Washington – Kisah Indonesia dan Mesir bisa dibilang “sebelas-duabelas” alias nyaris mirip. Karena itulah pemerintah Obama yang membantu menstabilisasi Mesir setelah Hosni Mubarak lengser, melirik periswa penggulingan Soeharto pada 1998 sebagai model transisi demokratis di negeri dengan penduduk mayoritas Islam.
Hal itu diungkapkan oleh sejumlah pejabat senior AS, seperti dilansir WSJ Online edisi 12 Februari 2011.
Para pejabat Dewan Keamanan Nasional dalam minggu terakhir berdiskusi dengan para ahli kebijakan luar negeri tentang kemiripan antara revolusi Mesir dan Indonesia, yang membuat Indonesia dalam waktu lebih dari satu dekade memiliki sistem ekonomi dan politik di negara berkembang yang paling terbuka.
Isu-isu kunci yang ditangani pejabat AS di Mesir, yang juga mengemuka di Indonesia, adalah bagaimana menyeimbangkan peningkatan yang diharapkan dari peran kaum Islam dan peran lanjutan dari militer.
Pejabat Gedung Putih telah mempelajari perbandingan Ikhwanul Muslimin (Persaudaraan Muslim), sebuah organisasi Islam global, yang ada di Mesir dan Indonesia. Di Indonesia, mereka yang sealiran dengan Ikhwanul Muslimin hanya memainkan peran minor dalam pemerintahan pasca-Soeharto. Seorang pejabat senior AS menyebut Indonesia, “sesuatu yang dilihat secara luas sebagai contoh terbaik” bagi Mesir.
Washington mengambil contoh dengan membandingkan Indonesia di tengah kekhawatiran pejabat AS dan sekutunya bahwa organisasi Islam akan membajak revolusi Kairo. Mereka secara khusus membandingkan revolusi Islam di Iran pada 1979 yang mengubah peta Timur Tengah.
Para pejabat AS dan pembuat UU menyatakan, mereka tidak percaya Ikhwanul Muslimin di Mesir akan berlaku lunak sebagaimana partner mereka di Indonesia. “Saya sangat menaruh perhatian pada Ikhwanul Muslimin. Saya tidak berpikir mereka moderat, mereka garis keras,” kata Senator John McCain dari Arizona.
Sementara itu, Menlu Marty Natalegawa dalam statemen tertulis pada Sabtu (12/2) kemarin menyatakan, sebagai negara yang telah mengalami masa transisi demokrasi, Indonesia siap berbagi pengalaman Indonesia dalam melakukan proses reformasi, transisi demokrasi dan transformasi sistem politik.
“Indonesia akan selalu berada di sisi Mesir dalam upaya bangsa Mesir menuju transisi yang demokratis serta dalam upaya bersama mewujudkan perdamaian yang langgeng di Timur Tengah,” ungkap Marty. (detiknews.com, 13/2/2011)