yang tak pernah usang. Betapa tidak, topik serupa juga menjadi bahan diskusi terbuka puluhan ulama, tokoh masyarakat se Kota Banjarbaru dan Martapura.
Silaturahmi yang digelar DPD II Kota Banjarbaru Hizbut Tahrir Indonesia, Minggu (23/1) ini juga diikuti sejumlah praktisi pendidikan, pelajar dan mahasiswa.
Salah seorang narasumber acara bertajuk Syariah dan Khifah Solusi Untuk Indonesia Lebih Baik, Ali Imran SPd dalam paparannya menyatakan, Negara telah gagal mengayomi rakyat.
Dia mencatat, paling tidak ada beberapa indikator kegagalan Negara memberi pelayanan, diantaranya gagal mensejahterakan rakyat. Negara katanya tidak berhasil memenuhi kebutuhan pokok masyarakat.
Negara juga tambahnya, telah gagal melindungi moralitas bangsa. Fakta ini tampak dari banyaknya kasus moralitas yang menghantui rakyat. Pemerkosaan hingga berujung pada pembunuhan sadis dan mutilasi, pornografi dan narkoba cukup memberi catatan betapa ringkihnya perlindungan dan pembinaan moral di negeri ini.
“Negara juga telah gagal melindungi kekayaan rakyatnya. SDA kita kaya, tapi kita masih sering mengantre BBM, subsidi dicabut untuk memenuhi keinginan swasta yang berinvestasi mengeruk kekayaan alam Indonesia,” bebernya sambil mengutif definisi Negara gagal dari Sosiolog Noam Chomsky dalam bukunya Failed States The Abuse of Power and The Assault on Democracy.
Lebih dari itu, menurut dia Negara telah gagal melindungi aqidah ummat. Saat ini lanjutnya, Negara tak mampu menghukum individu yang tidak menjalankan Islam padahal itu merupakan bagian dari keimanan. “Negara tidak bisa karena menerapkan system kufur Demokrasi,” cetusnya.
Senada dengan itu, Ketua Lajnah Tsaqofiah DPD I Kalimantan Selatan Hizbut Tahrir Indonesia, Muhammad Taufik NT SPd MSi mengatakan sejatinya banyaknya persoalan yang melilit negeri ini tak lepas dari enggannya Negara menerapkan Islam sebagai system pemerintahan, social, ekonomi, politik, dan budaya di negeri ini.
Persoalannya kata Dosesn IAIN Antasari Banjarmasin ini, solusi yang dijadikan pemecahan masalah bukan solusi pragmatis, namun solusi yang bisa memecahkan masalah di dunia dan masalah di akhirat.
“Kalau hanya ingin memecahkan masalah di dunia saja, tanpa Islam juga bisa meskipun tidak akan pernah selesai. Namun persoalannya, bagi umat Islam masalah bukan hanya masalah di dunia, namun juga masalah di akhirat,” ungkapnya.
Manusia yang memecahkan masalah tanpa Islam kata M Taufik hanya menyelesaikan satu bagian masalah di dunia saja, namun di akhirat akan dimintai pertanggungjawabannya atas sikap tak mau patuh dan mau menerapkan Islam dalam segala aspek kehidupan.
“Penerapan syariah itu kenapa wajib dan harus diterapkan, karena ini persoalan aqidah, persoalan kepatuhan dan ketaatan sepenuhnya kepada Allah SWT,” ujarnya. (bem)