HTI

Ta'rifat (Al Waie)

Imamah

Al-imâmah secara bahasa merupakan mashdar (gerund) dari fi’il (kata kerja) amma. Ibn Manzhur di dalam Lisân al-Arab mengatakan: Imam adalah setiap orang yang diikuti oleh kaum; mereka di atas jalan yang lurus ataupun sesat. Sayidina Muhammad adalah imam umatnya dan mereka semua wajib mengikuti sunnah beliau yang sudah berlalu. Ibn Sayidih menyatakan: Imam adalah apa …

Ad-Dawlah

Kata dawlah berasal dari kata dâla–yadûlu–dawlah.   Di dalam Qâmûs al-Muhîth, ad-dûlah adalah pergiliran zaman dan harta, sedangkan ad-dawlah dalam hal peperangan; Atau keduanya adalah sama. Menurut al-Fara’ seperti dikutip oleh al-Azhari dalam Tahdzîb al-Lughah, ad-dawlah digunakan untuk dua pasukan: yang satu menang, lalu yang menang itu dikalahkan. ad-dûlah dalam hal kepemilikan dan sunan (?) yang …

Imarah

Kata imârah bentuk jamaknya imârât. Kata ini berasal dari amara–ya’muru–amr[an] wa imâr[an] wa imârat[an]. Menurut al-Khalil bin Ahmad dalam Kitâb al-’Ayn, al-imârah adalah amir[un] muammar[un] (amir yang diberi hak perintah untuk ditaati). Al-Jauhari dalam Ash-Shihah fî al-Lughah dan al-Minawi dalam At-Ta’ârif mengartikan imârah dengan al-wilâyah (pemerintahan atau kekuasaan yang mengurusi urusan). Dalam Mu’jam al-Wasîth dan …

Qadhi al-Mazhâlim

Al-Mazhâlim, bentuk plural dari mazhlimah atau mazhlamah, merupakan bentukan dari zhalama – yazhlimu – zhulman. Azh-Zhulmu arti asalnya adalah menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. (Ibn Manzhur, Lisân al-‘Arab; Abu al-Abbas al-Fayyumi, Mishbâh al-Munîr). Adapun al-mazhlimah, menurut Abu al-Baqa’, adalah bagian yang di situ terjadi kezaliman. Al-Mazhlimah itu bukan merupakan mashdar, tetapi merupakan isim dengan makna …

Al-Muhtasib

Al-Muhtasib, bentuk isim fa’il dari kata ihtasaba, mashdar-nya adalah al-ihtisâb;  berasal dari al-hisbah yangsecara bahasamemiliki bermacam makna.  Di antaranya, al-ajru (ganjaran), husnu at-tadbîr wa an-nazhri (manajemen dan pandangan yang baik); thalab al-ajri wa tahshîluhu (meminta dan memperoleh ganjaran); al-ikhtibâr (pengujian) dan pengingkaran.  Dikatakan: ihtasaba ‘alayhi al-amr idzâ ankarahu ‘alayhi (jika ia mengingkarinya). Secara ‘urfi, jumhur …

Qadhi

Al-Qâdhi merupakan isim fa’il (kata benda pelaku) dari kata qadhâ–yaqdhî–qadhâ’an fahuwa qâdhin. Jadi, al-qâdhi secara bahasa adalah orang yang melakukan al-qadhâ’. Menurut Zainuddin Ibn Nujaim dalam Bahr ar-Râ’i’ secara bahasa al-qadhâ’ maknanya antara lain: keputusan, ketetapan, kelonggaran, binasa atau mati, pelaksanaan, penyelesaian, telah melaksanakan, membuat, menetapkan dan mewajibkan. Sekalipun demikian, secara tradisi akhirnya istilah al-qadhâ’ …

Al-Mukhâlafat

Al-Mukhâlafat adalah bentuk jamak dari al-mukhâlafah. Al-Mukhâlafah adalah mashdar (gerund) dari khâlafa–yukhâlifu–mukhâlafatan. Menurut Muhammad Rawwas Qal’ah Ji dalam Mu’jam Lughah al-Fuqaha’, al-mukhâlafah berasal dari khalafa ‘an al-amri yang artinya kharaja ‘anhu (keluar dari perintah/ketentuan). Jadi, al-mukhâlafah artinya melakukan apa yang dilarang. Di dalam al-Quran kata khâlafa dalam arti tersebut dinyatakan dua kali. Salah satunya dalam …

Ta’zir

Ta’zîr berasal dari kata ‘azara–ya’ziru–‘azr[an]. Ibrahim bin as-Sariyyu yang dikutip oleh al-Azhari di dalam Tahdzîb al-Lughah dan Ibn Manzhur di dalam Lisân al-‘Arab mengatakan bahwa al-‘azru secara bahasa artinya ar-raddu (menolak) wa al-man’u (menghalangi).  Dari sini datang penjelasan beberapa makna lain ta’zîr.  ‘Azzarta fulânan, yakni addabtahu (bentuk mashdar-nya at-ta’dîb). Penjelasannya: Anda melakukan apa yang menghalangi …

Al-Jinayah

Al-Jinâyât, bentuk jamak dari al-jinâyah, merupakan mashdar dari janâ–yajnî–jany[an] wa jannâ wa jinâyat[an]. Secara bahasa, menurut Ibn Faris dalam Maqâyîs al-Lughah, makna asal kata tersebut adalah mengambil buah dari pohonnya (memetik). Makna ini dinyatakan dua kali dalam al-Quran (QS Maryam [19]: 25 dan QS ar-Rahman [55]: 54). Berikutnya, dalam penggunaannya, kata al-jinâyah ditransformasikan untuk menyebut …

Al-Hudud

Al-Hudûd adalah bentuk jamak dari al-hadd; mashdar dari hadda – yahuddu – hadd[an]. Ibn Manzhur dalam Lisân al-‘Arab mengatakan, “Al-Hadd adalah pemisah di antara dua sesuatu agar tidak saling bercampur satu sama lain dan tidak saling melanggar.  Bentuk jamaknya hudûd…Haddu kulli syay’[in] adalah akhir (ujung)-nya (muntahâhu) yang menolak dan menghalangi dari melampaui batas. Hadd pencuri …