Pendidikan Mahal, Buah Pemerintahan Kapitalis

[Al-Islam 453] Mulai tahun 2009 ini masyarakat dijanjikan sekolah gratis untuk tingkat SD dan SMP. Janji yang mulai diiklankan sejak masa tenang Pemilu lalu ini mendapat sambutan baik dari masyarakat. Masyarakat mulai merenda angan: anak-anak mereka akan bisa mengenyam pendidikan minimal hingga kelas IX atau tamat SMP.

Sayangnya, janji itu berlaku untuk sekolah negeri. Padahah faktanya, banyak siswa yang tidak tertampung oleh sekolah negeri dan terpaksa harus bersekolah di sekolah swasta. Untuk itu, tentu saja mereka tetap harus keluar biaya mulai uang masuk, seragam, buku hingga biaya tetek-bengek lainnya yang belum tentu berkaitan dengan kegiatan belajar-mengajar. bahkan untuk sekolah-sekolah berkualitas atau sekolah terpadu biaya yang harus dikeluarkan sangat besar. Uang masuknya saja rata-rata mencapai jutaan, sementara uang SPP-nya mencapai ratusan ribu rupiah perbulannya.

Untuk sekolah SLTA belum ada sekolah gratis secara nasional, termasuk sekolah negeri. Artinya, seluruh masyarakat harus menanggung banyak biaya demi kelangsungan sekolah anak-anak mereka di SLTA, negeri atau swasta. Ambil contoh salah satu SLTA negeri di Bogor yang mematok uang masuk sebesar 5 juta rupiah. Untuk sekolah yang bertaraf internasional uang masuknya saja bisa mencapai 10 juta rupiah.

Lalu untuk tingkat pendidikan tinggi, PTN telah “diswastanisasi” melalui UU BHP. Memang, Pemerintah masih mengucurkan dana ke PTN. Namun, sebagian besar biaya penyelenggaraan pendidikan tinggi harus ditanggung oleh PTN itu sendiri. PTN selanjutnya membebankan biaya itu kepada para mahasiswa. Dari sinilah kita akhirnya mendengar biaya masuk PTN yang dari hari ke hari makin mahal, mencapai puluhan juta rupiah, bahkan untuk masuk fakultas kedokteran mencapai lebih dari 100 juta rupiah. Uang SPP-nya pun tidak ada lagi yang bisa dikatakan “murah”. Rata-rata SPP Perguruan Tinggi Negeri mencapai jutaan rupiah, bahkan ada yang mencapai 25 juta rupiah persemester.

Akibat Negara yang Makin Kapitalistik

Penyelenggaraan pendidikan hanya sebagian dari pengaturan berbagai urusan masyarakat. Corak pengaturan urusan-urusan masyarakat, termasuk dalam bidang pendidikan, tidak bisa dilepaskan dari ideologi yang diadopsi negara. Mahalnya biaya sekolah adalah dampak logis dari diadopsinya ideologi Kapitalisme oleh negara ini. Ideologi Kapitalisme nyata-nyata ‘mengharamkan’ peran negara yang terlalu jauh dalam menangani urusan-urusan masyarakat. Dalam Kapitalisme, peran negara/pemerintah harus diminimalkan. Dalam sistem Kapitalisme, negara/pemerintah memang dibuat tidak mampu membiayai penyelenggaraan urusan masyarakat. Pasalnya, Kapitalisme menetapkan sumber-sumber kakayaan tidak boleh dikelola negara, tetapi harus diserahkan kepada swasta. Bahkan jika negara sudah terlanjur memiliki BUMN yang mengelola sumberdaya alam, misalnya, maka BUMN itu harus diprivatisasi (dijual kepada swasta). Dengan begitu negara tidak memiliki sumber pandapatan dari sumber-sumber kekayaan alam yang bisa membuat negara mampu membiayai berbagai urusan masyarakat, termasuk pendidikan.

Ideologi Kapitalisme juga mengharuskan pengelolaan urusan masyarakat diserahkan kepada swasta. Semua sektor harus dibuka untuk swasta dan harus dibuka untuk dijadikan sebagai lahan bisnis, termasuk pendidikan. Negara menurut ideologi Kapitalisme tidak boleh menangani langsung urusan masyarakat. Semuanya harus dibuka untuk swasta. Karena itu, munculnya undang-undang yang mem-“privatisasi” lembaga sekolah hanyalah konsekuensi logis dari ideologi Kapitalisme yang dianut negeri ini.

Akibatnya, biaya sekolah terus meroket. Sekolah tiba-tiba menjadi barang mewah bagi kebanyakan anggota masyarakat. Kalaupun ada sekolah gratis, itu hanya sampai tingkat SMP, dan hanya berlaku bagi sekolah negeri. Selebihnya, sekolah tingkat lanjut hanyalah untuk mereka yang mampu menanggung biayanya, tidak untuk orang-orang miskin.

Mungkin orang akan berkata bahwa adanya sekolah gratis sudah merupakan hal yang bagus. Sebab, baru segitulah kemampuan maksimal negara/pemerintah untuk memberikan sekolah gratis. Pasalnya, negara/pemerintah tidak memiliki sumberdana yang cukup untuk membiayai lebih dari itu.

Privatitasi (penjualan BUMN kepada pihak swasta) yang diamanahkan oleh undang-undang terus memperkecil sumber pendapatan negara. Akibatnya, untuk membiayai semua urusannya, negara harus membebani rakyat dalam bentuk pungutan pajak yang terus meningkat. Jika terjadi masalah, kelangsungan sekolah gratis itu bisa terancam, negara kemudian menurunkan anggaran pendidikan. Seperti sekarang, diberitakan Pemerintah akan menurunkan anggaran pendidikan dalam RAPBN 2010 dari 207,41 triliun pada tahun 2009 (21%) menjadi 195,63 triliun atau 20,6% dari APBN (Kompas, 27/04/09).

Keinginan masyarakat untuk menikmati sekolah berkualitas dengan biaya murah dalam pemerintahan kapitalis jelas bertentangan dengan ideologi Kapitalisme yang diadopsi. Jika masyarakat tetap menghendaki itu, yaitu negara menanggung biaya pendidikan, maka masyarakat pun harus siap menanggung beban berat. Sebab, biaya untuk itu harus ditanggung rakyat dalam bentuk pungutan pajak yang tinggi. Sekali lagi, semua itu adalah konsekuensi logis dari ideologi Kapitalisme yang diadopsi negeri ini.

Pada akhirnya, anak-anak dari keluarga kurang mampu harus puas dengan sekolah apa adanya, dan membuang mimpi untuk menikmati pendidikan tinggi. Itu artinya, mereka harus membuang mimpi memperbaiki nasib keluarga. Jika dulu sekolah bisa dikatakan sebagai jalan untuk memperbaiki nasib, maka dengan mahalnya biaya sekolah, peluang perbaikan nasib itu seakan ditutup untuk mereka yang kurang mampu. Jadilah mereka yang kurang mampu terjebak terus-menerus secara turun-temurun dalam lingkaran keterpurukan.

Pendidikan tinggi akhirnya menjadi “hak khusus” kalangan kaya. Jika akhirnya sistem yang ada terkesan lebih berpihak kepada kalangan kaya, maka memang seperti itulah tabiat dari sistem Kapitalisme. Ideologi Kapitalisme memang didesain untuk selalu berpihak kepada orang-orang kaya, terutama para pemilik modal, dengan mengorbankan rakyat kebanyakan.

Islam Menjamin Pendidikan Bagi Semua

Bertolakbelakang dengan ideologi Kapitalisme yang meminimalkan peran negara, ideologi Islam justru menetapkan negara sebagai pihak yang bertanggungjawab penuh atas pemeliharaan urusan-urusan masyarakat. Rasulullah saw. menegaskan:

«الإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ»

Imam (kepala negara) adalah pengurus rakyat dan dia akan dimintai pertangunggjawaban atas pengurusan rakyatnya (HR al-Bukhari dan Muslim).

«فَالأَمِيرُ الَّذِى عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ»

Pemimpin (kepala Negara) adalah pihak yang berkewajiban memelihara urusan rakyat dan dia bertanggung jawab atas urusan rakyatnya (HR Muslim).

Di antara pengurusan rakyat adalah pendidikan. Jadi, dalam Islam negara berkewajiban memelihara urusan pendidikan rakyatnya. Negara tidak boleh lepas tangan dan menyerahkan pendidikan kepada swasta. Negara justru harus bertanggung jawab penuh atas masalah pendidikan rakyatnya.

Lebih dari itu, Islam menetapkan pendidikan sebagai salah satu kebutuhan utama masyarakat secara umum yang pemenuhannya menjadi kewajiban negara. Negara wajib menyediakan pendidikan bagi rakyat secara gratis. Inilah prinsip dasar dalam sistem Islam. Prinsip dasar ini jelas bertolak belakang dengan prinsip dasar dalam sistem Kapitalisme yang sedang diterapkan di dunia, termasuk di negeri ini.

Berdasarkan pinsip ini, jika negara lalai atau abai terhadap masalah pendidikan rakyat maka kelalaian itu dinilai sebagai pelanggaran terhadap ketentuan Allah, dan tentu saja penguasa berdosa karenanya. Prinsip inilah yang menjadikan para pemimpin dalam Islam selalu fokus terhadap pendidikan. Rasulullah saw. telah mencontohkan hal ini.

Rasul saw. langsung mendidik masyarakat. Beliau juga mengangkat orang-orang yang bertugas memberikan pengajaran kepada masyarakat. Seperti yang diriwayatkan oleh Ibn Hisyam di dalam Sîrah Ibn Hisyâm, Rasul juga pernah menjadikan tebusan bagi tawanan Perang Badar dalam bentuk mengajari anak-anak kaum Anshar membaca dan menulis. Untuk semua itu masyarakat tidak dipungut biaya sepeser pun. Prinsip itu pula yang mendorong para khalifah setelah beliau membangun berbagai fasilitas pendidikan secara cuma-cuma untuk rakyat. Penyelenggaraan pendidikan berkualitas disediakan untuk rakyat yang menginginkannya tanpa dipungut biaya. Hal itu seperti yang dilakukan oleh Khalifah Mu’tashim billah, Khalifah al-Mustanshir, Sultan Nuruddin dan para penguasa Islam lainnya sepanjang masa Kekhilafahan Islam. Wajar jika sepanjang kekuasaan Kekhilafahn Islam, lahir banyak ulama, cendekiawan dan ahli di berbagai bidang. Mereka melahirkan temuan-temuan spektakuler yang mendahului ilmuwan-ilmuwan Barat puluhan bahkan ratusan tahun lebih dulu.

Sistem Islam memungkinkan mengulang semua itu. Pasalnya, Islam bukan hanya menetapkan negara wajib menyediakan pendidikan berkualitas secara gratis bagi rakyat, baik Muslim maupun non-Muslim. Islam juga menetapkan sistem kepemilikan yang menetapkan barang-barang tambang dan kekayaan alam lainnya menjadi milik bersama seluruh rakyat yang pengelolaannya diwakilkan kepada negara, yang seluruh hasilnya dikembalikan kepada rakyat. Dengan ketentuan itu, negara akan selalu memiliki dana yang cukup untuk membiayai pelayanan pendidikan gratis untuk rakyat secara mamadai.

Wahai Kaum Muslim:

Mahalnya biaya sekolah adalah akibat logis dari pemeritahan kapitalis yang menerapkan ideologi Kapitalisme di negeri ini. Selama ideologi Kapitalisme diadopsi dan diterapkan di negeri ini, biaya sekolah mahal akan terus menjadi masalah.

Sebaliknya, Islam menetapkan bahwa negara wajib memelihara urusan rakyat, termasuk pendidikan. Bahkan negara wajib menyediakan pendidikan berkualitas untuk seluruh rakyat tanpa kecuali secara gratis. Untuk itu, Islam juga menetapkan sistem ekonomi yang akan menjamin negara bisa selalu membiayai penyediaan pendidikan gratis itu.

Karenanya, untuk mengakhiri masalah mahalnya biaya sekolah secara tuntas, ideologi dan sistem Kapitalisme harus segera dicampakkan, kemudian diganti dengan ideologi dan sistem Islam. Intinya, syariah Islam harus segara ditegakkan secara total dalam seluruh aspek kehidupan, dalam institusi Khilafah. Hanya dengan itulah kita akan mendapatkan kehidupan yang di dalamnya Allah menurunkan berkah dari langit dan bumi. Allah swt berfirman:

]وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ[

Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al-A’raf [7]: 96)

Wallâhu a’lam. []

Komentar:

Proyek Bank Dunia Hancurkan Hutan (Republika, 28/4/2009)

Bank Dunia, IMF, PBB dll hanyalah alat kapitalis; tak layak dipercaya.

18 comments

  1. setuju untuk mencampakkan idiologi kapitalisme, membantai demokrasi, menindas Sekulerisme dengan pemikiran islam dan tanpa kekerasan. biar pendidikan gak mahal dan gak berorientasi pada Angka Belaka maka segera susupkan Idiologi Islam pada Dunia…Allahuakbar

  2. irfan-pangandaran

    orang-orang munafik itu mengira bahwa mereka bisa mensejahterakan indonesia dg demokrasi yg kufur. kapankah kalian mau meninggalkan ke-syirikan demokrasi?!!

  3. Mulyandi_Rasyidiq

    Kapitalisme Sekular Biang Kerunyaman Pendidikan di Indonesia. Sudah saatnya pendidikan kita yang carut marut kita benahi. Kurikulum yang justru menjadi beban dan tidak mencerdaskan harus kita “rasionalisasi” dengan Islam. Sebagian mungkin kita pertahankan (fiksasi), sebagian diganti (substitusi) dan sebagian lagi ditambah (adisi).
    Demikian juga dengan sistem rekrutmen dan pembinaan guru. Tidak pantas lagi seorang guru harus mengajar terlalu banyak hanya karena honor perjamnya terlalu sedikit. Seharusnya pemerintah memberi dana yang besar dalam pendidikan-setelah sistemnya ditata ulang.

  4. mohamad cahya

    pendidikan sekarang hanya memihak kepada orang-orang yang mempunyai harta, pendidikan gratis hanya sebuah wacana dari pemerintah seakan-akan mereka memihak rakyat kecil. padahal sebenarnya hanya dijadikan alat untuk menarik simpati rakyat. apalagi beberapa mata pelajaran sudah mulai disusupi faham-faham liberal dan sekuler. BE WARE!!! KAPITALISME, DAN SEKULERISME ADA DIMANA-MANA. ALLAHU AKBAR!!!

  5. Allahu Akbar. Sesungguhnya janji Allah itu benar. Dan Allah telah berjanji akan menegakkan Sistem Islam di muka bumi ini lagi dalam naungan Daulah Khilafah. Itupun pasti benar adanya…

  6. Dalam Demokrasi-kapitalis tak akan pernah ada sejahtera, sekolah murah apalagi sekolah gratis. SEMUA itu tidak pernah ada. Sekolah gratis pun itu dari rakyat karena semuanya diambil dari uang rakyat (pajak).
    =============================================

  7. didi UIN Alauddin makassar

    Demokrasi adalah anak haram dari perselingkuhan pihak gereja dan kaisar dengan filosof dan ilmuan. untuk apa kita mengambil demokrasi (anak haram) yang di jadikan sistem yang mengatur umat ini. Saatnya Syariah dan Khilafah yang akan menggantikan demokrasi dan kapitalisme.
    Allahu Akbar………..

  8. aji sman ploso jombang

    pendidikan adalah hak setiap warga negara dan kewajiban negara untuk menyelenggarakannya (gratis), biayanya diambilkan dari sumber daya alam yg dimiliki negara. (sda) untuk rakyat bukam unyuk asing. dengan sistem islam semua akan beres …….

  9. sekolah gratis percuma…cuma iklan terselubung, status quo, knp gratisnya br sekarang?skalian dkt pilpres..???yg ga gratis aja sekarang hasil pendidikan nol, prosesnya ga jelas, apa lagi gratis???
    bukan b”prasangka buruk, tapi sudah terrealisasi

  10. Pendidikan sekular?
    Pemerintah dagang! Untung rugi dengan UU BHP!

  11. Fakta-fakta tentang potret buram pendidikan..
    sangat menyesakkan dada!
    Sudah saatnya! Kebumikan Kekufuran Demokrasi-Sekularisme
    Bumikan ISLAM!

  12. andra backbone

    SEMOGA ALLAH MEMBERI HIDAYAH KEPADA PARA PEMIMPIN YANG SADAR AKAN KEBOBROKAN SISTEM KUFUR(BACA: KAPITALISME,DEMOKRASI) DAN MERUGILAH PARA PEMIMPIN YANG MASIH MENGAGUNG-AGUNGKAN DEMOKRASI.
    WAHAI PARA PEMIMPIN YANG BERIMAN, TAATILAH ALLAH DAN TAATILAH RASUL NISCAYA KAMI JUGA AKAN TAAT KPD ANDA. KAMI TIDAK AKAN TAAT KPD ANDA SELAMA ANDA TIDAK MENJADIKAN AL-QUR’AN N SUNNAH SEBAGAI SUMBER HUKUM YANG AKAN MENGATUR KEHIDUPAN KAMI..
    WAHAI PARA PEMIMPIN,SESUNGGUHNYA ANDA AKAN DITANYA DI HARI AKHIR NANTI ATAS SEMUA PERBUATAN ANDA KEPADA KAMI..

  13. “meskipun bapaknya Sopir angkot, anaknya bisa jadi pilot” entu kata-kata di atas tidak asing di telinga kita karena kata-kata itu di ambil dari sebuah iklan yang mempropagandakan sekolah gratis. Apa memang benar sekolah sudah di gratiskan? Ternyata iklan itu hanya rayuan semata. Kenapa demikian? Karena janji sekolah gratis hanya untuk tingkat SD dan SMP. Itu pun khusus untuk sekolah negeri. Faktanya, banyak siswa yang tidak tertampung di sekolah negeri dan harus terpaksa bersekolah di sekolah swasta. Tentunya biaya yang dikeluarkan jauh lebih besar daripada sekolah negeri. Sedangkan untuk tingkat SLTA belum ada sekolah gratis. Artinya, masyarakatlah yang harus menanggung biaya sekolah anak-anaknya untuk tingkat SLTA.

  14. Andy M Nashir (sidoarjo)

    Dalam dunia pendidikan kapitalis, sekuler memang sudah membuat setting pendidikan mahal dinegara ini sehingga nantinya akan menghambat lajunya kemajuan dan kecerdasan anak2 dinegara ini yang mana mayoritas adalah umat Islam, yang mana generasi Islam akan menjadi momok bagi mereka apabila Cerdas dan berkembang. oleh karena itu wahai umat islam ayo bangkitlah “Tegakkan Syariah Islam dibawah naungan Daulah Khilafah Islamiyah”

  15. Sekolah gratis???? Itu kebohongan besar!!!!
    Pernah lihat iklan pajak???? Diiklan itu dikatakan bahwa hasil pajak akan dialokasikan untuk kesehatan, pelayanan umum, dan BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS). Jadi sebenarnya apa yang gratis kalau ternyata umat juga yang bayar?????
    NEVER TRUST DEMOCRACY!!!!!
    TRUST ONLY SYARIAH AND KHILAFAH!!!

  16. SARTINAH MARLINI

    Iklan masyarakat ttg pendidikan geratis adalah suatu pembodohan publik,sebagai contoh cuplikan dri iklan tsb;”walau bapak nya supir anaknya bisa jadi pilot”,bagai mana bisa jadipilot kalau sekolahnya saja cuma tamat SLTP?,karena kan yang geratisnya saja hanya sampai SLTP,itupun apa bisa bener-bener gratis?,biasanya yang gratis cuma SPP nya aja sedangkan pengeluaran diluar SPP itu jauh lebih besar biayanya,apalagi yang di gratiskan hanya sekolah Negri saja,kalau tidak ter-tampung di Negri ya tetap saja ke swasta kalau mampu,kalau tidak mampu ya…terpaksa berhenti dulu.

    Pendek kata, kalau bapaknya jadi sopir ya bisa-bisa anaknya jadi Pilot-Becak,itupun masih mending daripada jadi Preman yang kerjanya malakin orang dijalan.Pokoknya selama sistem yang dijalankan dinegri ini masih Sekuler(bukan Syari’at Islam),”PENDIDIKAN GRATIS” hanya isapan jempol saja,apalagi ditayangkan saat masa tenag dalam kampanye,masyarakat-pun menilai ini hanya kampanye terselubung,karena sebenarnya pendidikan geratis itu sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk melaksanakannya,bukan sebagai prestasi dari partai tertentu.

  17. mahalnya pendidikan di Indonesia, membuat banyak anak2 yang tidak mampu tidak dpat bersekolah… dasar KAPITALIS!!!! Allah akan melaknat AS dan ISRAEL…

  18. tunggulah runtuhnya sistem kapitalisme yang kemudian akan diganti oleh sistem Islam!!! yg menyejahterakan umat….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*