Kekhawatiran Israel akan kejatuhan Hosni Mubarak, salah satu sekutu dekatnya, sangat ditakuti akan menjadi kenyataan apalagi dengan tidak ada dukungan dari Amerika atas sang tiran itu pada saat ini. Bahkan, sebagian komentator politik mengatakan bahwa tindakan amerika itu merupakan ‘pengkhianatan’.
Sejauh ini PM Israel Benjamin Netanyahu, menolak untuk berkomentar akan peristiwa politik yang sedang berlangsung di Mesir dan juga memerintahkan para menterinya untuk melakukan hal serupa.
Tetapi PM Israel Shimon Perez masih tetap memberikan dukungannya kepada Mubarak dengan mengatakan bahwa “Kami memiliki dan akan tetap sangat menghormati Presiden Mubarak”. Lebih lanjut dia berkomentar, “Saya tidak mengatakan bahwa setiap yang dia lakukan adalah benar, tapi dia melakukan satu hal dimana kami semua merasa berterima kasih padanya: dia menjaga perdamaian di Timur Tengah.”
Seorang komentator di harian Maariv yang berjudul ‘Tembakan Peluru dari Belakang oleh Paman Sam” menuduh Presiden Obama dan Menlu Hillary Clinton melakukan tindakan diplomatic yang naïf dan tidak mengindahkan resiko.
Komentar itu bertanya bahwa tindakan mereka berdua “akan menyulut kemarahan massa di jalan-jalan kota Mesir dan menuntut kepala seorang yang lima menit yang lalu adalah presiden yang merupakan sekutu terdekat..”
Sebagaimana diberitakan pada hari Minggu lalu Obama menyerukan adanya “transisi yang damai” bagi demokrasi di Mesir, yang tidak secara jelas meminta dia turun tapi merupakan pertanda bahwa masa kekuasaanya telah selesai.
Mesir merupakan sekutu Israel yang paling kuat, yang merupakan negara pertama yang menanda tangani ‘perjanjian damai’ tahun 1979. Presiden Mesir ketika itu, Anwar Sadat, yang menanda tangani perjanjian damai, kemudian dibunuh dua tahun kemudian.
Perjanjian semacam itu kemudian dilanjutkan 13 tahun kemudian oleh Raja Hussein yang ditanda tangani bersama dengan PM Israel Yitzhak Rabin, yang kemudian juga dibunuh setahun kemudian, tahun 1995, oleh seorang warga Israel.
Atas komentar Obama yang miring itu, seorang pejabat Israel mempertanyakan “Apakah Obama seorang yang dapat diandalkan atau tidak”.
Israel terus mengkhawatirkan pengaruh Iran yang terus tumbuh di kawasan itu, sementara negara-negara Arab konservatif tidak mencapai kemajuan bagi perjanjian damai dengan Israel.
Seorang komentator lain di harian Haaretz, Ari Shavit, menulis bahw Obama telah mengkhianati “seorang presiden Mesir yang moderat yang masih tetap loyal kepada Amerika, yang mempromosikan perdamaian dan mendorong tindakan moderat “. Dengan demikian Obama melakukan tindakan yang mempertanyakan status Amerika sebagai negara superpower dan sekutu yang bias diandalkan.
“Di seantero Asia, Afrika, Amerika Latin, para pemimpin negara-negara itu pada saat ini sedang mengamati apa yang sedang terjadi antara Washington dan Kairo. Dan semua orang menangkap pesan: “Kata-kata Amerika tidak bisa dipegang… Amerika telah memungkiri kata-katanya.” (jordantimes, 1/2/2011)
وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلا
hmm,pencitraan Obama lagi. seakan2 AS tidak sejalan dengan Israel. tapi lihat saja, calon pengganti mubarak juga wayang buatan AS. Ibaratnya, saat ini Mubarak sudah tidak ‘dibutuhkan’ oleh AS, dan akan digantikan oleh lakon yang lain. wahai kaum muslimin, kehancuran kaptalisme sudah sangat nyata. saatnya mengambil peran dalam perubahan. bukan pergantian rezim saja yang dibutuhkan. lebih dari itu, pergantian sistem adalah hal yang akan menentukan segalanya. ganti kapitalisme di dunia dengan Khilafah!!!
maha besar Allah,telah nyata kekauasaan Allah adalah meliputi langit.bumi dan seisinya dan sebaik-baik tipu muslihat adalah berasal dari Allah. Ingatlah beberapa waktu yang lalu bagaimana rezim mesir sangat antusias membantu amerika dan israel, dan sekarang mereka kena batunya..Allahuakbar! Saatnya Khilafah memimpin dunia!