Kairo – Kabel diplomatik AS melaporkan bahwa Menteri Pertahanan Mesir dikenal sebagai “anjing pudel Mubarak,” suatu sebutan ejekan karena kesetiaannya yang teguh kepada mantan presiden mantan otoriter itu.
Namun kerumunan orang di Mesir yang berdemonstrasi selama 18 hari melawan pemerintahan Hosni Mubarak melihat Menteri Pertahanan Hussein Tantawi dan pasukannya itu sebagai sang penyelamat mereka. Mereka meminta kepada militer untuk campur tangan dalam krisis Mesir, dan para jenderal itupun melakukannya.
Tantawi, yang merupakan ketua dewan yang berkuasa yang mengambil alih kekuasaan dari Mubarak pada hari Jumat lalu, adalah seorang pemimpin baru dari apa yang banyak orang Mesir berharap akan datangnya sebuah transformasi radikal bangsa mereka. Prajurit yang punya masa karir 75 tahun itu akan menjadi salah satu tokoh yang paling diamati di Mesir pada bulan-bulan depan ketika dewan itu telah berjanji untuk mengarahkan negara itu menuju sistem demokrasi, yang dijamin dengan pemilu.
Tapi dia adalah pelayan yang tidak mungkin melakukan tugas tersebut, seorang pria yang disebut sebagai menolak atas perubahan dan tidak punya hubungan dengan para korps perwira muda.
“Tantawi dan tentaranya memberikan pesan kuat kepada publik dan Mubarak: Kami bersama dengan rakyat dan tuntutan mereka adalah sah,” kata Abdullah el-Sinnawi, pemimpin redaksi el-Araby, sebuah surat kabar opisisi mingguan. “Dia berhasil menyatukan tentara di bawah komandonya,” tambah el-Sinnawi. Sebagian pejabat militer tingkat rendah dan menengah tidak menyembunyikan simpati mereka kepada para pengunjuk rasa, dengan bersorak dan berbaur dengan para demonstran itu.
Pandangan yang umumnya positif terhadap tindakan militer, datang begitu cepat setelah mereka mengambil alih kekuasaan, dan mengejutkan sebagian orang yang mengira Tantawi tidak memiliki refleks atas perubahan.
Pada hari Selasa, Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata mengatakan bahwa panel ahli akan melakukan amandemen konstitusi sehingga memungkinkan adanya pemilu yang bebas di akhir tahun ini. Sebelumnya, parlemen dibubarkan oleh militer, yang penuh dengan para loyalis Mubarak, dan membekukan konstitusi, untuk memenuhi permintaan utama dari para aktivis pro-demokrasi.
Militer, yang telah lama menerima sejumlah besar bantuan Amerika, dengan tankas bermanuver dalam krisis itu. Mereka tidak menggunakan kekerasan terhadap para demonstran, sehingga mendapatkan ucapan rasa terima kasih dari rakyat yang mendorong angkatan bersenjata untuk melengserkan Mubarak dari kekuasaannya setelah hampir 30 tahun berkuasa.
Pihak militer telah mencari peran netral dalam konflik itu. Tapi mereka berada dalam penentangan atas presiden pada saat-saat terakhir untuk mencegah terjadinya kekacauan dan pertumpahan darah, dan mengatakan mereka tidak ingin semua prestasi Mesir hilang. Pergeseran ini tampak jelas, di mana para tentara melemparkan permen, kue dan botol air kepada para pengunjuk rasa di luar sebuah Istana Presiden di Kairo.
Bocoran kabel diplomatik AS juga menunjukkan bahwa mungkin terjadi ketegangan antara Tantawi dan keluarga Mubarak. Mereka mengatakan bahwa Tantawi frustrasi dengan masa depan Gama bin Mubarak. Yang mungkin akan naik ke kursi kepresidenan. Gamal Mubarak, pada gilirannya, diyakini akan memusuhi Tantawi dan ingin mencopotnya.
Tantawi sendiri menunjukkan sikap populisnya selama masa krisis dengan mengunjungi Tahrir Square, perkemahan para demonstran yang ditempati oleh puluhan ribu aktivis anti-Mubarak, yang sering meneriakkan slogan-slogan seperti “tentara, rakyat, satu tangan,” dengan memuji persatuan mereka.
Selama kunjungannya pada masa pertengahan krisis, dia mengajukan kepada orang banyak itu untuk mengakui konsesi awal Mubarak, termasuk janjinya untuk tidak mencalonkan diri untuk kembali pada pemilu dan menawarkan dialog. Namun bagaimanapun, para demonstran merasa tidak puas.
Tantawi adalah mantan komandan elit Garda Republik, yang melindungi presiden dan istana-istananya. Sebagai menteri pertahanan, ia memiliki profil yang jauh lebih rendah daripada pendahulunya, Abdel-Halim Abu Ghazala, yang secara luas lebih populer di kalangan militer dan warga sipil dan bahkan berbicara tentang kemungkinan seorang pengganti Mubarak.
Mengingat popularitas itu, Mubarak lalu memecat Abu Ghazala pada tahun 1989. Sebaliknya, kabel diplomatik AS yang dirilis oleh WikiLeaks, website yang berbagi kerahasiaan, mengutip laporan bahwa perwira militer tidak puas dan meremehkan Tantawi, dengan mengatakan bahwa dia merupakan budak Mubarak yang tidak kompeten dan mengarahkan militer menjadi rusak.
Kabel diplomatik tahun 2008 berkata tentang Tantawi: “Dia dan Mubarak terfokus pada stabilitas rezim dan mempertahankan status quo sampai akhir waktu mereka. Mereka tidak memiliki energi, kecenderungan atau pandangan dunia untuk melakukan hal yang berbeda..”
Tantawi jarang muncul di depan umum, dan tidak tampil sejak pengunduran diri Mubarak pada hari Jumat. Sebelumnya, rakyat Mesir sering melihatnya di televisi, dengan menghormat kepada tentara saat perayaan kemerdekaan, pada pemakaman seorang komandan papan atas dan pada pertemuan-pertemuan dengan Mubarak.
Salah satu mantan menteri olahraga pemuda, Abdel Moneim Emra, mengatakan bahwa Tantawi menentang privatisasi, yang dikaitkan dengan Gamal Mubarak – seorang pengusaha kaya yang naik di jajaran Partai Demokratik Nasional yang berkuasa dan dianggap sebagai pengganti yang mungkin dari ayahnya.
El-Sinnawi, seorang editor surat kabar, mengatakan bahwa Tantawi selalu menganggap kebijakan-kebijakan privatisasi Gamal dan rekan-rekannya seperti suatu “imperialisme baru” yang menguras kepemilikan sumber daya Mesir.
“Dia melihat mereka (anak-anak Mubarak) sebagai orang-orang yang berpikiran gaya Barat yang menjual negara,” kata el-Sinnawi.
Filsafat Tantawi itu mengingatkan sikap anti-imperialisme Gamal Abdel Nasser, seorang nasionalis Arab dan seorang militer yang menggulingkan monarki pada tahun 1952 dan melakukan reformasi Mesir yang terinspirasi oleh sosialisme.
Tantawi ikut dalam tiga peperangan Mesir dengan Israel: tahun 1956, 1967 dan 1973. Dalam perang terakhir, dia memimpin batalion pertempuran terkenal yang disebut “Ladang China (Chinese Farm).”
Dia ditunjuk sebagai Kepala Staf Angkatan Darat pada bulan Mei 1991. (washingtonpost.com, 15/2/2011)
itu tandanya tugas dakwah kepada masyarakat mesir masih harus terus diperjuangkan, hingga kesadaran hakiki masyarakat terhadap khilafah akan menguat dan besar dukungan militer pada tegaknya Khilafah. Allahummanshur man nashorod diin, wakhdzul man qotalal mu’miniin, amiin