Ribuan warga Irak menggelar aksi protes menentang kesepakatan keamanan Amerika-Irak di Baghdad, Jumat (21/11/08). Dengan membawa bendera dan meneriakkan slogan-slogan, para pengunjuk rasa memadati Lapangan Firdaous di Baghdad pusat di tengah pengamanan ketat, untuk menentang Perjanjian Status Pasukan (SOFA), yang membuka jalan bagi kelanjutan keberadaan pasukan AS dan koalisi di Irak setelah berakhirnya mandat PBB pada akhir 2008.
Jumat malam, kepala keamanan Baghdad, Qassem Atta, mengatakan, protes itu berakhir tanpa insiden. Sebelum demonstrasi itu ada kekhawatiran mengenai serangan bom
bunuh diri di tengah kerumunan massa.
“Kami memperkirakan jumlah orang yang mengambil bagian dalam demonstrasi itu sedikit di bawah 10.000,” katanya, seperti dikutip Kantor Berita Suara Irak.
“Blok Sadr di parlemen mengajukan banyak keberatan atas perjanjian itu. Salah satunya adalah itu merupakan sebuah pilihan AS dan pemerintah Irak terpaksa membahasnya dan hanya melakukan sejumlah amandemen,” kata anggota blok Sadr, Aqeel Abdel Hussein.
Kamis malam, sebuah sidang parlemen Irak menjadi ajang debat panas ketika para wakil rakyat berselisih mengenai perjanjian keamanan kontroversial dengan AS itu.
Pemungutan suara mengenai perjanjian itu tidak dilakukan pada sidang tersebut.
Perjanjian itu, yang menetapkan penarikan pasukan AS pada 2011, memerlukan persetujuan parlemen sebelum ditandatangani menjadi undang-undang oleh presiden-presiden AS dan Irak.
Sementara itu, tiga orang tewas dan 19 lain cedera dalam dua ledakan terpisah di Baghdad pada Jumat, menurut sumber-sumber kepolisian.
Juga Jumat, militer AS mengatakan bahwa dua prajurit Amerika tewas dalam insiden-insiden non-tempur pada Kamis dan Rabu di Irak tengah dan barat.
Dengan kematian-kematian terakhir itu, jumlah prajurit AS yang tewas di Irak pada November menjadi 13, termasuk delapan orang dalam insiden non-tempur. Korban-korban terakhir itu juga menambah jumlah korban tewas prajurit Amerika menjadi 4.203 sejak invasi pimpinan AS ke Irak pada 2003, demikian dpa. (nl/ant)
jangan pernah percaya USA lagi. never!