بسم الله الرحمن الرحيم
Setengah Kata!
KERAHKAN PASUKAN UNTUK BERPERANG; Itulah satu-satunya Kewajiban para Penguasa terhadap Pembantaian Gaza. Jika Tidak, Mereka benar-benar telah Mengkhianati Allah, Rasul-Nya dan Orang-orang Mukmin
Sejak Dhuhur, Sabtu, 28 Desember 2008 M, entitas Yahudi membombardir dengan pesawat-pesawat tempurnya secara brutal, dengan terus-menerus dan kadangkala secara sporadis, terhadap sejumlah kawasan di jalur Gaza. Sementara warga Gaza menghadapi serangan itu dengan dada-dada mereka, dengan sikap kepahlawanan yang sulit dicari tandingannya. Mereka menyabung nyawa mereka dengan senang hati; ada yang menjadi syahid, sementara ratusan dan ratusan lainnya terluka. Di saat pesawat-pesawat musuh memasuki wilayah udara mereka dengan aman dan tenang, tanpa sedikitpun rasa takut akan hadangan rudal-rudal yang akan merontokkannya atau pesawat-pesawat tempur yang menghadangnya. Karena, para penguasa di negeri-negeri kaum Muslim telah menetapkan ”larangan bergerak” kapada pasukan dan pesawat-pesawat kita. Mereka hanya menjadikan pesawat-pesawat tempur sebagai pameran dan hiasan. Begitulah, akhirnya pesawat-pesawat Yahudi itupun merasa tenang dan terbang dengan aman. Padahal pesawat-pesawat itu membombardir manusia dan bebatuan, namun tetap aman dari setiap serangan dan bahaya!
Sesungguhnya para penguasa itu telah melakukan kejahatan, sejak mereka mengalihkan masalah Palestina dari agenda Islam menjadi agenda Arab, kemudian menjadi agenda Palestina. Mereka pun memposisikan diri sebagai pengamat yang bersikap netral. Bahkan, tidak hanya itu, justru mereka berpihak kepada musuh. Hingga mereka mempunyai kebiasaan dalam kondisi diserang, sebagaimana yang terjadi dalam tragedi pembantaian Gaza saat ini. Mereka sibuk mengamati pesawat-pesawat tempur Yahudi yang terbang silih berganti, lalu menghitung korban yang tewas dan terluka, setelah itu mereka berlomba-lomba mengeluarkan kecaman dan penolakan keras. Baik mereka yang ikut memblokade jalur Gaza secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Semuanya akan mengeluarkan kecaman dan penolakan keras. Bahkan penguasa Mesir, yang dari istananya, ketika menjelang serangan, Livni telah mengancam dan berjanji akan melakukan serangan, lalu pada hari berikutnya pengeboman pun mulai dilakukan terhadap jalur Gaza. Bahkan, penguasa seperti ini pun tetap mengeluarkan kecaman dan penolakan keras!
Memang, para penguasa itu sudah tidak punya rasa malu, baik kepada Allah, Rasul-Nya maupun kepada orang Mukmin. Mereka telah memblokade jalur Gaza sebelum diblokade oleh musuh. Mereka menginginkan warga Gaza menjadi mayat, dan tidak menginginkan mereka hidup-hidup. Karena itu, mereka menolak membuka pintu perbatasan mereka, ketika denyut kehidupan itu masih ada. Mereka baru mau membukanya setelah darah mengalir di atas kolam. Sekarang, mereka menyerukan diadakannya serangkaian pertemuan untuk ”mengkaji” respons yang harus diberikan terhadap pembantaian Gaza. Seolah-olah respons tersebut masih kabur. Sekali waktu mereka menyerukan diadakannya konferensi tingkat tinggi. Kali lain mereka menyerukan pertemuan tingkat menteri luar negeri. Berikutnya, mereka menyerukan pertemuan bersama… Itulah kebiasaan yang mereka ikuti. Mereka berkumpul, untuk makan dan minum. Kemudian mereka mengeluarkan pernyataan. Setan membisikkan kepada para pengikutnya bahwa itulah “sebaik-baik” perang! Tidak hanya sampai di situ, mereka pun menyandang kehinaan dan aib mereka dengan pergi ke Dewan Keamanan PBB. Mereka meminta negara-negara yang telah mendirikan entitas Yahudi dan mendukungnya dalam merampas Palestina, tanah yang diberkahi, agar negara-negara itu mengeluarkan resolusi untuk membantu Palestina dan rakyat Palestina:
“Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka putuskan itu.” (QS. an-Nahl [16]: 59)
Sesungguhnya respons terhadap pembantaian Gaza itu sudah jelas, bukannya tidak jelas. Dan itu tidak membutuhkan rapat, pertemuan dan evaluasi. Demikian juga respons itu tidak tergantung kepada resolusi dari negara-negara yang telah mendirikan dan mendukung entitas Yahudi. Tetapi respons itu, hanya dan hanya dengan cara mengerahkan tentara untuk berperang dan menghimpun orang-orang yang mampu untuk menjadi tentara. Dan, tidak ada lagi yang lain. Para penguasa itu pun memahami hal itu. Namun, mereka itu ibaratnya hanyalah kayu-kayu yang menjadi alat. Mereka memang sangat mahir dengan bersilat lidah, melakukan kebohongan dan penyesatan.
“Semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?” (QS. al-Munâfiqûn [63]: 4)
Wahai Kaum Muslim
Waspadalah jangan sampai para penguasa itu berhasil mengelabuhi Anda, sehingga Anda merasa puas hanya dengan izin yang mereka berikan kepada Anda untuk melakukan long march, pawai, demonstrasi atau pengamanan yang mereka berikan. Semuanya itu sekali-kali tidak akan bisa menghalangi kebenaran sedikit pun. Tetapi hendaknya Anda mengambil tugas berat Anda menuju istana-istana mereka, sehingga Anda bisa memaksa mereka agar mau mengerahkan pasukan untuk berperang.
Lalu, Anda wahai para tentara; apakah Anda tidak merindukan salah satu dari dua kebaikan (yaitu, kemenangan atau mati syahid)? Bagaimana mungkin pembunuhan dilakukan terhadap saudara-saudara Anda, meski begitu Anda tetap berdiam diri di barak-barak Anda? Apakah para penguasa yang telah menjual agamanya dengan dunia, bahkan dengan dunia pihak lain itukah yang menghalangi Anda untuk menolong dan membela saudara-saudara Anda?
Allah, Allah wahai para tentara! Sesungguhnya Hizbut Tahrir menyerukan Anda untuk meraih kemuliaan dunia dan akhirat, pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat, atau surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang telah disiapkan bagi orang-orang yang bertakwa:
“Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman (QS. at-Taubah [9]: 14)
Begitulah caranya menolong warga Gaza. Begitulah seharusnya respons terhadap pembantaian Gaza. Begitulah seharusnya menghancurkan blokade dari mereka. Begitulah Allah melegakan hati orang-orang Mukmin:
“Sesungguhnya (apa yang disebutkan) dalam (surat) ini, benar-benar menjadi peringatan bagi kaum yang menyembah Allah) (QS. al-Anbiyâ’ [21]: 106)
Ya Allah, kami telah menyampaikan, ya Allah saksikanlah.
01 Muharram 1430 H Hizbut Tahrir
28 Desember 2008 M